Empat

556 49 21
                                    

Gita menatap Dirra yang sedang tertawa disamping Rius. Mereka terlihat bahagia. Bahkan, dulu Dirra yang selalu menjelek-jelekkan Rius di depannya. Tapi sekarang, Gita tidak yakin Dirra masih berani menjelek-jelekkan nama Rius di hadapannya.

Plus, ada banyak desas-desus kalau Rius dan Dirra jadian. Jujur, Gita sangat marah besar mendengar berita itu. Tapi, mengetahui bahwa itu baru sekadar isu dan bukan masalah yang besar, Gita berencana untuk tidak peduli. Tapi, ternyata tidak peduli tidak semudah itu.

"Gita." panggil seseorang.

Gita menoleh dan menatap Anaya dengan pandangan bertanya.

"Kenapa, Nay?" tanya Gita dengan suara pelan.

"Bengong mulu. Tiati kesambet setan." ucap Anaya memperingatkan.

Gita hanya menaikkan tulang pipinya ke atas. Sejujurnya, Gita tidak tersenyum sama sekali.

Sedangkan di lain pihak, Dirra justru senang dan nyaman berada di dekat Rius. Persepsinya tentang Rius selama ini salah. Dirra sendiri merasa bersalah selalu menjelek-jelekkan nama Rius di hadapan Gita.

Hingga Dirra lupa bahwa Gita pernah dan masih menyukai Rius sampai sekarang. Dan seiring waktu, perasaannya kepada Rius berubah menjadi suatu hal aneh bernama cinta.

::: ::: ::: ::: ::: ::: ::: ::: ::: ::: ::: ::: ::: ::: ::: :::

Rius membereskan bekal makan siangnya dan memeriksa jam tangannya.

Pukul 11.30.

Rius segera memasukkan bekalnya di dalam tas dan berjalan hingga sampai di depan pintu kelasnya. Ada Dirra dan seorang perempuan yang sedang berbicara akrab di depan pintu kelas mereka.

Dirra sesekali tertawa kencang, dan mengeluarkan semburat merah. Sedangkan, perempuan itu masih dengan senyum manisnya hingga terlihat lesung pipinya yang tipis, atau kadang terkekeh kecil. Hingga, pandangan Rius dan perempuan itu bertemu.

Rius langsung mengingat bahwa gadis itu adalah Gita, dan tersenyum ke arahnya. Gita hanya menunduk dan langsung masuk ke kelas tanpa salam ke arah Dirra. Dirra yang sedang tertawa langsung berhenti.

Rius langsung masuk juga ke kelasnya.

Samar-samar, terdengar teriakkan,"GIT! GUE KAYAK ORANG GILA KETAWA SENDIRI TAU GAK!"

Dan, Rius tertawa kecil.

"Eh, Ri!" Rius menoleh dan mendapati Gilang sedang menggandeng seorang perempuan yang dia tahu bernama Arina Garsana Amadea.

Gilang juga walau bertampang alim, Ia juga tipikal 'oh-sangat-Rius'.

"Titip dong, ini buat Gita. Kasiin ya. Gue mau ada urusan dulu." ucap Gilang sambil menunjuk Arina dengan dagu, sedang mengeluarkan semburat merah.

Kemudian, Gilang menyerahkan kotak bekal berwarna dominasi hitam-putih pada Rius.

"Oke, sip."

"Makasih banyak, bro."

Gilang melangkah keluar kelas, dengan genggaman tangan pada Arina yang sulit dilepaskan. Dan, Rius menatap canggung kotak bekal itu.

"Gue mau apain kotak bekel ini? Gue baru inget kalo si Gilang bilangnya Gita. Bukan Dirra." ucap Rius pada dirinya sendiri.

Rius pun menguatkan tekad dan berjalan ke arah kelas di depan kelasnya.

::: ::: ::: ::: ::: ::: ::: ::: ::: ::: ::: ::: ::: ::: ::: :::

"Dirra!" Yosa, sang Ketua Kelas, memanggil Dirra, membuat Dirra menengok.

Yosa menunjuk pintu kelas dengan dagu.

SagitaRiusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang