Part 1 : Inilah kebohongannya

174K 6.5K 137
                                    

Yang udah baca Knock Your Heart, aku cuma mau bilang, ini kisah bapak ibunya Evelyn yaa

***

Kau dan aku...

Sebenarnya siapa yang sedang berbohong?

Siapa yang sedang di bohongi?

Kau?

Atau aku?

Dan semoga, hal ini tak akan pernah menjadi kebohongan kita?
.
.
.
.
.

Hubungan ini terlalu rumit untuk di jelaskan. Dan aku pun tak mengerti haruskah aku menyebutnya sebagai hubungan? Yang jelas, kami benar-benar memiliki hubungan setelah dia memutuskan untuk 'memungutku' beserta  keluargaku yang tersisa.

Bagai simpul benang kusut yang sulit terurai, layaknya kapal yang kehilangan jangkarnya. Hubungan ini tak pernah memiliki nama. Bahkan untuk sekedar memikirkan nama yang tepat saja, harus membuat kami meringis terlebih dahulu.

Mungkin Simbiosis mutualisme. Tapi jika di pikir-pikir, ia mampu memilih wanita yang lebih sempurna dariku untuk berada di sisinya. Sementara untukku, aku memang memerlukannya agar tetap bernafas di muka bumi ini. Lantas mengapa ia mau repot-repot mengulurkan uangnnya untukku?

Apakah hanya sekedar untuk memastikan hidupku sengsara ketika bersamanya? Seperti yang selalu ia ucapkan. Ah, ya, mungkin seperti itu.

Aku membutuhkannya dan dia menginginkanku. Kami saling berhubungan. Kami saling berkaitan. Seperti saat dia membunuh kakakku, sama seperti adiknya terbunuh karena ulah kakakku. Dan mungkin dari sanalah, kami telah terkait sejak dahulu. Dia menyebutku keluarga pembunuh, penghancur kebahagiaan keluarganya, manusia rendah yang hidup dalam belas kasih dirinya. Bahkan tak jarang ia menyamakan derajatku dengan pengemis di luaran sana.

Namun aku tetap tak juga menyingkir dari hidupnya. aku tetap berada disana. Didalam apartmentnya. Tidak apa-apa sekalipun hinaannya melukai harga diriku. Tak mengapa jika aku merasa sakit hati. Toh, jika aku pergi dari sini, kemana aku harus pergi?

Ibuku?

Oh tolong jangan harapkan wanita itu.

Lalu dengan segala caci maki yang melatari kehidupan kami sehari-hari, kami tetaplah manusia terkasih yang menghabiskan malam untuk bergumul di atas ranjang yang sama.

Bersatu dalam malam-malam sepi tanpa bintang. Berada dalam satu atap yang sama. Berbagi kecupan lewat mulut yang saling berkait. Menghubungkan diri satu sama lain. Seakan kami telah melupakan peristiwa yang telah lampau. Seolah kami tak lagi mengingat dendam satu sama lain.

Terkadang kami ingin—atau disini aku yang memiliki keinginan, untuk menganggap semua itu tidaklah pernah ada. Menanggapinya seperti mimpi buruk yang berakhir ketika aku terjaga. Atau seperti menonton sebuah film action sebelum kami sibuk bercumbu. Seakan kematian itu tak pernah ada di antara bayang-bayang hidup kami. Karena setiap kali dia memelukku, hanya kedamaian yang di janjikan dekapannya itu. Hanya kehangatan yang di tawarkan tubuhnya padaku. Dan jika sudah seperti itu, maka aku tak lagi bisa memikirkan apapun selain kebersamaan dengan dirinya.

Padahal kenyataannya kami memendam bara yang sama akibat kehilangan yang serupa. Dia membunuh kakakku dengan tangannya sendiri. Dan kakakku membuat dirinya kehilangan pelita terang dalam keluarganya. Adik perempuan yang begitu berharga di dalam keluarganya. Putri kesayangan bagi keluarga tersebut. Mereka mendendam pada kami walau faktanya kami yang menderita banyak kemalangan. Mereka menutup matanya melihat kami hancur. Bahkan menganggap kami memang layak mendapat semua hukuman tersebut.

Dendamnya karena kakakku yang membuat adiknya terbunuh. Dan dendamku padanya yang telah menghancurkan hidupku. Hatiku...

Namun segalanya tampak jauh dari persepsi kami tentang dendam itu sendiri. Kenyataannya tidak pernah kami saling menggores benda tajam ketubuh lawan. Faktanya tak pernah ada yang keracunan karena makanan. Padahal jarak kami begitu dekat. Kami bisa saling menyerang kapan saja. Tetapi tak pernah ada dari kami yang memulainya. Setidaknya di antara kami berdua. Seakan Intriks ini tak pernah ada.

PASSION TEARSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang