PART 6 - HARRY

100K 4.8K 85
                                    

"Apa kabar, Chocolate?"

Apa kabar? Apa kabar katanya? Setelah delapan tahun berlalu ia baru menanyakan kabarku!

Tunggu... bagaimana Harry bisa tahu tempat tinggalku? Apakah Kak Jono―kakakku―yang memberi tahu pria ini? Hhh, awas ya Kak Jono, kupukul kamu kalau nanti kita bertemu!

"Kamu semakin cantik saja."

Aku tersenyum, tidak terlalu lebar, tapi lumayanlah, mengingat suasana hatiku yang masih kacau sejak semalam gara-gara Jarez, ditambah kemunculan Harry yang tiba-tiba. "Kabarku baik." Aku mengangkat bahu, lalu mempersilakannya untuk duduk di kursi bambu di teras. "Apa kabar?"

Harry duduk dengan canggung, begitu juga aku. Sosok Harry tidak banyak berubah. Tapi tubuhnya lebih tinggi dan lebih berisi sekarang. Ia tidak terlalu tampan namun berkharisma dan baik. Dulu, ia membuatku tergila-gila padanya, hanya padanya.

"Tidak begitu baik. Ada yang ingin kubicarakan denganmu. Bisakah kita bicara di dalam?"

Aku menelan ludah. Kenapa pria ini bersikap seolah tidak pernah terjadi apa-apa, seolah ia tidak pernah menorehkan luka di hatiku? Delapan tahun yang lalu ia menolak cintaku dan malah menikahi wanita kaya raya yang datang dari kota. Harry yang lebih muda satu tahun dariku baru saja lulus SMA saat dilamar oleh wanita muda, cantik, kaya, dan sukses yang jatuh cinta pada pandangan pertama padanya.

Aku dan Harry satu kampung―Harry adalah teman Kak Jono―tapi kami baru dekat saat SMA. Aku jatuh cinta padanya dan kukira ia juga mencintaiku. Makanya aku kaget saat ia menolak cintaku dan malah menerima lamaran Mirani, wanita kaya berusia dua puluh dua tahun itu. Saat itu aku frustrasi, patah hati, hancur. Untunglah aku memiliki keluarga yang selalu menyemangati dan menyayangiku. Setelah Harry menikah, aku memutuskan hanya akan pulang kampung setahun sekali.

"Kita bicara di sini saja, tidak enak jika ada yang melihat kita berduaan di dalam. Ada apa? Apa kabar... istrimu?"

"Kami sudah bercerai."

Aku menutup mulutku.

Harry tersenyum sendu tanpa memandangku. "Kamu tahu kan hampir delapan tahun kami menikah, kami belum juga dikaruniai anak. Selama ini aku bersabar. Tapi kemudian aku memutuskan untuk mencari istri kedua. Mirani tidak mau dimadu, jadi ia memilih untuk bercerai denganku."

Aku hanya terdiam mendengar ceritanya. Semudah itukah? Seandainya aku yang ada di posisi Mirani, apa yang akan kulakukan? Mengizinkan Harry untuk memiliki istri kedua? Atau melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Mirani?

"Apakah kamu lebih menginginkan anak dibandingkan dengan istrimu yang telah menemanimu selama delapan tahun?" tanyaku tanpa basa-basi.

"Ya," jawab Harry mantap. Ia menatapku tiba-tiba, membuatku sedikit resah. Dan debar itu muncul kembali, debar yang kukira sudah hilang. Apa aku masih mencintai Harry, makanya selama ini aku belum bisa membuka hatiku untuk pria lain? "Kudengar dari Kak Jono kamu masih single dan belum menikah. Makanya, aku minta izin pada Mirani untuk menikah denganmu."

Apa katanya? Menikah? Denganku? Sungguh mengejutkan! Kata-kata itu terasa menyakitkan. Itu sama saja menyatakan bahwa aku pilihan kedua. Semua sudah terlambat. Harry telah memilih Mirani dan baru delapan tahun kemudian ia menginginkanku, itu pun dengan alasan 'ingin anak'. Aku sama sekali tidak merasa senang!

"Kamu jahat, Harry! Kenapa kamu melibatkan aku dalam rumah tanggamu? Kenapa kamu tega membuatku menjadi penyebab kerusakan rumah tangga kalian? Mirani saat ini pasti sangat membenciku!"

Harry menggeleng. Ia meraih tanganku lalu meremasnya, membuat jantungku berdebar-debar. "Mirani tidak marah padamu. Ia merestui pernikahan kita. Ia mengerti apa yang kuinginkan."

VIRGIN CHOCOLATE IS MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang