Chapter I (Broken heart)

1.1K 18 2
                                    

Gadis itu melangkah gontai menyusuri lorong-lorong kampusnya. Udara panas sama sekali tak menghalangi tekad bulatnya untuk menyelesaikan proses administrasi kepindahannya dari kampus indah ini. Kampus yang membawa sejuta kenangan indah sekaligus menyakitkan. Gadis itu menyibakkan rambut hitam panjangnya, mengibas-ngibaskan tangan mungilnya untuk sekedar mengusir hawa panas yang melanda. Kakinya secara otomatis menuju kantin kampus, segelas orange jus pasti akan menyegarkan di udara panas-panas begini. Tasya nama gadis itu menuju tempat dipojok kantin setelah mendapat segelas orange jus pesanannya. Tanpa disadari ingatannya melayang kepada kejadian yang membuatnya hengkang dari kampus tercintanya ini.

*Flashback*

“Apa yang kalian lakukan?” Tasya bertanya degan suara bergetar. Bagaimana tidak, Tasya mendapati kekasihnya David sedang memeluk Olive sahabatnya yang sedang terbaring di rumah sakit karena kecelakaan yang dialaminya.

“Tasya!!!” serempak David dan Olive berseru kaget dengan kedatangan Tasya yang tiba-tiba di kamar rawat inap Olive.

Tasya langsung memutar tubuhnya menuju pintu dan lari meninggalkan ruang perawatan Olive. Tak dihiraukannya panggilan Olive juga David yang langsung mengejarnya. Adegan kejar-kejaranpun tak terhindarkan antara Tasya dan david seperti salah satu sinetron di TV. Akhirnya David berhasil mengejar Tasya dan langsung mencengkeram lengan kanan Tasya.

“Tasya, tunggu dulu. Dengarkan dulu penjelasanku” David memohon.

“Tak ada yang perlu dijelaskan David. Semua yang aku lihat sudah lebih dari cukup. Dan perubahan sikapmu selama beberapa bulan ini sudah cukup bagiku. Selama ini aku menutup mata dengan desas-desus tentang hubungan kalian. Aku tak mau mempercayainya, karena aku sangat percaya padamu. Tapi apa yang kudapat? Kau menghianatiku” cerocos Tasya panjang lebar, seolah mencurahkan ganjalan yang selama ini dipendamnya. Air matapun tak terbendung lagi, mengalir deras dipipi chubynya.

“Tapi Sya?”

“Sudahlah, aku merelakanmu denganya, jaga dia baik-baik. Bagaimanapun juga dia sahabatku. Kita selesai sampai disini saja, bye David” ucap Tasya sambil melangkah pergi. Jelas Tasya sangat terguncang melihat kenyataan yang baru saja dialaminya. Olive sahabatnya sendiri, mengapa harus Olive? Jadi benar desas-desus itu yang mengatakan bahwa secara diam-diam Olive menjalin hubungan dengan David. Selama ini Tasya berusaha menutup mata maupun telinga tentang gosip itu. Bagaimanapun juga Tasya masih mempercayai David, orang yang selama hampir dua tahun ini mengisi hari-harinya. Tapi apa kenyataannya? Sungguh sangat menyakitkan!

David hanya terdiam, mulutnya serasa terkunci tak satupun  penjelasan maupun alasan yang dapat keluar dari mulutnya. David hanya mengusapkan kedua telapak tangannya pada wajah, mendegus kesal dan terduduk dilantai. Matanya menerawang melihat punggung Tasya yang semakin menjauh. “Aku pasti akan menjelaskannya suatu saat nanti Tasya, pasti” batin David nelangsa.

*Flashback end*

            Ah…sudah sore rupanya, Tasya segera bangkit dari tempat duduknya dan bergegas pulang. Masih banyak yang harus ia kerjakan, mengepak barang-barangnya karena besok dia harus terbang dengan penerbangan pertama. Yah…Tasya memutuskan untuk pindah kuliah di London, kebetulan sahabatnya Gita, juga kulliah disana. Jadi untuk tempat tinggal Tasya tak perlu memusingkannya lagi, begitu juga dengan administrasi soal kepindahan kuliahnya, Gita juga yang menguruskannya. Selama ini hanya Gita tempat Tasya untuk mencurahkan segala kegundahan hatinya. Hanya saja nantinya Tasya dan Gita lain jurusan dalam kuliah mereka, karena Tasya mengambil jurusan Psikologi sedang Gita jurusan musik.

Musik bagaikan darah daging bagi Gita, bagaimana tidak ayah Gita adalah seorang musisi ternama di negeri ini. Gita juga tak kalah tenar dengan sang ayah, siapapun mengenal Gita sebagai penyanyi muda berbakat dengan suara emasnya. Selain menjadi penyanyi, Gita juga bermain film dan menjadi bintang iklan. Benar-benar suatu perpaduan yang sempurna.

Tasyapun tak kalah tenar dengan Gita, Tasya adalah mantan penyanyi cilik yang sudah beranjak dewasa. Sekarang bahkan Tasya merambah dunia iklan dan akting. Tapi itu semua akan ditinggalkannya untuk pergi jauh ke negeri orang di benua Eropa. Tasya yakin kalau rejeki tak akan kemana, hal ini yang pernah diungkapkan Gita sahabatnya yang lebih dulu kuliah di negeri orang. Untung saja segala kontrak baik iklan ataupun film sudah selesai dirampungkannya. Meski ada beberapa tawaran untuk bermain dalam beberapa judul film lagi, Tasya terpaksa menolaknya karena kejadian ini. Mungkin belum rejeki batinnya, tentu saja alasan penolakannya adalah dia ingin lebih fokus pada pendidikannya. Suatu alasan yang klise memang tapi mau bagaimana lagi.

Kringggg…kringggg

“Ahhh…..” Tasya menguap, tangannya secara otomatis mengambil jam weker disamping tempat tidurnya dan mematikannya. Waktu sudah menunjukkan pukul 04:30 WIB, Tasya bergegas ke kamar mandi dan bersiap-siap. Dan disinilah dia sekarang, di bandara Soekarno Hatta. Hanya ayah, bunda serta Tania adiknya yang mengantar kepergian Tasya kali ini.

“Hati-hati sayang, jangan lupa kabari kami kalau sudah sampai. Sampaikan juga salam kami pada Gita” ucap Bunda sambil memeluk Tasya.

“Sudahlah Bun, anak kita ini sudah gede. Tapi tetep jaga diri baik-baik ya Nak” kata sang ayah sambil memberikan pelukan hangatnya.

“Kak ntar kalau Tania lagi libur boleh ya main kesana, sapa tau bisa ketemu One Direction, boyband yang lagi booming itu hehehe” celetuk Tania. “Atau kalo Kakak ketemu tolong ya mintain fotonya plus tanda tangan OK?” pinta Tania manja.

“Kau ini bukannya belajar yang baik malah mikirin boyband itu,  apa semua teman di SMPmu itu ngefans sama boyband apa tadi?” tanya Tasya bingung.

“One Direction Kaakkkkk, ah Kakak ini ga happening banget deh” sungut Tania.

“Sudah…sudah, ayo Tasya cepat kamu masuk daripada ketinggalan pesawat” seru sang ayah.

“OK semua Tasya pergi dulu yah, bye” Tasya melambai sambil tak lupa sebelumnya memberikan pelukan lagi bagi keluarganya.

Ah…masih beberapa menit lagi sebelum pesawatnya berangkat, Tasya menyempatkan diri untuk mengirim pesan kepada Gita. Hanya keluarga dan Gita sahabatnya yang tahu soal kepindahan Tasya ke London, karena itu Tasya tak pernah mentweet soal kepergiannya kali ini, bahkan pihak universitas tempat Tasya sebelumnya kuliahpun sudah diwanti-wanti untuk merahasiakan soal ini. Beruntung Tasya kenal baik dengan pihak administrasi universitas. Biarlah Tasya hanya ingin menghilang sejenak dari kota ini, mencoba berdamai dengan diri sendiri. Berusaha mengihklaskan David untuk Olive, mungkin Olive lebih membutuhkan David dari pada dirinya. Sambil berharap Tuhan menyimpan yang terbaik untuknya kelak. Ah…mengapa malah melantur, bukannya mempersiapkan diri dengan lingkungan kuliah yang baru, Tasya malah sibuk dengan hatinya. Tasya membatin geli, apalagi Tasya teringat pesan Bundanya.

*Flashback*

            “Belajar yang baik sayang, jangan sampe malah kecantol cowok Bule” Bundanya mengingatkan.

“Ah…Bunda ini bisa saja. Eh…bukannya malah bagus Bunda buat memperbaiki keturunan, setidaknya ntar anak Tasya hidungnya jadi lebih mancung hahaha” seloroh Tasya yang langsung mendapat dukungan dati Tania.

“Bener Kak, aku juga mau ntar dapat kakak ipar orang bule hehehe”

“Ya ampun ini anak, kakak sama adiknya sama saja” sungt Bunda.

*Flashback end*

Suara pangilan dari maskapai tempat Tasya akan menumpang pesawat sudah memanggil para penumpang untuk segera memasuki pesawat. Tasyapun bergegas masuk ke dalam pintu keberangkatan. Beruntung tempat duduknya ada didekat jendela, jadi Tasya bisa menikmati pemandangan awan Indonesia yang segera ditinggalkannya. Ah…London I’m Comingggggg.

Spring in the winter heartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang