Sebelum pukul satu dini hari aku sudah tiba di rumah. Rasanya malas untuk masuk ke rumah: aku takut untuk mendengar suara-suara Jarez dan wanitanya. Aku lelah tapi tidak bisa tidur. Kenapa bayangan Jarez selalu menggangguku? Aku benci feromonnya! Belum pernah aku merasa seperti ini, bahkan dengan Harry sekalipun! Aku menginginkan Jarez. Pelukannya, ciumannya, dan... Kugelengkan kepalaku.
Ya Tuhan, masih dua bulan lagi!
Aku duduk diam di kasurku, mendengarkan. Sunyi. Apa Jarez belum pulang?
Saat aku terbangun di pagi hari, aku bernapas lega karena tidak mendengar suara-suara itu. Apa Jarez melakukannya di tempat lain? Mungkin saja. Hentikan, Chocolate, fokus untuk mencari uang, jangan biarkan perasaan tidak jelas ini mengganggu konsentrasi kerjamu, Chocolate!
***
Hari ini ada dua karyawan baru di perusahaan tempatku bekerja. Satu pria dan satu wanita. Yang pria adalah Harry―membuatku hampir menumpahkan tehku―dan satunya lagi adalah Bianca, wanita yang sangat cantik dan seksi, yang membuat hampir semua pria di ruanganku memelototi payudaranya yang seperti akan tumpah dan paha putih mulusnya.
Rupanya Harry juga terkejut melihatku; ia langsung membuang muka. Biar saja, aku tak peduli.
Entah harus merasa risi atau lega dengan adanya Bianca. Semua pria yang tadinya mengincarku, kini mengincar Bianca. Oke, pakaianku memang tidak seksi. Bukannya aku iri, hanya saja kupikir tidak seharusnya Bianca mengenakan pakaian yang terlampau seksi untuk bekerja di sini. Itu akan mengganggu konsentrasi kerja para pria di sini. Oh, ya ampun, Chocolate, biarkan saja Bianca!
"Kuharap gebetanku tidak tertarik pada Bianca," geram Emmie, rekan kerjaku.
Aku nyengir.
Saat makan siang, tanpa kusangka Harry mendatangi mejaku di kantin. Ia duduk di hadapanku setelah kuizinkan.
"Aku minta maaf, Chocolate. Kudengar dari beberapa karyawan di sini, kalau kamu itu wanita yang sulit untuk diajak kencan. Apa itu... karena Jarez?" Mata Harry menatapku. "Karyawan di sini bilang kalau kamu tinggal dengan orang tuamu, tapi aku tahu itu tidak benar."
Cepat sekali informasi tentangku sampai ke telinganya. "Tidak perlu mengurusiku."
Harry menggenggam tanganku tiba-tiba. "Chocolate, belum terlambat jika kamu ingin kembali ke jalan yang benar. Putuskan hubunganmu dengan Jarez lalu menikahlah denganku."
Ucapan Harry berhasil membuatku tersedak. Buru-buru kuminum teh hangatku. "Aku tidak mau. Sudah terlambat untuk kita, Harry."
"Jangan terburu-buru menjawab. Pikirkan perasaan orang tuamu di kampung."
Ck, apa yang harus kulakukan, ya? Kalau aku bercerita soal Jarez yang sesungguhnya, apa Harry akan percaya? Tapi kalau Harry percaya, ia pasti akan semakin memaksaku untuk menikah dengannya.
"Harry, setelah makan siang, kutunggu di ruanganku."
Pak Evran, bos tampan dan playboy, pemilik perusahaan tempatku bekerja, menghampiri meja kami. Matanya menatap Harry dengan tidak suka. Dari dekat, wajah Pak Evran semakin terlihat tampan. Sampai saat ini di usianya yang ke-35, ia belum menikah dan masih betah menjadi playboy. Mengingatkanku pada Jarez.
"Baik, Pak."
Aku tersenyum pada Pak Evran dan ia membalas senyumku dengan ramah sebelum berlalu ke luar kantin.
"Evran itu sepupu Mirani. Sepertinya ia tidak suka melihatku mengobrol denganmu." Harry menjelaskan tanpa diminta. Ia menghela napas. "Ada beberapa perusahaan yang menawariku pekerjaan tapi Mirani berkeras agar Evran menerimaku di sini. Padahal Mirani tahu bahwa Evran tidak menyukaiku. Kurasa Mirani meminta Evran untuk mengawasiku. "
Informasi yang mengejutkan! Jadi Pak Evran itu sepupu Mirani! "Mirani masih mencintaimu."
Harry menatapku. "Tapi aku mencintaimu."
"Harry―"
"Pikirkan baik-baik, Chocolate. Pikirkan perasaan orang tuamu di kampung. Sampai nanti."
Aku menutup wajahku. Apa yang harus kulakukan?
***
Sudah beberapa malam aku menunggu suara-suara itu. Tapi setiap malam sampai pukul dua dini hari, suara itu tidak juga terdengar. Apa Jarez pergi? Ke mana? Kenapa aku merindukan pria mesum itu? Aku ingin bertemu dengannya. Aku ingin ia menggangguku. Aku ingin bibirnya mencium bibirku, tangan-tangan kuatnya memelukku. Aku tidak mengerti apa yang sebenarnya kurasakan saat ini pada Jarez. Nafsu? Cinta sesaat? Aku tidak tahu, yang kutahu aku rindu setengah mati padanya.
"Kenapa kamu tidak memasang gembok dan kunci slot?"
Jantungku seolah berhenti tiba-tiba lalu berdegup dengan kencang, membuatku sedikit terengah. Perlahan aku duduk. Kutatap pria tampan dan tinggi yang tengah berdiri di muka kamarku. "Jarez?"
"Merindukanku?"
Wajahku terasa panas. Apa ini mimpi? Tidak mungkin Jarez ada di sini setelah menghilang beberapa hari kan? Tapi aroma tubuhnya yang memenuhi kamarku terasa nyata. Aku menelan ludah dan mengangkat bahu. "Aku tidak tahu."
Perlahan Jarez mendekatiku lalu berlutut di hadapanku. Ia menunduk dan mengurungku ke dinding. "Aku merindukanmu, Chocolate," bisiknya dengan suara seraknya, menebarkan aroma mint yang kurindukan.
Jantungku seolah meledak saat bibir Jarez mencium bibirku. Terasa sejuk, lembab, dan harum. Ini mimpi atau khayalanku semata? "Apa aku sedang bermimpi?"
Jarez melepaskan ciumannya lalu menatapku dengan mata indahnya yang sewarna madu. Ia tersenyum geli. "Kamu tidak sedang bermimpi. Akan kubuktikan bahwa ini nyata, my Virgin Chocolate."
Aku menelan ludah. Napasku terasa sesak. My Virgin Chocolate. Aku tidak suka sebutan itu, seolah mengejekku. Tapi aku menyukai saat kata itu meluncur dari bibirnya, terdengar menggairahkan. Jarez tidak menunggu lama, ia kembali mencium bibirku sementara kedua tangannya mencengkeram kedua sisi kepalaku. Seperti biasa, ciumannya begitu memabukkan, membuatku kehilangan arah. Bibir, lidah, dan giginya bercinta di mulutku, membuatku tidak ingin Jarez menghentikan pagutan bibirnya.
Saat akhirnya Jarez membuka semua kancing atasan piyamaku, aku tidak menolaknya. Napas kami berdua terdengar keras di kamar yang temaram dan sunyi. Aku memejamkan mata saat telapak tangan Jarez yang panas menyentuh bagian atas payudaraku yang tidak terbungkus bra. Ia mengelusnya pelan. Tubuhku terasa terbakar.
"My Virgin Chocolate," bisiknya sebelum tangannya mendorong bra-ku ke atas lalu menangkup kedua payudaraku, membuatku mengerang pelan. Setelah meremasnya dengan lembut, Jarez menunduk lalu mengulum salah satu puncak payudaraku yang telah mengeras.
Erangan keras meluncur dari bibirku sementara aku mendongak. Rasa nikmat tak terkira melandaku saat bibir Jarez mengulum salah satu puncak payudaraku sementara tangannya memutar-mutar puncak payudaraku yang lain. Rasa manis menjalar ke seluruh tubuhku, terutama ke bagian kewanitaanku yang telah basah.
"Jarez...." Kugigit bibir menahan rasa nikmat yang ingin segera dituntaskan.
Jarez melepaskan kulumannya lalu menatapku. Kedua tangannya kini sibuk memilin kedua puncak payudaraku, membuatku bergerak-gerak gelisah dan mendesah-desah.
"Kamu ingin aku berada di dalammu?" Matanya menatapku lurus, berlumur gairah. Napasnya terengah-engah. "Itu yang kamu inginkan, Chocolate?"
Payudaraku naik-turun seiring tarikan dan helaan napasku yang cepat. Kepalaku terasa pening dan telingaku berdenging sementara rasa nikmat yang berpusat di payudara dan kewanitaanku mendesakku untuk mengatakan 'ya'.
***
SELAMAT BERAKHIR PEKAN, SEMOGA SUKA, KEDAI CERPEN, 22 AGUSTUS 2015, 02:37
KAMU SEDANG MEMBACA
VIRGIN CHOCOLATE IS MINE
RomanceSINOPSIS WARNING, 21++ CHOCOLATE: Aku sungguh-sungguh tidak menyukai saat mata tajam pria itu menatapku lama. Hanya menatap, tidak berkata apa-apa ataupun memberiku sebuah senyuman. Dia tetangga baru yang pindah ke sebelah rumahku, namun aku berhara...