Chapter 17 - Confession

2.1K 105 4
                                    

Halo gue datang dengan chapter baru. Yawlaaaah kapan cerita ini tamat sih ahahaha Semoga chapter ini tidak membosankan ya. Gue berusaha sekuat tenaga melawan rasa malas untuk menulis chapter ini hehehe

oh iya chapter ini gue dedikasikan untuk my baby bala bala  ardHIant yang lagi baper dunia akhirat. semoga kamu tambah baper, tapi abis itu kamu sadar kembali ya hihihi

hope you guys like it. enjoy <3

*****


Aldrian sedang menyesap kopinya saat matanya menangkap sosok yang ia tunggu dari sepuluh menit yang lalu. Dengan gerakan santai pria itu kembali menaruh cangkir kopinya ke atas meja. Raut wajah Aldrian menjadi tak terbaca saat mata pria itu tak sengaja bertemu dengan sosok yang kini tengah berjalan sedikit tergesa menuju mejanya.

Saat sosok itu sudah duduk di depannya, Aldrian tersenyum kecil. Sedikit dipaksakan tentu saja, mengingat apa yang terjadi tiga hari yang lalu masih membuat Aldrian kesal.

Abian yang duduk di hadapannya tampak mencoba bersikap tenang. Pria itu berdehem sambil menarik pelan dasi yang melingkar dikerah kemeja merah maroon yang ia pakai. Matanya menatap Aldrian menantang.

"Jadi, ada apa ?" Tanya Abian. "Gue kira, lo gak akan suka ketemu sama gue setelah kejadian tiga hari yang lalu." Abian manyandarkan punggungnya dikursi sambil menatap Aldrian tajam. "Bukannya begitu, Aldrian ?"

Aldrian menarik nafasnya perlahan, mencoba untuk menahan diri agar tidak mencengkram kerah kemeja pria yang duduk dihadapannya ini. Aldrian bukan tipe orang yang suka mencari keributan sebenarnya. Dia lebih suka berbicara dari pada menggunakan ototnya. Nah, kejadian tiga hari yang lalu itu pengecualian.

"Lo cinta Agatha." Kata Aldrian singkat. Aldrian bisa lihat Abian menegang ditempatnya, namun pria itu buru-buru menetralkan kembali ekspresi wajahnya.

Abian mengalihkan pandangannya kearah sepasang sepatu yang kini dipakainya. "Itu pernyataan kan, Al ? " Abian diam sejenak, matanya kemudian memandang Aldrian dengan pandangan sulit diartikan. "Ya. Gue cinta Atha." Ungkap Abian.

Aldrian tidak tampak kaget mendengar pengakuan Abian. Pria itu justru tampak cemas. Aldrian bahkan tahu jika firasatnya benar. Tapi mendengar pengakuan itu langsung dari mulut Abian entah kenapa membuatnya merasa terancam.

"Sejak kapan ?" Tanya Aldrian. Pria itu menatap Abian gusar. "Sejak kapan ? Lo tahu Agatha punya gue kan, Yan."

"Sejak kapan ?" Abian berucap pelan mengulang pertanyaan Aldrian. "Gue bahkan gak tau sejak kapan. Mungkin sejak kita ketemu lagi beberapa bulan yang lalu. Mungkin sejak gue tahu dia tunangan lo. Mungkin sejak gue kehilangan dia. Atau bahkan, mungkin sejak kali pertama kita ketemu di kampus." Abian tersenyum miris mengingat segala kejadian dimasa lalu bersama Agatha.

"Gue gak tau. Yang gue tau, gue gak suka dengan fakta bahwa sekarang dia jadi milik orang lain." Aldrian menatap Abian tidak suka. "Lo egois yan, lo tau itu kan ?"

Abian kemudian tertawa miris. "Gue tau sekarang Agatha milik lo. Dan gue udah buat keputusan untuk pergi."

"Jadi, lo gak perlu khawatir. Lagipula, Atha udah cerita tentang masa lalu nya kan ?" Tanya Abian. Aldrian hanya bisa diam menatap Abian tidak mengerti. "So, berhubung udah ada lo disamping Atha sekarang. Gue bisa dengan tenang serahin Atha ke lo."

Aldrian tersenyum mengejek. "Serahin ? Brengsek. Agatha bukan barang yang bisa lo serahin gitu aja ke orang lain, Yan." Ujar Aldrian sedikit keras sambil menggebrak meja yang membuat beberapa pengunjung menatap mereka ingin tahu.

All You Never SayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang