Part 9 : Samuel dan Risa

57.6K 4.9K 96
                                    


***

Awalnya aku selalu berpikir, bahwa aku mampu menyembunyikan perasaan ini dengan sangat baik. Aku mampu berdusta untuk menutupi hatiku yang keruh akan rindu yang lama tak bertemu.

Dan aku mencoba melakukannya ketika pertama kali aku melihat Ken setelah Sembilan tahun yang terlewat tanpa pernah aku tahu keberadaannya. Awalnya kupikir, dirinya adalah malaikat yang kembali datang untuk melindungiku. Kupikir, akhirnya ia menyadari bahwa ia masih mencintaiku. Dan seperti pemikiran yang sering keliru, aku mendapati kenyataan bahwa Ken yang datang malam itu tak lebih seperti Iblis yang menawarkan sebuah perjanjian.

Dia membantuku dan aku membayarnya dengan menjual jiwaku kepada dirinya. Seperti kisah dalam  novel yang kubaca, Artemis kepada para Dark Hunternya. Layaknya film Ghost Rider, aku berdiri seperti Johny yang membuat perjanjian dengan iblisnya. Ya, dan ini kemudian menjadi jalan hidupku.

Dan aku sama sekali tak ingin menyesalinya, walau kenyataannya aku sangat menyesal. Namun Ken, memberiku tempat yang layak untuk bernaung. Ia memberikan kenyamanan untukku tinggal. Tetapi yang membuatku terluka, Ken tak menyiapkan hatinya lagi agar kembali ku isi.

Memejamkan mata, aku bisa merasakan perih menjadi hal pertama yang kurasakan ketika mata ini benar-benar tertutup. Entah sudah berapa lama aku berada di dalam bilik sempit ini. Entah sudah berapa banyak panggilan yang kuabaikan. Bahkan aku tak juga membuka pintu toilet  saat telingaku mendengar suara Bella dan Renata yang berteriak di luar sana.

Aku sedang tak peduli pada mereka. Aku tak peduli pada siapapun saat ini.

Aku masih menggenggam benda sialan yang harusnya sudah kulempar jauh-jauh, atau mematahkannya menjadi dua, sebenarnya bukanlah perkara yang sulit. Tetapi faktanya, tubuhku bahkan tak mampu lagi kugerakkan.

Aku hamil.

Hamil.

Ya Tuhan, aku hamil.

Seharusnya aku tak perlu repot-repot bertingkah layaknya pelajar sekolahan yang mendapati dirinya mengandung karena seks terlarang yang sudah di gelutinya. Meratapi nasib yang jelas akan membuat malu seluruh keluarga dan menghancurkan masa depan. Ya Tuhan, sungguh, seharusnya aku tak perlu seperti ini bukan?

Karena jelas sekali, aku bukan remaja bodoh kemarin sore itu. aku sangat berbeda dengan mereka. Aku tak perlu memikirkan sekolahku yang akan putus karena kehamilan, atau aku tak harus mendengarkan raungan kekecewaan keluarga, juga cemoohan orang yang mencibir karena dosa yang kubuat sebelum waktunya.

Demi segala iblis yang berdiam di neraka, tolong sadarkan aku untuk menghentikan tangis bodoh ini!!

Ya Tuhan, aku jelas tak akan mengalami semua itu. Tak akan mendapati kehebohan yang berarti seperti hal tersebut. Karena apa? Karena aku adalah wanita dewasa, wanita independen yang bebas. Dan kasusku ini tidaklah serumit dosa remaja. Walau aku juga sama berdosanya dengan mereka.

Namun bagiku, ini lebih rumit dari kasus remaja-remaja itu. ini lebih sulit dari hanya sekedar menanggung malu dalam masyarakat. Karena kenyataannya bukan pernikahan yang akan menyelesaikan masalah ini. Sungguh.

Aku masih memejamkan mata saat bentakan keras dari luar terdengar inderaku. Hatiku bergejolak penuh suka cita. Ya, memang dia yang kunanti. Langkah tegasnya kembali kurasa menghentak ubin keramik. Tak ada suara lagi darinya, namun aku tahu ia menyadari dimana diriku. Seperti aku yang selalu tahu akan kedatangannya, Ken pun begitu, ia selalu dapat menemukanku.

Dan pintu terjeblak kasar saat aku kembali mencium aroma maskulin miliknya. Kemudian terdengar kembali langkahnya yang mendekat. Membuatku otomatis membuka mata dengan berat. Aku masih memicing, ketika ia kemudian menghela nafas cukup panjang dan memutuskan melipat kaki panjangnya dan berjongkok di depanku.

PASSION TEARSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang