Aku berjalan diam-diam memasuki rumah ku. Ku rasa ayah dan ibu ku sudah di kamar nya.
"Habis jalan-jalan ya Nona Holly?". suara wanita paruh baya dari dapur mengagetkan ku.
"Hehe i-iya ibu"
"Seru jalan-jalan sama Luke nya?"
Aku memutar bola mata ku, "maaf ibu... aku tidak bermaksud ingin pergi bersama Luke"
"Lalu kenapa pergi?"
"Aku... ada tugas kelompok dan kebetulan aku satu kelompok dengannya. Jadi mau tidak mau aku harus bertemu dia. Tapi aku janji, setelah tugas nya selesai aku tidak akan pergi bersamanya"
Ibu ku mengangguk, "whatever. Pokoknya sekali lagi ibu tau kamu pergi bersamanya, ibu akan beri tau pada ayah", ibu ku langsung meninggalkan ku. Aku bernapas lega.
Aku merebahkan diri di kasur. Rasanya lelah sekali. Tapi Luke memang kurang ajar! Dia sudah merenggut ciuman pertama ku. Mengapa hidup ku begini ya Tuhan? Mempunyai orang tua yang tidak bersahabat, satu kelas dengan musuh ku, belum lagi ciuman pertama ku direnggut oleh nya.
Luke's pov
"Habis dari mana saja Tuan Luke?", tanya ayah ku yang mengagetkan ku. Tumben ayah bertanya, padahal ini baru jam sembilan, biasanya aku pulang bisa jam setengah satu.
"Pergi jalan-jalan seperti biasa"
"Oh ya? Dengan siapa?"
"Ashton, Kate, and--", kata-kata ku terputus saat ingin menyebut nama Holly. Aku tidak mungkin memberi tahu ayah kalau aku pergi bersama Holly. "Ju-just Ashton and Kate", lanjut ku.
"Ohh. Holly nya tidak diajak?", mata ku melotot kaget.
"Maksud ayah? Bu-buat apa a-aku ajak dia?"
"Sudahlah Luke. Ayah tau kau tadi pergi ke rumah Holly lalu pergi bersamanya"
"A-ayah tau kesimpulan macam itu dari mana?"
"Itu bukan sekedar kesimpulan. Itu fakta. Tadi Bibi Vita datang ke sini, meminta ayah untuk memberi tahu mu untuk menjauhi Holly. Kau ini suka sama Holly ya? Tidak biasa nya kamu begini", kata ayah ku lalu memandangku dari atas sampai bawah.
"Ayah gila? Tidak mungkin yah! Anak culun seperti dia bukanlah tipe ku. I just have a project from school with her. That's all!"
"Ya sudah. Bagaimana pun caranya, ayah tidak mau kamu banyak bertemu dengannya"
Aku memutar bola mata ku lalu naik ke atas, menuju kamar ku.
Aku merebahkan diri di kasur sambil senyum-senyum. Holly... dia cantik juga, wangi, rambutnya panjang. Pas sekali dengan kriteria ku. Andai saja tadi aku bisa melumat bibir nya, pasti lebih enak.
Keesokannya (Holly's pov)
Aku sedang di kelas, pelajaran sejarah. Tangan ku menopang kepala ku. I still remember what happened last night. Rasa nya bibir Luke dan lip ring nya yang dingin itu masih terasa di bibir ku. Mengapa aku terus saja terbayang-bayang kejadian semalam ya?
"Holly!", suara lelaki paruh baya mengagetkan ku. "Are you paying attention to me?", kata Mr. Bryan, guru sejarah.
"I-iya, sir", jawab ku bohong.
"Kalau begitu tolong jawab pertanyaan saya. Kapan Willem Janszoon, navigator dari Belanda, mendarat pertama kali di Australia?"
Mati aku, mana ku tau. "Em... ka-kapan ya.. eng..."
"Dua minggu yang lalu!", celetuk Luke yang membuat teman-teman kelas ku tertawa. Menyebalkan sekali sih.
"You're really don't pay attention to me, Holly. What are you thinking about? Let's share your thoughts to your friends", apa? Tidak mungkin aku menceritakan soal pikiran ku yang sedang memikirkan soal ciuman semalam.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hemmings vs Alto (Luke Hemmings)
Fanfiction"Ayah gila? Tidak mungkin yah! Anak culun seperti dia bukanlah tipe ku" -Luke Hemmings. "Cinta? Aku tidak mencintainya!" -Holly Alto.