Dua

697 54 19
                                    

Terri menatap Rius dengan wajah angkuh.

"Terserah kamu mau ngomong apa, pokoknya aku nggak mau dan nggak akan putus dari kamu." ucap Terri dengan penuh penekanan di setiap kata-katanya, sambil melipat tangan di depan dada.

Rius tertawa sinis.

"Hem. Gitu ya? Sayangnya, gue mau-mau aja." jawab Rius enteng, lalu melangkah pergi meninggalkan Terri.

Terri menatap kepergian Rius dengan wajah angkuh.

"Kamu secara nggak langsung udah membangunkan monster pembunuh dalam diri aku." ucap Terri lebih kepada dirinya sendiri, kemudian tertawa iblis.

Sesaat setelah itu, Terri kembali menormalkan wajahnya, yaitu dengan senyum tipis. Kemudian, Terri mengambil obat tetes mata yang sudah Ia beli tadi pagi untuk berjaga-jaga dan meneteskannya di mata, kemudian dikerjapkannya matanya.

Terri membuat wajah sehabis menangis dan Terri mengusap matanya dengan kasar.

::: ::: ::: ::: ::: ::: ::: ::: ::: ::: ::: ::: ::: ::: ::: :::

Girl
You're the one I want to want me
And if you want, me, girl you got me
There's nothing I know
I wouldn't do, I wouldn't do
Just to get me next to you

"Wey!" Gita menghadap menatap ke belakangnya.

Tampak Gilang sedang nyengir di belakangnya.

Gita mendecak kesal dan kembali memasangkan earphone-nya yang sempat terjatuh karena ulah Gilang. Gilang duduk di samping Gita.

"Git. Lo nggak bakal percaya atas apa yang bakal gue mau ceritain. Tau nggak? Masa tadi ya.."

Gita menatap pemandangan langit penuh bintang bertabur di sana.

Tiba-tiba, ada suara kresek-kresek seperti orang berbicara. Seketika, Gita membuka earphonenya karena ingat bahwa Gilang sedang berbicara. Namun, Gilang sudah selesai dengan kata-katanya.

"Gimana? Keren gak?" tanya Gilang.

"Hah?" tanya Gita tidak mengerti.
Gilang mendecak kesal.

"Elah! Sesama adek ipar ngomong tuh didengerin! Bolot." Gita nyengir.

Gita memang tidak mendengarnya sama sekali, karena Gita menyalakan musiknya dengan suara lumayan keras.

"Yaudah. Gue ulangin dari awal. Tapi dengerin gue ngomong baik-baik." Gita mengangguk-angguk.

Gilang baru akan menarik napas untuk bercerita kembali, sebelum kakak Gita, Piscesaria Ariestya-atau Cesa, membuka pintu balkon kamar Gita.

"Yeh, kalian disini. Ayo! Cepet masuk! Bentar lagi makan malem mulai!"

Gilang mendecak. Gita ikut mendecak.

"Apaan sih. Cakcek, cakcek, emangnya cicak? Udah cepetan masuk, atau ini pintu kakak kunci." ancam Cesa.

Gita langsung berlari masuk, Gilang pun ikut seperti berlomba estafet.

Cesa yang masih terbengong menatap kepergian keduanya hanya tersenyum tipis.

"Untung gue sayang. Kalo nggak, udah gue pukul kepala mereka pake panci."

::: ::: ::: ::: ::: ::: ::: ::: ::: ::: ::: ::: ::: ::: ::: :::

"Git! Terri, Git!" pekik Anaya dengan suara tercekik.

Gita menatap datar pintu kelas, kemudian menaikkan sebelah alis. Ada apa gerangan seorang Terriyama Vodriana datang ke kelasnya?

SagitaRiusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang