Another Confession

512 22 1
                                    

Gin mengenakan dress berwarna pastel selutut dan membiarkan rambut hitamnya bergelombang natural, dia hanya menyisipkan jepit pita berwarna senada dengan dressnya untuk membuatnya tampak lebih manis. Gin berdiri kurang lebih lima belas menit di depan bioskop, menunggu dua idol yang harus dia jaga datang menepati janji mereka. Gin memilin ujung roknya, pipinya bersemu merah.

"Kalau saja Kyungsoo-yah tidak ikut pergi mungkin ini akan menjadi kencan bersama Minseokki," batin Gin, dia menghela nafas. Sepersekian detik kemudian di tersadar, dia menampar-nampar pipinya "Apa yang baru saja aku pikirkan? Kencan?"

"Ahh~ pabo ya, aku kan asisten manajer mana mungkin berkencan dengan anak asuhku. Aish~" Gin menggumam tak jelas.

"Mwoya, Gin-ah?" Xiumin menepuk bahu Gin, menyadarkan dirinya dari delusi tabunya.

"Ah, Minseokki!" ujar Gin terkejut. Dadanya bergemuruh, takut apabila Xiumin mencuri dengar gumamannya atau bahkan bisa membaca pikirannya. Kyungsoo yang mengikuti Xiumin dari belakang tertegun, sejak kapan Gin memanggil Minseok-hyung seakrab itu? batinnya.

"Neomu kiyowoh~ kamu manis sekali hari ini." puji Xiumin tanpa basa-basi. Hati Kyungsoo mencelos.

"Mwo?!" ucap Gin dan Kyungsoo hampir bebarengan. Xiumin tersenyum lebar, tangannya meraih tangan Gin dan menggenggamnya.

"Asisten manajer kita manis sekali hari ini kan, Kyungsoo-yah?" tanya Xiumin retoris pada Kyungsoo. Kyungsoo tersipu, Xiumin benar. Gin terlihat manis sekali dalam balutan dress warna pastelnya dan blazer hangatnya.

"Andwaeyo, kamu pikir kau akan berkencan?!" ujar Kyungsoo pedas pada Gin. Gin serta merta melepaskan tangannya dari genggaman Xiumin. Gin menggeleng lemah, menunduk.

"Yah, Kyungsoo-yah! Jangan berkata kasar pada asisten manajer kita." nasihat Xiumin sembari menepuk bahu Kyungsoo. Dalam hati Kyungsoo ingin memuji Gin seperti yang dilakukan Xiumin, tapi mulutnya justru melontarkan kata yang tak pantas. Kyungsoo berdecak.

"Hyung, lebih baik kita segera memesan tiket film dan masuk ke teater sebelum kita dikenali." ujar Kyungsoo mengalihkan pembicaraan. Akhirnya ketiga orang tersebut masuk ke dalam bioskop, membeli tiket di semacam vending machine, membeli beberapa popcorn dan soda lalu masuk ke teater yang dimaksud.

Gin duduk di antara Kyungsoo dan Xiumin, menjadikan atmosfer di antara mereka bertiga menjadi canggung. Kyungsoo berkeringat dingin berada dalam jarak sedekat ini dengan Gin. Di dalam otaknya timbul pertikaian antara kebenciannya terhadap Gin dan perasaan sukanya pada gadis yang telah mempermainkan hidupnya itu.

"Tenang, Gin. Mereka hanyalah idol dan sudah tugasmu untuk menemani mereka kemanapun mereka mau. Ini bukanlah kencan di antara dua lelaki. Jangan besar kepala." Gin terus mengulang-ulang ucapan itu dalam hatinya. Gin mencoba tenang, namun keringat dingin yang membasahi dahi dan tangannya tak mau kompromi. Kegelisahan Gin membuatnya tak berkonsentrasi pada film yang diputar.

Tampaknya dari ketiga orang tersebut, hanya Xiumin yang tetap tenang seolah tak terjadi apapun, memang tak terjadi apapun bukan?

"Gin-ah, apa kau suka pergi ke bioskop?" tanya Xiumin lirih, matanya tetap fokus pada layar sementara tangannya mengambil popcorn dan mulutnya mengunyah tiada henti.

"Iya, aku suka pergi ke bioskop dan terbilang sering pergi sebelum aku diterima menjadi asisten manajer EXO." jawab Gin, dia berusaha menjawab dalam suara normal.

"Aku juga suka pergi ke bioskop," sahut Kyungsoo tak mau kalah "Akan sangat bagus bila kita sering pergi ke bioskop bersama-sama." Kyungsoo memaksudkan kalimat terakhirnya hanya untuk Gin, tidak untuk Xiumin.

"Ya, kita bisa pergi bersama-sama lagi lain kali." Xiumin menyahut. Kyungsoo kecewa, ucapannya tak kena sasaran.

"Atau jangan-jangan kau hanya berencana untuk mengajak Gin saja, Kyungsoo-yah?" Pipi Gin mulai memerah. Suasana yang tidak bagus bagi dirinya, canggung.

"Aku juga suka kalau Hyung turut serta. Lebih banyak lebih baik, bukan?" jawab Kyungsoo. Pada dasarnya dia seorang aktor sehingga dia mampu mejaga intonasi berbicaranya agar terdengar normal.

"Ah, aku lega. Kukira kau hanya akan mengajak Gin-ah karena kau suka padanya," sambung Xiumin. Gin berontak dalam hati, tak bisakah masalah pengakuan Kyungsoo tak dibahas saat ini?

"Karena aku juga menyukai Gin-ah." ujar Xiumin tenang. Jantung Kyungsoo seolah melompat dari dadanya. Refleks, tangannya terkepal erat.

"Ah!" Gin merintih. Kyungsoo tak sadar apabila tangannya yang terkepal itu menggenggam tangan Gin. Kyungsoo cepat-cepat mengendurkan kepalannya agar tangan Gin terlepas dari genggamannya.

"Waeyo, Gin-ah?" tanya Xiumin perhatian. Pipi Gin menghangat, dia tak mampu mengontrol suaranya. Beruntung lampu bioskop dipadamkan sehingga Xiumin tak akan mengetahui rona merah di pipinya.

"Gwenchana, Minseokki. Aku hanya terkejut melihat adegan tadi." Xiumin mengusap punggung tangan Gin, sepersekian detik berikutnya tangan Gin digenggamnya lembut penuh kasih.

"Apakah aku ini sial atau beruntung? Tangan kiriku digenggam oleh vokalis utama grup terkenal seantero Asia dan tangan kananku digenggam oleh seseorang yang kukagumi yang baru saja mengakui perasaannya padaku." batin Gin. Gin menggeleng, semua ini hanya delusi. Gin bangunlah!

"Gin-ah, naega johaesseo." ujar Xiumin cukup keras hingga terdengar Kyungsoo.



December RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang