Chapter 1 - Abian ?

11.8K 426 3
                                    


Gadis dengan blazer berwarna cokelat muda itu berjalan tergesa menuju sebuah cafe yang terletak di ujung jalan. Kaki rampingnya terbungkus celana dengan warna senada dengan blazer yang dipakai berjalan luwes melewati orang-orang yang ramai berjalan di trotoar ini.

Sesekali ia mengibas-ngibaskan tangannya kearah wajah, mencoba memberi rasa dingin, namun usahanya gagal karena cuaca ibukota sore ini bisa dibilang cukup terik.

Gadis dengan bola mata berwarna cokelat itu sesekali mendesah sebal karena anak rambutnya yang berwarna cokelat kehitaman tak bisa diam menghalangi pandangan saja.

"Sial, gak bawa kunciran. Panas banget ya ampun hari ini." Masih dengan menggerutu, sambil sesekali mengibaskan rambutnya gadis ini terus berjalan, sekarang sedikit tergesa, ia ingin cepat-cepat sampai di cafe langganannya. Begitu tulisan Amore Cafe terlihat di jarak pandangnya gadis ini bersorak girang dan kembali mempercepat langkahnya.

Suara nyaring lonceng terdengar seiring dengan pintu yang dibuka oleh Agatha. Begitu sampai di dalam cafe, senyum gadis ini merekah karena udara dingin yang menyambutnya, beda sekali dengan udara di luar. Panas. Namanya juga Jakarta.

Agatha melangkah santai untuk memesan. Dia bosan di kantor, semua pekerjaan telah selesai, makanya dia putuskan untuk kabur ke sini, lumayan sambil menunggu jam pulang kerja.

Sabrina, pemilik cafe ini tersenyum kecil pada Agatha setelah melihat pelanggan nomor satunya datang "Ehhh Tha, duh kabur dari kantor lagi ? mau pesen apa ? yang biasa ?"

Agatha hanya bisa cengar-cengir, memang sebegitu seringnya ya dia kabur sampai Sabrina selalu bilang hal yang sama tiap dia ke sini saat jam kerja begini ?

Agatha hanya bisa cemberut mendengar perkataan Sabrina "Enak aja. Gue kan kabur-kabur gini juga kerjaan gue udah kelar kali, Na." Sedangkan Sabrina hanya menggeleng geleng maklum dengan kelakuan pelanggan nomor satunya ini.

"Eh iya, gak gak. Gue gak mau pesen kopi. Di luar lagi panas banget dan gue butuh yang seger-seger Na, jadi... emmm"

Agatha menggaruk pelan kepalanya yang tidak gatal sambil mendongak menatap menu yang ada, kemudian senyum nya mengembang seolah mendapatkan ide cemerlang untuk mengalahkan Voldemort saja.

"Gue mau Blue Ocean aja tuh, waaahh kayak nya seger banget. Sama Blueberry Cheese Cake nya satu ya. Eh iya, es batu nya yang banyak jangan lupa."

Sabrina tertawa pelan mendengar pesanan Agatha "Kalau es batunya banyak bayarnya nambah sepuluh ribu, Tha."

Agatha mendelik kaget mendengarnya. "Apa-apaan, gak boleh pelit sama pelanggan nomor satu." Sabrina hanya bisa tertawa dan mengiyakan perkataan Agatha. Agatha pun bergeser ke samping sambil menunggu pesanannya jadi.

Setelah pesanannya lengkap Agatha berjalan menuju tempat favorite nya di cafe ini. Di meja paling ujung, Agatha tak terlalu suka menjadi perhatian orang, makanya ia selalu memilih meja di ujung. Dekat kaca.

Salah satu hal yang Agatha suka dari cafe ini adalah kaca nya. Agatha bisa melihat apapun yang terjadi di luar sana lewat kaca ini, tapi dari luar tak akan terlihat segala aktivitas di dalam. Di luar gerimis ternyata, aneh.

Agatha meminum Blue Ocean yang tadi ia pesan, wajahnya berubah cerah begitu air berwara kebiruan itu masuk ke dalam kerongkongannya.

"Aaaaahhh seger banget, adem. Eh di luar gerimis tapi ya ? aneh, tadi panas banget padahal." Agatha menggumam sendiri sambil sibuk menatap ke luar cafe.

Tangan kanannya yang bebas menyendok Blueberry Cheese Cake kesukaannya. Orang-orang sibuk berlarian menghindari gerimis. Agatha diam-diam mendesah lega karena sudah sampai cafe ini sebelum gerimis.

"Kamu ternyata masih suka Blueberry Cheese Cake ya, Tha." Suara bas milik seorang pria membuyarkan lamunan Agatha. Matanya beralih dari kaca ke seseorang yang kini berdiri dihadapannya dengan secangkir kopi ditangan.

Wajah itu.

Wajah itu masih sama seperti yang terakhir kali Agatha lihat saat mereka berdua masih kuliah dulu.

Wajah yang sebenarnya tak ingin lagi Agatha liat, namun sialnya juga diam-diam sangat gadis ini rindukan.

Senyuman kecil bertengger dibibir pria itu seolah kejadian lima tahun silam tak pernah terjadi.

Abian.

Abian.

Abian.

Nama yang tak pernah ingin Agatha ucapkan dan dengar lagi. Namun seperti biasanya, pria itu selalu saja bertindak sesuka hati kan.

Setelah lima tahun Agatha memutuskan menghilang dan tak lagi peduli, kenapa sekarang tiba-tiba Abian muncul di hadapannya ?

*****

All You Never SayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang