Chapter 7

4.7K 277 27
                                    

Note: Ini keesokan harinya dari chapter sebelumnya.

Author's POV

"Pagi Ve."

Kinal duduk di depan Veranda yang sedang mengoleskan selai kacang di roti. Di depan Kinal sudah ada piring dengan empat buah roti tawar di atasnya, serta gelas berisi the hangat. Seakan tidak peduli, Kinal malah mengeluarkan handphone dari saku dan memainkannya.

"Mau aku buatin atau kamu buat sendiri?" tanya Veranda.

Kinal masih terfokus kepada handphone miliknya. "Kamu aja." Veranda berusaha mengabaikan tingkah Kinal yang agak membuatnya kesal. Meski begitu, tetap saja ia berhati-hati dalam menyiapkan roti untuk teman seatapnya itu. Tentu saja ia tak ingin Kinal sakit gigi karena selai yang kebanyakan.

Hanya dalam hitungan menit, roti milik Kinal sudah siap untuk dimakan. Veranda menaruh potongan terakhir di atas piring dan menyodorkan piring itu ke Kinal. Namun dia masih sibuk dengan gadgetnya sendiri, sesekali tersenyum atau tertawa sementara ibu jarinya menekan-nekan layar. Ada rasa cemburu yang timbul di hati Veranda.

"Kamu chattingan sama siapa sih? Serius amat."

"Sama anak-anak kantor hehe," jawab Kinal, tak peka dengan keadaan. "Nanti sore aku makan di luar ya, mau dinner-dinner gosip bareng mereka."

'Anak-anak kantor? Siapa? Jeje? Atau Naomi itu?' batin Veranda. Melihat Kinal ingin memakan roti, ia langsung melarangnya. "Cuci tangan lagi sana!"

---------------------------------------

Sekarang Ve sedang berada di kantin universitasnya, sendiri tidak ditemani siapa-siapa. Veranda memang bukanlah orang yang sering bergaul, bahkan dapat dihitung dengan jari jumlah kenalannya di kampus. Teman? Dua orang teman terdekatnya, Melody dan Shania sedang disibukkan oleh jadwal kuliah mereka sendiri.

Dari tadi ia kerap bermain handphone, entah membuka Twitter, Line, atau cuma galeri foto. Sebuah notifikasi hijau membuat jari-jarinya terkejut dan dengan cepat membuka Line. Ada chat dari Beby.

Beby: Maaf ya kak, kemaren belum beli paket.

Beby: Bentar nih biar aku cari dulu di facebook foto pacarnya Kak Kinal, aku gak punya foto dia soalnya.

Jantung Veranda berdegup kencang menunggu foto dari Beby. Tidak, bukan debaran sama yang ia terima dari Kinal, melainkan debaran takut sekaligus penasaran.

Setelah jeda sekitar dua menit, sebuah foto kiriman Beby muncul di layar handphone Veranda.

Di foto itu, ada Kinal yang hanya berdua dengan seorang lelaki. Badan Kinal dirangkul oleh lelaki itu, dan tampaknya Kinal malah senang menerimanya. Kinal memakai kemeja kotak-kotak hitam merah dengan jeans panjang, sementara lelaki di sampingnya berpakaian serupa. Lelaki itu memakai topi hitam, juga sebuah kacamata.

Mereka berdua tersenyum menghadap ke kamera. Veranda tau dadanya sudah ditusuk.

Sebuah chat lain masuk ke handphone Veranda.

Beby: Namanya Brandon kak, dia satu fakultas sama kak Kinal tapi dia senior.

Ah, Brandon. Dia tak peduli dengan nama lelaki itu sekarang.

Seharusnya dia yang berfoto dengan Kinal. Seharusnya dia yang merangkul Kinal. Seharusnya dia yang memiliki hatinya Kinal. Bukan yang lain, bukan lelaki berkacamata itu.

Tak tahan, ia mengunci handphone dan melipat kedua tangannya sebelum bersembunyi di situ. Kali ini ia tak tau, harus menangis lagi atau tidak. Melihat orang yang dia cintai bersama dengan yang lain... Ah, tak mungkin ia menangis di tempat umum seperti ini.

Taking What's MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang