Setelah kejadian kemarin aku tidak pernah bertemu lagi dengan Harry. Bukannya aku merindukan kehadirannya, tapi aku hanya ingin memastikan bahwa pria keriting itu masih hidup, setidaknya dia sekarang masih dalam keadaan bisa bernafas karena jujur sepulang dari kejadian itu aku benar-benar mengutuk dia. Dasar pria keriting aneh. Memikirkan dia membuat kepalaku bisa pecah saat ini juga.
Aku sedang berada di kafetaria kampus. Melarikan diri dari seseorang tepatnya. Kupikir hanya Harry yang bisa menjengkelkanku di kampus dan sekarang bertambah lagi seorang penjengkel kecil.
Apa kau masih ingat dengan Selena. Setelah pulang dari liburan tingkahnya menjadi sedikit menyebalkan. Selama perkuliahan sastra tadi misalnya dia sama sekali tidak berhenti mengoceh mengenai liburannya. Pada awalnya aku excited dengan cerita teman baruku ini tapi lama-kelamaan dia berubah menjelma penjengkel kecil yang menyebalkan. Kupingku pasti sudah memanas akibat ocehannya tetapi sebisa mungkin aku memakluminya atau lebih tepatnya berpura-pura tertarik pada cerita menyebalkannya itu daripada dia melakukan hal yang lebih menyebalkan lagi.
Aku sedang menikmati segelas coffee dan chocolate milk kesukaanku sendirian. Aku tidak peduli dengan tatapan beberapa orang yang terkadang mencuri-curi pandang kearah mejaku. Sengaja kupilih meja paling pojok agar Selena tidak dapat menemuiku ditempat ini sampai dimulainya perkuliahan Mr. Fernandez nanti.
" Boleh aku duduk disini manis." Ucap Zayn mengagetkanku. Aku tidak menyadari jika Zayn sudah berdiri didepanku membawa nampan pesanannya dengan susah payah.
" Tentu Zayn duduklah, kau bisa menemaniku disini." Aku terkekeh melihatnya.
Pria itu kini sudah duduk didepanku dan meletakan kentang goreng, beberapa jenis snack dan minuman bersodanya di mejaku. " Kau bisa menaruh itu disini." Aku segera mengambil handphoneku dimeja ketika mengetahui bahwa pesanan Zayn membutuhkan tempat lebih untuk menaruh sebagian makanannya.
" Sorry Ken, kurasa aku memakan seluruh wilayah mejamu." Ucapnya kikuk kearahku.
" No problem Zayn, its okay. Aku hanya membutuhkan tempat untuk menaruh segelas coffee chocolateku saja dan selebihnya its yours." Kataku santai sambil terus memperhatikan Zayn.
" Thanks." Dia tersenyum lalu mulai memasukan kentang gorengnya kedalam mulut.
Sesekali dia melirik kearahku lalu dia melanjutkan acara memakan kentangnya lagi kemudian meminum sodanya dan seterusnya dia kembali melirik kearahku, makan, minum dan kembali lagi seperti itu.
" Ken boleh aku bertanya sesuatu ?" Tanyanya.
" Aku sudah tahu kau pasti ingin bertanya kepadaku sedari tadi, tentu saja asal jangan terlalu sulit saja." Jawabku. Dia lalu menaruh separuh kentang goreng yang dimakannya untuk memulai pembicaraan. Dari raut wajahnya sepertinya dia ingin bertanya sesuatu yang penting kepadaku.
" Aku tadi tidak sengaja melewati kelasmu dan melihat kau sedang berbicara dengan perempuan disamping kirimu itu. Maksudku mm...bagaimana aku menjelaskannya yah." Ucap Zayn kikuk. Sebernarnya apa yang ingin dia tanyakan.
" Apa kau mengenal dia dengan sangat dekat, maksudku kalian berteman akrab mungkin. Maksudku dengan teman berbicaramu tadi di kelas." Ucapnya sangat gugup. Ada apa dengan pria didepanku ini.
" Yang kau maksud mungkin Selena, kami cukup dekat tapi tidak dekat-dekat juga sih." Jawabku malas.
Kenapa harus ada Selena dalam pembicaraan kami, apa jangan-jangan Zayn naksir Selena. Bagaimana kalau benar. Aku tidak yakin mau mendekatkan mereka berdua terutama dengan perempuan yang akhir-akhir ini sedang menjengkelkan.
Zayn tampak sedang memikirkan sesuatu yang rumit dikepalanya saat ini. Itu sangat terlihat jelas. Dia lalu melihat kearahku dengan tatapan yang tidak bisa kuartikan.