Chapter 7 - Arfan's Wedding

4K 156 4
                                    

Helloooooo! Akhirnya bisa publish chapter 7 ! Yeay ! sempet bingung di Chapter ini. sempet mentok mau nulis apa di chapter 7. Dari kemaren mau nulis ditunda mulu sampai akhirnya kelar juga.  Anyway chapter ini panjang deh, paling panjang dibanding chapter-chapter yang lain. DAN YES! bisa lanjut nulis chapter selanjutnya, asik-asik! gue gak tau kenapa excited banget nulis cerita ini. Syelamat membaca~!!! Byeee~ <3

*****

Suara bel apartemen yang berbunyi nyaring mengagetkan Agatha yang sedang menyisir rambutnya di depan cermin. Siapa ? ini masih pagi dan Agatha tidak ada janji mengundang siapapun ke rumahnya hari ini karena dia akan berangkat ke Jogjakarta nanti siang.

Ke resepsi pernikahan Arfan. Bersama Abian.

Bel di depan masih berbunyi nyaring berkali-kali membuat Agatha mengomel pelan sambil berjalan menuju pintu depan.

"ABIAN !!!" Agatha tak bisa menaham muka kaget nya saat menemukan Abian sedang bersandar didinding apartemennya dengan kaca mata hitam yang bertengger manis dihidung mancung pria itu.

Abian, memandang Agatha dengan senyum yang biasa. Senyum sok gantengnya itu, kemudian sebelah tangannya yang bebas terangkat menyapa Agatha. "Good morning, Atha." lalu dengan seenaknya Abian masuk kedalam apartemen gadis itu dan duduk dengan nyaman di sofa.

Agatha menatap tak percaya Abian yang seenaknya masuk ke dalam apartemennya. Setelah menutup pintu, Agatha berjalan kearah sofa, berdiri menatap Abian yang sudah memegang remot tv dan mengganti-ganti channel tv. Tangan Agatha bersedekap, matanya tak lepas memandangi setiap aktivitas Abian. "Heh! Lo tau apartemen gue darimana ?" kemudian dengan sekali gerakan Agatha menendang kaki Abian menyuruhnya geser karena ia juga ingin duduk. "Seenaknya masuk rumah orang. Belum juga gue suruh masuk."

Abian hanya tertawa pelan mendengar ocehan Agatha, muka gadis itu cemberut lucu. Nampak jelas kekesalan diwajahnya. "Gue kan udah bilang, kalo gue punya semacam radar buat nemuin keberadaan lo gitu." Agatha menoleh kesamping dan memperlihatkan muka jijik yang kontan membuat Abian lagi-lagi tertawa. "Najis lo alay."

"Itu emang kelebihan gue, Tha." Kata Abian sambil mencomot makanan ringan yang ada di meja. Kening Agatha berkerut tak mengerti yang membuat Abian buru-buru melanjutkan perkataannya. "You know... tau semua hal tentang lo maksud gue."

"Bullshit. Gue serius Abian ? lama-lama lo mirip paranormal." Abian kali ini terbahak mendengar perkataan Agatha, tangannya masih sibuk mengganti channel. Agatha masih menatapnya tajam seolah menunggu penjelasan. Sadar diperhatikan, Abian berdehem pelan dan menoleh kesamping memandang Agatha. "Gue sempet ngikutin lo waktu itu. Jadi ya, gue tau deh apartemen lo disini."

"APA-APAAN !! DASAR STALKER. PSIKOPAT GILA." Agatha berdiri dari duduknya dan melempar Abian dengan bantal sofa.

Abian mengaduh pelan sambil mnegusap-ngusap kepalanya. "APA-APAAN SIH THA, SAKIT !! Lo gak berubah deh ah dari dulu, kasar amat."

"BODO ! sekarang mending lo keluar aja sana dari apartemen gue. KELUAR!!! Lagian mau ngapain sih kesini ?" Kata Agatha sambil sibuk mendorong-dorong Abian menuju pintu keluar.

"Tha, Tha, jangan usir dong. Ini gue kesini kan biar kita bisa berangkat barengan ke Stasiun."

"Gue bisa ke Stasiun sendiri. Gak ada yang nyuruh lo kesini juga kan." Tangan Abian masih berpegangan erat pada pintu apartemen Agatha.

"Tiketnya kan ada di gue, Tha. Kalo lo gak mau bareng yaudah, beli tiket aja sendiri." Kata Abian dengan muka sebal. "Yaudah kalo gitu gue duluan aja." Abianpun berjalan meninggalkan apartemen Agatha.

Seolah teringat sesuatu, Agatha memukul pelan kepalanya dan dengan gerakan cepat tangan Agatha menarik tas yang Abian pakai. "Apa lagi ? katanya gue disuruh pergi." Abian menoleh menatap Agatha dengan muka nyebelinnya.

All You Never SayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang