Bianglala

487 34 0
                                    

"Terima kasih sudah datang di konser kami kemarin." Kyungsoo mengucapkan terima kasih pada Gin ketika mereka bertemu di tempat yang sama, di bawah Pohon Sketsa begitu Kyungsoo menyebutnya.

"Aku tidak menonton konser kalian," Gin menyanggah. Dia tetap sibuk meneruskan sketsa abstrak di buku sketsanya. Alis Kyungsoo bertaut, hatinya mencelos.

"Tapi aku melihatmu di sana. Aku melihatmu memberiku semangat saat rehearsal dan kau berada di baris paling depan." Kyungsoo tak terima. Otaknya tak mau menerima pernyataan Gin, cairan panas seolah mengaliri tenggorokannya. Gin acuh. Sepersekian detik berikutnya matanya bertemu dengan mata Kyungsoo.

"Sungguh aku tidak pergi ke Beijing kemarin." Gin tidak berbohong dan Kyungsoo tahu itu. Mungkin dirinya memang berhalusinasi. Mungkin dia terlalu memikirkan Gin, memikirkan Gin? Kyungsoo terhenyak.

"Apakah kau merindukanku?" tanya Gin dingin. Kyungsoo ingin menjawab iya, tapi dirinya sendiri tak yakin.

"Tidak, mungkin aku terlalu lelah saat konser kemarin." jawab Kyungsoo. Dia juga menghibur dirinya sendiri dengan pernyataannya itu. Gin membereskan alat tulis dan buku sketsanya lalu berdiri.

"Apakah kau terlalu lelah untuk bermain ke taman hiburan?" tanya Gin lagi. Kyungsoo mendongak, tangan Gin telah terulur ke arahnya.

"Ayo pergi sekarang, Kyungsoo-yah~" ajak Gin terus mengulurkan tangannya. Kyungsoo dengan ragu menyambutnya.

"Ah, tunggu sebentar. Syal itu saja tidak cukup." Gin merogoh kantong jaket bulunya, dia mengeluarkan dua masker berwarna hitam dari sana. Salah satunya Ia pasangkan pada Kyungsoo.

"Yuk," Gin kemudian menyeret Kyungsoo pergi dari pohon sketsa.

********

Gin mengeluarkan ponselnya dan mengajak Kyungsoo bersenang-senang menaiki bianglala di taman hiburan. Gin membuka maskernya. Dan tersenyum-senyum bahagia.

"Kau harus menikmati malam ini Kyungsoo-yah," ujarnya. Kyungsoo ingin membuka maskernya ketika Gin bersandar di bahunya. Rambut Gin beraroma vanilla yang manis, Kyungsoo dapat menciumnya dalam jarak sedekat ini. Kyungsoo tak pernah merasa begitu nyaman bersama seorang gadis sebelumnya. Apalagi dengan gadis yang baru dikenalnya seperti Gin.

"Jangan buka maskermu," saran Gin, matanya masih menatap kamera depan ponselnya yang dia aktifkan sebagai perekam video. "Aku ingin Do Kyungsoo bersenang-senang, apakah kau senang hari ini?" tanya Gin pada Kyungsoo. Kyungsoo mengangguk dan Gin tahu Kyungsoo tersenyum di balik masker pemberiannya itu.

Usai turun dari bianglala, Gin mengajak Kyungsoo menaiki roller coaster. Alih-alih Kyungsoo yang bersenang-senang, justru Gin lah yang bahagia dan menikmati malam itu sepenuhnya. Kyungsoo bahagia melihat gadis itu tertawa lepas, matanya bersinar dan hatinya menghangat. Kerinduannya akan rumah, kerinduannya terhadap Ibunya, segala penat dan lelah yang ia rasakan hilang sudah.

Pipipopipo~ Pipipopipo~

Hyung, ini sudah lewat tengah malam. Kuharap kau segera pulang sebelum manajer khawatir dan mencarimu.

Jongin.

Pesan dari Kai masuk ke ponsel Kyungsoo, saatnya mengakhiri satu malam menyenangkan di musim dingin lagi.

"Gin," Kyungsoo menarik lengan Gin yang berjalan di depannya. Gin menoleh.

"Ada apa?" tanyanya polos.

"Sudah lewat tengah malam, mari pulang," ajak Kyungsoo ketika mereka berada di depan Merry Go Round. "Aku akan mengantarkanmu pulang." tawarnya. Raut Gin menjadi sedikit masam. Gin menggaruk-garuk kepalanya.

"Ah, padahal aku masih ingin bersenang-senang denganmu. Tapi baiklah," Gin melihat jam di ponselnya "Mari pulang, kau tak perlu repot-repot mengantarkanku. Jaga dirimu baik-baik ya." Gin berpamitan pada Kyungsoo, dia melepas genggaman Kyungsoo di lengannya. Gin berbalik pergi dan melambai.

"Semoga malam ini membuatmu senang!" teriaknya dari jauh. Kyungsoo membalas lambaian gadisnya. Tunggu, gadisnya?

******

Pukul 02.18 pagi

Kyungsoo masih berjalan melewati jalanan dekat dengan asramanya. Udara serasa begitu dingin bagi tubuhnya, Kyungsoo menggigil. Dia mempercepat langkahnya. Namun nasib Kyungsoo rupanya tak begitu baik malam itu. Di persimpangan jalan satu blok sebelum asramanya, terdapat segerombol pemuda yang berniat buruk terhadapnya. Kyungsoo menghiraukan keberadaan mereka dan berjalan agak menjauh, akan tetapi seseorang telah memukul punggungnya dengan bat kayu dari belakang.

Kyungsoo jatuh terjerembab, maskernya terlepas.

"Aah, dia Idol baru itu kan. Tentu saja dia memiliki lebih banyak uang dari kita." gerombolan pemuda itu bersahut-sahutan. Kyungsoo berusaha bangkit.

"Kalian hanya ingin uang, ambillah." Kyungsoo merogoh kantongnya dan melemparkan beberapa lembar Won ke hadapan para pembegal itu. Seorang pemuda yang mengenakan denim belel meludah.

"Cih, arogan. Uang saja tidak cukup untuk membuatmu jera." sepersekian detik berikutnya tinju pemuda itu melayang ke perut Kyungsoo. Kyungsoo berusaha melawan, namun dirinya sendiri tak mampu melawan enam orang pemuda yang salah satunya bersenjata bat kayu.

Kyungsoo terkapar, darah menetes dari hidung dan sudut mulutnya. Para pemuda itu pergi setelah puas mengambil seluruh uang Kyungsoo dan membuatnya babak belur. Kyungsoo meringkuk di tepi jalan, merasakan nyeri dan dingin yang melebur menjadi satu.

December RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang