Chapter 13 - Mental Breakdown

2.1K 94 3
                                    

Ini tepat seminggu Abian tak bertemu dengan Agatha karena tugas kantor yang mengharuskannya pergi ke luar kota selama satu minggu lamanya. Jangan ditanya seberapa besar rasa rindu yang Abian derita. Ini terdengar berlebihan, namun Abian juga tidak tahu kenapa bisa seperti ini. Semenjak hubungannya dengan Agatha membaik, Abian bahkan merasa lebih protektif kepada sahabatnya itu. Abian sering merasa rindu berlebihan saat tak bertemu Agatha. Abian bahkan memikirkan Agatha terlalu sering akhir-akhir ini. Abian tahu ada yang salah, tapi entah kenapa dia tak berniat untuk mencari tahu.

Minggu malam ini Abian sengaja mengajak Agatha bertemu di Amore Cafe yang dengan riang disetujui oleh gadis itu. Sepanjang perjalanan menuju Cafe, Abian bahkan tak bisa berhenti tersenyum. Sesampainya di depan Cafe, Abian segera memarkirkan mobil. Sebelum turun dari mobil, tangannya bergerak mengambil sesuatu dari saku jaket dan mengecek kotak kecil berwarna hitam yang sedari tadi ia taruh disana. Begitu melihat apa yang ada di dalamnya senyuman bodoh kembali menghiasi wajah pria itu.

Mata Abian bergerak kesana-kesani mencari keberadaan gadis yang sangat ingin ditemuinya. Kemudian sampailah ia pada satu titik dipojok cafe. Tampak Agatha yang seperti biasa tampil santai dengan kaos polos tipis berwarna putih dan celana jins warna biru tua. Rambut panjangnya digerai begitu saja. Agatha terlihat sedang menelfon seseorang, wajahnya terlihat cemberut. Seperti sedang merajuk kepada sang penelfon disebrang sana.

"Kamu kapan pulang sih ?" kata Agatha yang masih sibuk menelfon sambil memandang ke arah jendela. Matanya sibuk memandangi setiap orang yang lewat dihadapannya. "Astaga, berhenti bercanda. Aku serius." Kata Agatha tampak sedikit kesal. "Ya ya, terserah kamu aja. I hate you." Kemudian Agatha menoleh dan sedikit kaget melihat Abian sudah berdiri disamping meja. "Iyaaaa, bawel. Bye" Kata Agatha mengakhiri telfonnya.

Abian dapat dengan jelas mendengar segala perkataan Agatha. Diam-diam Abian penasaran siapa yang barusan menelfon. Itu memang bukan urusannya, tapi Abian tak bisa menutupi rasa keingintahuannya yang mendadak meningkat pada sesuatu yang berhubungan dengan Agatha.

"Bi, duduk. Kok bengong." Perkataan Agatha membuyarkan lamunan Abian. Abian tersenyum kemudian duduk dihadapan gadis itu. "Udah lama, Tha ? Sorry, jalanan macet." Tanya Abian pada Agatha yang terlihat sibuk mengetikan sesuatu diponselnya. "Tha ?" Panggil Abian lagi karena Agatha tak kunjung membalas perkataannya.

"Eh ya, apa, Bi ? sorry... gue gak denger." Balas Agatha sambil tersenyum menatap Abian.

Abian mendecak sebal dan menyenderkan badannya kesandaran kursi. Tangannya bersedekap dan matanya menatap Agatha menyelidik. "Lagi chat sama siapa sih lo ? sibuk amat ?" Agatha hanya tersenyum menanggapi pertanyaan Abian. "Tadi siapa yang telfon ?" Tanya Abian lagi. Agatha bahkan belum menjawab satupun pertanyaannya, dan pria itu terus memberondong Agatha dengan pertanyaan lain.

"Berhenti tanya-tanya kayak polisi gitu deh." Kata Agatha pada Abian yang sedikit membuat Abian kesal karena itu sama sekali tak menjawab pertanyaannya tadi. "Gimana kerjaan lo ? beres ?" tanya Agatha berusaha mengalihkan pembicaraan. Abian hanya mendecak kesal dan menggeleng pasrah.

"Baik kok. Semuanya selesai dengan lancar." Balas Abian singkat. Agatha menganggukan kepalanya. "Mana oleh-oleh ?" todong Agatha sambil mengangkat telapak tangannya kehadapan Abian.

Abian tertawa kecil. "Giliran oleh-oleh aja lo semangat. Gak ada, gue gak sempet beli oleh-oleh. Di Bali sibuk." Jawaban Abian kontan saja membuat Agatha cemberut lucu yang lagi-lagi membuat Abian tertawa kecil. "Gak usah ketemu gue, kalo gak bawa oleh-oleh. Sana pergi aja sana." Balas Agatha galak sambil menggerakan tangannya menyuruh Abian pergi.

Sebelah tangannya Abian bergerak mengambil sesuatu dikantong jaketnya. "Tapi gue punya sesuatu buat lo." Kata Abian yang membuat Agatha tertarik dan memajukan badannya kearah meja mendekati Abian. "Oh ya ? mana mana mana ?" Tanya gadis didepannya bersemangat.

All You Never SayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang