Prolog

894 23 0
                                    

   Jasmine Queena, gadis yang terlahir seperti bidadari di dunia nyata. Hidup bagaikan alunan cerita dongeng anak-anak yang memiliki segalanya membuat gadis cantik tersebut terlihat tanpa celah.

Hidup tanpa campur tangan keluarga membuat Jasmine tumbuh dengan kepercayaan diri berlipat ganda. Kata insecure enggan untuk ia lekatkan pada diri harap-harap takut membenci diri sendiri.

Ia terlahir sebagai cucu satu-satunya dari keluarga Konglomerat tidak membuat gadis bermata coklat terang itu sombong. Jasmine selalu berusaha untuk tidak mencolok dalam segi apapun. Mulai dari cara berpakaian, sikap dan kelakuannya sendiri. Namun tetap saja dirinya selalu mencolok dimata orang lain.

Jasmine benci ketika orang luar sana memandangnya rendah. Kalimat yang paling ia benci "karena dia kaya." Kalimat tersebut bagaikan cambuk untuknya.

Hidup seperti layaknya putri selama ini, mulai membuatnya jengah, ia bosan mengeliling dunia hanya untuk menghabiskan waktu seusai lulus kuliah. Pikiran Jasmine masih buntu untuk melanjutkan kegiatan apa yang akan ia lakukan selain berlibur.

Kakek dan orang-tuanya tidak pernah ikut campur dalam keinginan Jasmine. Ia menyetir masa depannya sendiri, itulah yang selalu Jasmine tanamkan dalam diri. Ia tidak ingin salah dan menyesal dikemudian hari hanya karena mengikuti keinginan keluarga semata untuk menaikan derajat atau keinginan pribadi.

   "Apa tidak sebaiknya Jasmine menikah saja, mengingat umurnya sudah memasuki usia matang." Ujar pria tua yang diakui Jasmine sebagai adik tiri dari Kakek Jasmine.

   Ucapan pria bangkotan tersebut mendapatkan perhatian lebih dari seluruh penghuni ruang makan. Mendadak suara benturan sendok besi dan piring kaca hening seketika. Bagaikan semburan api menjalar ke diri Jasmine.

   Tara— ayah dari Jasmine dan Anita—ibu Jasmine saling beradu pandang ketika usulan tersebut membuat Jasmine mematung ditempat. Hal tersebut sangat tidak tepat untuk di utarakan sekarang, mengingat Jasmine baru saja pulang dari Eropa setelah lulus dari kuliahnya.

   "Mengingat Jasmine, sudah selesai kuliah. Usulanku sedikit masuk akal, bukan?" Katanya sambil terkekeh.

   Bramana menatap sinis adik tirinya dan menatap Jasmine yang masih mematung. Bramana tidak munafik, ia sangat ingin melihat cucunya menikah disaat dirinya masih hidup seperti sekarang ini, hanya saja Bramana tidak berhak sama sekali dan enggan memasuki ranah pribadi cucunya.

   "Tutup mulutmu, Lex. Kita sebagai Kakek tidak berhak ikut campur urusan anak dan cucu." Desis Bramana mengingatkan.

   "Tapi Bram, cucuku sudah banyak yang menikah. Lihatlah Jasmine terlalu kau manja hingga tidak mengerti apa itu cinta." Kata Alex terus terang. Bramana semakin membelak kaget dengan ucapan adik tirinya yang semakin kelewatan.

   Jasmine menunduk, ucapan Kakek Alex membuat Jasmine ingin mengutarakan pendapatnya. Sebelumnya, belum ada yang pernah menyinggung masalah sensitif ini padanya. Tapi Jasmine bukan lagi anak kecil, ia paham jika Kakek dan kedua orangtuanya juga cemas dengan masalah tersebut.

   "Jasmine akan menikah, Kek. Tentu saja, Jasmine perempuan. Kalian semua jangan cemas." Hanya itulah kata yang mampu Jasmine ucapkan untuk menenangkan suasana yang sangat canggung di meja makan.

   Anita menatap putrinya dalam. Terbesit rasa penasaran mengapa putrinya sangat yakin, Jasmine tidak pernah berkencan dengan pria manapun Anita tau itu. Tentu saja Anita yakin anaknya itu berbohong hanya untuk mencairkan suasana.

"Bagus kalau begitu. Sebentar lagi Mera bakal menikah dalam waktu dekat, sebelum kalian mendengar dari media aku terlebih dahulu mengumumkan." Kata Kakek Alex sambil tersenyum bangga.

The Princess LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang