Chapter 8 - It's A Good Day, isn't it ?

3K 125 2
                                    

Ini hari Minggu. Abian dan Agatha tidak ada kegiatan apapun, rencananya Abian ingin mengajak Agatha jalan-jalan hari ini. Sekarang jam sepuluh, Abian sudah rapi dengan celana jins dan kemeja kotak-kotak warna biru. Kancingnya dibiarkan terbuka memperlihatkan dalaman kaos warna putihnya. Topi berwarna senada dengan kemejanya sudah bertengger dikepalanya. Tak lupa sepatu adidas kebanggaannyapun sudah dipakai.

Abian masih sibuk mengamati penampilannya didepan cermin, sesaat kemudian dia mengangguk-angguk puas melihat pantulan wajahnya. "Lo ganteng, Bian." Kemudian Abian tertawa kecil sambil merapikan topinya, melepasnya dan memakainya lagi, kali ini ia memakainya terbalik. "Oke, lebih keren kayak gini. Kayak artis hiphop korea kesukaan Atha."

Abian kemudian berjalan keluar kamar menuju pintu kamar Agatha. Setelah meyakinkan dan menyemangati diri sendiri Abian kemudian mengetuk pelan pintu kamar Agatha. Tak lama kemudian Agatha muncul seiring dengan terbukanya pintu tersebut. Gadis dihadapannya masih memakai baju yang semalam dipakai saat makan malam. Rambutnya masih acak-acakan. Matanya menyipit, Agatha menguap pelan, kedua tangannya bersedekap didepan dada dan matanya menatap Abian tajam.

"Ini masih pagi dan lo mengganggu tidur gue yang indah, Abian."

"Astagfirullah Agatha, ini udah jam sepuluh. Sepuluh." Kemudian Abian berjalan melewati Agatha masuk kedalam kamar gadis itu. Agatha mendengus pelan sebelum menutup pintu dan mengikuti Abian masuk kedalam. Abian kemudian duduk santai diujung dikasur, matanya menerawang ke sekeliling kamar.

"Dan siapa yang nyuruh lo masuk ? lo punya kebiasaan masuk rumah orang tanpa ijin ya ? Dasar urakan." Agatha menendang kaki Abian dan duduk diujung kasur yang satunya. Tangannya bergerak menguncir rambutnya asal.

"Tha, ini udah jam sepuluh. Mending lo cepet mandi terus kita turun sarapan dan jalan-jalan. Gue udah sewa motor juga loh, Tha."

"Males ah, jalan-jalan aja sendiri. Gue mau guling-guling aja dikasur seharian."

Abian kemudian bergerak duduk mendekati Agatha, Agatha mengernyit heran dan menggeser duduknya menjauhi Abian. Tangan Abian menyolek pelan lengan Agatha.

"Apaan sih, colek-colek ih. Pergi sana." Tangan Agatha mendorong-dorong kasar Abian hingga pria itu terjatuh dari atas kasur dan terduduk mengenaskan dilantai.

"Ih Atha, dasar preman. Udah ah sana mandi, gue udah beli tiket juga." Abian menarik lengan Agatha dan mengambil handuk gadis itu kemudian mendorongnya kekamar mandi.

"Abian, apa-apaan sih. Lepasin gak ih." Abian berhenti mendorong Agatha. Agatha berbalik dan menatap Abian kesal. "Lagian tiket apaan deh ah."

"Tiket itu loh, kayak Dufan gitu. Udah ah jangan banyak tanya. Mandi sana cepet." Agatha kembali didorong olah Abian, kemudian dengan paksa Abian memasukan Agatha ke kamar mandi dan menutup pintunya.

"Abian nyebelin najis." Agatha berteriak-teriak heboh dari kamar mandi. "Udah cepetan, gue tunggu di Lobby. Gak pake lama!" Abian masih bisa mendengar Agatha meneriakan umpatan-umpatan lain dari dalam sesaat sebelum Abian berjalan menjauhi kamar mandi dan keluar dari kamar Agatha.

*****

Dari kejauhan Abian dapat melihat Agatha berjalan menuju tempatnya duduk sekarang. Gadis itu terlihat cantik dengan celana jins dan kemeja kotak-kotak warna merah. Gaya nya sama seperti Abian, kemeja dengan lengan yang digulung sampai siku dan kancing kemeja yang dibiarkan terbuka tiga kancing teratas. Rambutnya dicepol keatas memperlihatkan leher jenjang Agatha. Agatha juga terlihat memakai sepatu converse favoritenya. Abian tersenyum kecil menyadari gaya berpakaian gadis itu tak pernah berubah dari jaman kuliah dulu. Simpel, kasual seperti biasa.

All You Never SayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang