Live Oak 05.30 PM
Autor's POV
Matahari mulai meringsut digantikan cahaya bulan yang indah untuk dipandang. Sore pun telah digantikan malam. Tak banyak yang berubah dari kota kecil Live Oak kecuali muda mudi yang banyak merantau ke kota besar untuk memenuhi tujuannya.
Kota kecil yang berjaya di jamannya dulu, kini telah lama ditinggal wisatawannya. Banyak desas desus yang bertebaran tentang hutan HighGate dan segala mahluk yang menghuninya. Entah itu fakta atau hanya opini saja. Tapi banyak juga terbukti.
Dari tahun ke tahun selalu ada saja wanita muda yang hilang, entah dari penduduk Live Oak sendiri maupun wisatawan. Tak pernah ada yang mampu mencari dan menelusuri hutan HighGate, polisi pun tak mau ambil resiko memasuki hutan yang banyak terdapat binatang buas tersebut.
***
Sally's POV
Kutatap cendela dapur yang mengarah tepat ke rumpunnya pepohonan. Hatiku sakit ketika memikirkan rumah ini, bahkan sekarang aku harus tinggal dirumah ini lagi, meskipun tak akan lama aku disini tapi cukup membuatku sesak.
Kembali teringat kenyataan ayah ibu telah pergi tanpa meninggalkan harta berlimpah pada ku, membuatku memutuskan untuk tak melanjutkan kuliahku, tak melanjutkan masa depan yang telah aku tata sedemikian rupa.
Seharusnya aku sekarang tengah duduk nyaman di kursi seorang Psikolog anak di sebuah rumah sakit terkemuka. Memiliki keluarga lengkap dan bahagia, memiliki penghasilan yang bisa dibilang lebih, dan menikah dengan peter, lelaki yang sangat kucintai.
Tapi kenyataannya jauh dari anganku, aku yang sekarang tengah berdiri di dapur dengan celemek bertengger di tubuh semampaiku. Tak punya apa - apa untuk dibanggakan dan tak punya percaya diri yang dulu ku sandang. Aku merasa hidup ini terlalu kejam kepadaku. Merenggut segala yang aku cintai.
Ku toleh pria yang telah duduk dimeja makan dengan menikmati teh hangat yang tadi ku hidangkan untuknya. Yap.. peter, pria yang rela mengikutiku keluar dari kuliahnya hanya untuk bekerja dan membantu menghidupiku serta adik ku. Ia memang sudah lama hidup jauh dari keluarganya yang berada di USA . Entahlah apakah ia telah menceritakan keputusannya untuk bersamaku tersebut. Saat ini hanya Peter dan Elly yang mampu membuatku kembali tersenyum menjalani hidupku.
Aku merasa sama sekali tak berguna saat ini. Memikirkan masa lalu ku membuat kepalaku serasa ingin pecah. Aku ingin marah tapi tak tau harus ke siapa. Ingin menangis kencang tapi kutahu itu sia sia. Menginjakkan kakiku ke tempat ini serasa menginjakan kaki ditas duri duri tajam nan menusuk.
Tak terasa airmata perlahan membasahi pipiku. Ku usap kasar air mataku, berusaha untuk menahan tumpahan air mata yang selalu ku tahan dengan susah payah. Bertingkah tegar, yah itu yang selalu ku lakukan.
Kurasakan tangan yang kekar melingkar di pinggangku, menyalurkan kehangatan yang menenangkan, aku sedikit tersentak kaget, tapi saat kusadari itu Peter hatiku merasa tenang.
Aku selalu merasa nyaman dan aman ketika berada didekatnya. Ku pasang topeng senyum maniskuku untuk menutupi gelisah dalam diriku yang tadinya akan menguasai jiwaku.
"ada apa Peter?" aku bertanya polos padanya tanpa berhenti dari aktifitas memotongku.
"justru aku yang harusnya bertanya ada apa Sally?." Ia tersenyum padaku. Senyumnya terlihat di pantulan kaca yang berada di depanku.
"aku tak papa" maaf aku berbohong. Tapi kau pasti tau aku sedang berbohong peter.
"jangan bohong padaku Sally. Ceritakan apa yang membuatmu gelisah. Jangan kau kira aku tak memperhatikanmu dari tadi sweety" ucapnya tanpa ragu.
Aku hanya tersenyum tipis. Hembus nafasnya menyentuh tengkukku, membuatku merinding geli. Kemudian ia memutar badanku menghadapnya dan melingkarkan kembali tangannya di pinggangku.
Kurasakan wajahku memanas karna malu. Jarak kami hanya satu jengkah. Bahkan bagian bawah tubuh kami telah menempel satu sama lain. Aroma tubuhnya yang harum terendus oleh indra penciumanku. Yah.. wangi mint yang maskulin sekaligus menenangkan..
"jangan seperti ini peter, kau membuatku malu." Protesku pura pura marah.
"kau sendri yang membuatku begini Sally, tak mau menceritakan masalahmu padaku sekarang?" ucapnya lembut nan menggoda.
Airmataku menetes lagi, aku hanya diam menunduk tanpa membalas pertanyaan peter. Rambut pirang panjangku menutup sebagian wajahku saat aku menunduk.
"baiklah aku tak kan memaksamu bercerita ketika kau belum siap. Ceritakan padaku ketika kau telah merasa mampu menuangkan segalanya padaku. Aku akan selalu bersamamu ketika kau membutuhkanku. Percayalah padaku" Ia kemudian tersenyum hangat padaku dan mengusap air mataku.
Aku tak bisa berkata apa - apa, air mataku malah semakin deras terjatuh. Aku memeluknya erat. Mencari ketenangan dalam dekapannya. Yah.. kurasakan ketenangan dan kehangatan yang aku harapkan. Ia pun mempererat dekapannya sambil mengelus rambut ku.
Ia melepaskan pelukannya dan kemudian mencium lembut bibirku. Menikmatinya dan membuatku kenikmatan dengan ciumannya. Aku sampai lupa bernafas ketika itu. Seakan beban jiwaku pun terangkat oleh ciumannya yang membelai.
Ini adalah ciuman pertamaku yang sukses membuat wajahku memerah ketika ia melepas ciumannya. Aku langsung mencari udara sebanyak banyanya ketika ciuman itu berakhir. Aku sangat malu dan terlihat bodoh. Yah aku terlihat bodoh di ciuman pertamaku ini, membuat peter terkekeh geli melihat wajahku.
Buru buru aku melepaskan diri darinya. "aku akan menyusul Elly, emm kenapa ia sangat lama diatas" aku berhasil mencari alasan dan kabur menutupi rasa maluku. Kakiku masih terasa lemas saat kuputuskan beranjak darinya.
Aku sedikit berlari kecil saat menaiki tangga. Sesampainya di kamar Elly, kulihat ia sedang menatap hutan dari sebuah cendela di kamarnya. Ternyata ia sudah membersihkan kamarnya hingga terlihat sudah sangat bersih dan rapi. Aku menghampirinya yang terlalu serius menatap hutan itu, kupikir ia sedang melamun, saat ternyata kulihat perlahan Elly mundur kebelakang. Aku khawatir lantas menepuk bahunya yang sukses membuatnya terjingkat kaget.
"Elly??" panggil ku dari belakangku.
"kakak, kapan kakak kesini?" tanya Elly dengan wajah yang aneh.
"baru saja. Apakah kau sudah selesai dengan bagianmu Elly? Kalau sudah bantu kakak menata meja makan yah, sebentar lagi waktunya makan." Celoteh ku pada nya.
"oh.. iya kak sebentar lagi yah, aku akan merapikan diriku dulu sebelum turun" tuturnya.
"baiklah, bergegaslah sayang, kau pasti tak sabar mencicipi masakanku" ucap ku.
"iyah kak" jawabnya sembari mengulum senyum tipis padaku.
Kemudian aku berangsur meninggalkan Elly dikamarnya.
***
ommo..
Lama engga update yah, Maap lagi kebanyakan pikiran akhirnya engga ada ide buat lanjut..
Sekarang aku balik lagi yah meskipun pendek, disini aku masukin romance nt agak dewasa dikit, dikit kok, tapi ga jamin juga di part selanjutnya ga dikit.... hahaha #lol
Minta vote dong readers, and kalau perlu comment sekalian.. hahah #ketawajahat
Biar semangat juga lanjutnya.. Yah yah, Biar tau ada yang baca engga c ceritaku ini, berikan aku semangat..DH
KAMU SEDANG MEMBACA
Memory in My World
Vampirdaun daun yang menyelimuti lantai hutan belantara mengingatkanku akan kejadian paling aku benci seumur hidupku.. tetapi dari sanalah titik pertama aku bangkit. manusia lebih kuat dari pada vampire, walaupun mereka abadi tapi mereka bisa mati dengan...