Dapur SteHe 05

83 1 0
                                    

Saya menulis buku sebenarnya berdasarkan kefrustasian yang menindih berat!

Mengapa frustasi?

Saya frustasi karena ada banyak buku-buku bagus, namun ditulis oleh para penulis asing, penulis rohani lokal kita sangat kurang sekali jumlahnya. Terus, buku-buku yang ditulis itu, mempunyai bahasa yang tinggi dan berat. Hal ini berakibat koleksi buku saya bertambah terus, namun jarang yang saya baca hingga tamat, dan lebih jarang lagi saya selesai baca dalam tingkat saya puas dengan buku-buku tersebut.

Hal ini membuat saya berpikir keras, sebenarnya buku itu harusnya dibuat sederhana, menggunakan bahasa sehari-hari, ngga usah pake bahasa yang tinggi-tinggi dan yang berat-berat, namun para pembaca senang, puas dan disengat ketika mereka membaca buku-buku itu.

Ceritanya, dari kefrustasian itu saya mulai menulis beberapa bab, lalu saya minta Shieny (isteri saya) sebagai orang pertama yang membaca draft buku itu.

Apa komentar Shieny ketika buka-buka beberapa halaman?

Dengan berbunga-bunga, saya akan mendapatkan pujian sana sini dari Shieny. Saya siapkan telinga dan hati saya ketika Shieny mulai bolak-balik halaman (sebenarnya Shieny ngga baca-baca amat) lalu menaruh lagi di meja makan, sementara saya yang sudah berharap banyak akan pujiannya berujung kepada kekecewaan super berat!

"Buku apaan ini! Buku yang jenis kayak gini sudah banyak, dan kurang menarik! Kalo Koko mau menulis buku, menulislah sebuah buku yang berbeda, jangan seperti gini, baca beberapa halaman saja saya tidak mau, apalagi membacanya sampai halaman terakhir. Jangan bikin buku yang kayak gini! Apa menariknya buku kayak gitu!" dengan enteng Shieny pergi, sementara hati saya remuk redam dan hancur berantakan ngga ketulungan.

Saya merenung lama di depan laptop, ngga bisa berkutik, mati kutu atau kutu mati, ah ngga ada bedanya. Lalu saya kejar Shieny yang berada di ruangan yang lain, "lalu buku yang bagus itu seperti apa?" "Buku yang bagus itu bikin orang penasaran, setiap bab mempunyai kejutan, dan ramuan antara yang serius, yang lucu, dan .... bisa ngga Koko bikin orang menangis ketika baca buku Koko, karena tersentuh?"

Definisi buku bagus itu semakin membuat saya frustasi, "Dari pada membuat buku yang bikin nangis karena tersentuh, lebih baik saya menangis dulu. Khan ada peribahasanya, "Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang kemudian. Bersakit-sakit dahulu, lalu pulang dijemput pake speed-boat!" hihihi sebab kalau sakit di hulu, kelamaan pulang pake rakit lagi, boro-boro bisa berenang. Ntar makin demam dan harus segera ke dokter, makanya lanjutan peribahasa itu diubah saja dalam kolom DAPUR SteHe ini!

Dapur SteHeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang