Chapter 8

4.8K 290 64
                                    

Veranda's POV

"Aduh..."

Keluhanku keluar melihat baju yang berserakan di kasur. Mungkin sudah dua jam aku terus bimbang begini. Mengambil, mencoba, lalu melempar baju itu ke ranjang. Aah, tidak ada baju apapun yang cocok!

Pintu lemari di depanku sudah terbuka lebar. Biasanya aku selalu tau baju apa yang akan kupakai, namun kali ini pikiranku entah pergi ke mana... Kamarku berantakan cuma karena rencana pergi ke Dufan dengan Kinal.

Iseng kulirik pintu yang masih tertutup. Lemari itu terbagi menjadi dua, yang kiri bagianku dan kanan bagian Kinal. Tanganku ragu memegang pintu itu. Haruskah aku mencoba bajunya?

Gengsi sedikit, Ve! Seorang wanita fashionable tak mungkin memakai baju orang lain.

Tapi pakai bajunya Kinal... aku ingin...

Ah, tidak boleh!

...

Kini aku sudah memegang kaus V-neck putih milik Kinal. Aku melirik ke kaca, ada diriku yang memakai celana pendek sepaha dan tanktop hitam. Kedua tanganku memegang pinggul dan aku berpose ala model. Aku akui, tubuhku memang cukup menawan seperti apa yang dibilang orang-orang.

Kupakai kaus V-neck putih milik Kinal. Kebesaran untuk tubuhku yang kira-kira sangat ramping. Kinal memang lebih kurus sekarang, namun itu tidak berarti ia tidak chubby lagi. Baju-bajunya juga biasanya agak longgar dibanding tubuhnya.

Namun tetap saja aku masih menganggap diriku menawan. Kaca di depanku memantulkan sosok yang cantik. Sudah sekian lelaki mencoba mengejarnya, namun cuma satu wanita yang bisa membuat sosok itu jatuh hati. Ya, sosok itu adalah aku.

Cantik. Berbakat. Penyayang. Kurang apa lagi aku ini?

Aku tersenyum sendiri ke kaca.

"Dasar Kinal bodoh... lihatlah wanita yang selama ini memujamu... lihatlah dia. Dia yang selama ini mencintaimu, dia yang menyesal dan dia yang akan mengambilmu kembali."

Aku melihat ke bayangan baju putih dan menyentuh kain itu. Perlahan tanganku melingkar, memeluk baju yang kupakai di badanku sendiri.

"Mengambilmu... kamu yang memang miliknya seorang."

Tubuhku agak meloncat saat mendengar suara memanggil. "Ve?"

Darahku langsung mengalir jauh lebih kencang. Aku tak berani melihat ke sumber suara itu. Tanganku masih memeluk badanku sendiri. Tuhan, tolong bantu aku!

"Loh, itu baju aku kan?"

DEG!

Kepalaku menunduk malu. Dadaku sudah bergetar ingin meledak, aduh tolong jangan ke sini!

Sayup-sayup kudengar panggilannya beberapa kali namun aku tak berani menjawab. Akan jadi memalukan sekali aaakh! Aku tertangkap basah menggunakan bajunya. Semoga saja ia tak mendengar apa yang kuucapkan tadi. Ugh, gawat!

Mataku terbelalak menemukan kedua tangannya di pundakku. Dia mengguncangkan tubuhku pelan. "Ve? Kamu kenapa sih?"

Wajah kami bertemu. Sangat dekat. Aku bisa merasakan pipiku memerah. Masih mencoba menahan debaran, aku menggelengkan kepalaku dan menepis kedua tangannya. Kemudian menunduk lagi.

"Yaudah deh, aku mandi dulu. Kalau mau pake baju itu yaudah pake aja."

Kepalaku tetap mengarah ke bawah sampai suara pintu tertutup kudengar. Aku menaikkan kepalaku dan langsung disambut oleh kaca. Mukaku merah padam. Semua karena dia dan baju sederhana ini yang melapisi tubuhku.

Taking What's MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang