Non-Sense

587 26 0
                                    

Hujan salju mengguyur jalanan, Kyungsoo menatap kosong ke arah jendela. Suhu udara di dalam kamar rawatnya terasa lebih dingin meski pemanas ruangan telah dinyalakan. Kyungsoo menyesali tragedi yang menimpa dirinya, tanpanya konser EXO di Yunnan terancam ditunda atau bahkan batal. Karena tragedi itu pula tak hanya orang tua dan member saja yang kecewa, semua staf, manajer bahkan fansnya juga kecewa. Kyungsoo menunduk, semua ini karena tindakannya yang kurang hati-hati. Semua ini salahnya.

"Maaf," ujar seseorang di sampingnya. Itu Gin, gadis itu menggenggam tangan kiri Kyungsoo. Kyungsoo cepat-cepat mengalihkan pandangannya pada gadis berpipi merah itu.

"Maaf, karena aku kau jadi seperti ini." ujar gadis itu dengan suara yang lebih lirih. Tangan gadis itu dingin sekali, Kyungsoo juga dapat merasakan tubuh gadis itu gemetar. Kyungsoo lamat-lamat memandangi wajah gadis yang membuatnya tertawa lepas sebelum kejadian itu.

"Gin-ah," Kyungsoo menyapanya. Kyungsoo ingin mengusap pipi gadis itu namun tangan kanannya dibebat dan menggantung di depan dadanya. Gin mulai menangis.

"Aku tak seharusnya mengajakmu bermain di taman bermain saat itu kalau aku tahu kau akan mendapatkan musibah seperti ini," suara Gin tercekat "Aku seharusnya tidak menemuimu saat itu, saat kau duduk sendirian di kedai kopi itu. Kita seharusnya tidak bertemu." lanjut Gin, nada suaranya agak gusar.

"Gin-ah, aku senang bertemu denganmu. Kau adalah gadis yang baik." jawab Kyungsoo menenangkan Gin yang jatuh terduduk di samping ranjangnya. Jemari Kyungsoo ingin sekali menyibak rambut hitam sebahu Gin yang jatuh terurai menutupi wajah gadis itu.

"Kita tidak seharusnya bertemu, D.O." hati Kyungsoo mencelos, sejak kapan Gin memanggilnya D.O. Kyungsoo mengira mereka telah begitu dekat hingga Gin nyaman dengan memanggilnya nama kecilnya.

"Gin-ah." suara Kyungsoo terdengar parau "Mengapa?"

"Karena aku selalu membawa keburukan bagi orang-orang di sekelilingku. Oleh sebab itu aku selalu sendirian. Tapi kau," Gin menyeka air mata yang membasahi pipinya, suaranya berangsur-angsur terdengar wajar. "Kau membuatku merasa nyaman di sisimu meski aku tahu aku seharusnya tak bermain denganmu." lanjut Gin.

"Aku akan selalu mendukungmu meski nanti kau tak menemuiku lagi." tukas Gin. Kyungsoo terhenyak.

"Aku akan terus menemuimu, aku berjanji. Sesibuk apapun,"

"Jangan! Kumohon. Jangan pernah temui aku lagi dan aku tak akan pernah menemuimu. Kumohon." Gin mengiba. Kyungsoo seolah dihempaskan dari gunung tertinggi. Hatinya hancur, tubuhnya seolah mati rasa.

"Kau, Mengapa?" Kyungsoo tidak mau menerima pernyataan Gin yang aneh dan tak masuk akal itu. Tidak mungkin hanya karena masalah ini Gin memilih pergi dari hidupnya. Gin sungguh tidak masuk akal.

"Mianhae." Gin melepas genggamannya, dia bangkit dan pergi meninggalkan Kyungsoo sendirian, terpaku lagi dalam kehampaan dan sakit hati. Kyungsoo benar-benar tak mengerti apa maksud gadis itu. Semua ini tak masuk akal. Tak ada hal yang masuk akal.

Setelah beberapa bulan, Kyungsoo telah sembuh dan kembali memulai segala kesibukannya sebagai seorang idol. Jadwal latihan dan konsernya yang tertunda kini dikejarnya. Kyungsoo tak ingin mengecewakan fans yang telah mendukungnya lagi. Meski kehidupannya seolah berjalan normal, Kyungsoo tak pernah lupa apa yang dikatakan Gin malam itu, sejak saat itu pikiran Kyungsoo terus menerus digelayuti pertanyaan-pertanyaan ganjil.

"D.O-sshi, ada asisten manajer baru yang membantu Saya untuk mengatur jadwal EXO." ujar Manajer EXO secara personal padanya. Kyungsoo mengangguk sementara stylistnya masih merapikan rambutnya sebelum acara talkshow di sebuah stasiun TV terkemuka di Seoul.

"Apakah kami terlalu merepotkan hyung? Hingga Hyung mempekerjakan orang lain lagi untuk membantu?" Kyungsoo menanggapinya setengah bercanda. Manajernya tersenyum simpul, "Kurang lebih seperti itu. Lagipula berkurangnya member membuat EXO K dan EXO M lebih sering bekerja sama sehingga setidaknya butuh manajer dan asisten manajer untuk mengurus kalian."

Sepersekian detik berikutnya, si manajer pamit dari hadapan Kyungsoo sementara si stylist telah selesai merapikan rambut Kyungsoo. Kyungsoo bangkit dari kursi rias, "Yak! Sekarang waktunya bekerja." ujarnya dalam hati kemudian berbalik ke arah member lain yang telah siap di lorong studio.

Ketika berjalan ke arah para member yang saling bercanda dan menggenggam gelas kopi, Kyungsoo menangkap figur yang familiar di ingatannya. Gadis itu mengenakan kaos polo berwarna pink, celana jeans yang longgar dan mengikat kemeja flanel merahnya di pinggang. Gadis itu membagikan kopi kepada para member.

"Ah, Kyungsoo-yah~" Suho menyadari kehadiran Kyungsoo serta-merta menunjuk ke arahnya, seolah memberitahukan pada si gadis untuk mengantarkan kopi untuk Kyungsoo juga. Kyungsoo balas melambai dan tersenyum kaku pada hyung favoritnya.

Benar.

Gadis itu berjalan cepat-cepat menggengam gelas kopi yang masih mengepulkan asap. Saat mereka berpapasan, gadis itu membungkuk pada Kyungsoo dan menyodorkan kopi padanya.

"Saya asisten manajer Han, Gin. Hanya Gin." gadis itu memperkenalkan dirinya.

Kyungsoo menerima kopi gadis itu tetapi waktu berjalan seolah lebih lambat. Apa benar gadis ini Gin? Gin yang berjanji tak akan menemuinya lagi, Gin yang memintanya untuk tak menemui dirinya lagi. Lantas mengapa saat ini dia menjadi asisten manajer Han? Lawakan macam apa ini? Kyungsoo kesal hingga dia meremas gelas kopi yang digenggamnya.

"Ah, D.O-sshi. Maaf, apakah ada yang salah?" tanyanya terkejut. Member lain yang semula bercanda lantas terdiam, mereka sama terkejutnya dengan Gin dan melempar pandang canggung Kyungsoo dan Gin.

"Kau, kehadiranmulah yang salah." ujar Kyungsoo singkat. Lantas dia menyerahkan kembali gelas remuk itu pada Gin kemudian berlalu menyusul rekannya yang lain. Sementara Gin tidak mengerti apa yang terjadi.


December RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang