Left Hand

459 26 1
                                    

"Gin-ah, bisa menemaniku jalan-jalan hari ini? Aku ingin pergi ke suatu tempat untuk mencari hadiah." Ujar Xiumin pada Gin yang tengah berkutat merapikan wardrobe member EXO di dressroom gedung SM. Gin menoleh pada member EXO tertua itu.

"Ah, tentu saja Xiumin-sshi. Tapi tunggu sebentar, pekerjaanku akan selesai sebentar lagi." ujarnya. Tangannya masih menggantungkan jas para member ke tempat yang semestinya. Xiumin mengangguk, "Baiklah aku akan menunggumu di luar." sahutnya. Setelah Xiumin pergi, Gin menyelesaikan beberapa potong wardrobe milik Kyungsoo. Gin tahu karena label nama Kyungsoo tertera di kerah wardrobe tersebut.

"Aish~ idol itu benar-benar. Apakah dia memang selalu menyebalkan?" Gin mengumpat perkara Kyungsoo. "Aku memperkenalkan diriku baik-baik tapi tanggapannya seperti Kau, kehadiranmulah yang salah. Ah~ jinjja, apa yang salah dengan diriku?" Gin menggerutu sendiri.

"Bertemu dengannya pun aku tak pernah, apalagi dia. Tahu diriku saja mungkin sebuah keberuntungan bagiku." setelah menempatkan sepotong pakaian terakhir, Gin menghela nafas. Dia melemaskan leher dan bahunya.

"Ah, sekarang aku harus segera menemani Minseokki~" ujarnya bahagia. Gin tampak girang sebab Xiumin kebetulan adalah member favoritnya.

Tanpa Gin sadari, sedari tadi Kyungsoo berada di sebuah bilik ganti di dekat penggantung pakaian. Kyungsoo mencuri dengar semua keluhan Gin serta ajakan Xiumin. Hati Kyungsoo mencelos. Apa selama ini kehadiran Gin hanya halusinasinya semata? Atau apakah Gin benar-benar tidak mengingatnya? Akhirnya Kyungsoo memutuskan untuk keluar dari bilik dan mengikuti Xiumin-Gin bepergian.

"Jadi, untuk siapakah hadiah ini nanti Xiumin-sshi?" tanya Gin ketika mereka berjalan sepanjang jalanan Apgujeong-dong. Xiumin memandangnya, melihat mata Xiumin Gin menelan ludahnya.

"Hadiah ini untuk Ibuku. Dia akan berulang tahun bulan depan." jawab Xiumin. Udara musim dingin memang kurang bersahabat, sialnya Gin lupa mengenakan syalnya sehingga badannya menggigil.

Mengetahui hal itu, Xiumin menghentikan langkahnya sebentar kemudian melepas syalnya. Gin terkejut.

"Xiumin-sshi, ada apa?" tanya Gin. Xiumin tak menjawab, sepersekian detik berikutnya dia telah sibuk melingkarkan syalnya ke leher Gin. Gin tersipu, pipinya terasa hangat.

"Aku tak ingin asisten manajerku jatuh sakit," ujar Xiumin. Gin hanya bisa memandang Xiumin sembari menenggelamkan separuh wajahnya menggunakan syal Xiumin.

"Tapi Xiumin-sshi. Kalau fansmu tahu?" ujar Gin terbata. Xiumin merogoh sesuatu dari saku coatnya. "Aku sudah mempersiapkan sesuatu untuk mengantisipasi hal ini." ucap Xiumin melempar senyum khasnya yang sangat manis sembari mengangkat masker untuk menyamarkan dirinya. Gin semakin malu karena dia berpikir bahwa Xiumin akan menganggapnya sengaja kedinginan.

"Ah, Xiumin-sshi. Gomawo." ujarnya Gin menunduk. Lalu mereka berdua melanjutkan perjalanan.

Kyungsoo yang sedari tadi di belakang mereka memperhatikan drama dua orang sejauh beberapa meter di hadapannya hanya bisa memutar bola mata. "Ah gadis itu benar-benar. Cih, dia benar-benar pandai mengambil hati pria manapun." nada suara Kyungsoo gusar. Sudah tahu hatinya perih melihat Gin terlihat bergembira dengan Xiumin, Kyungsoo masih saja mengikuti mereka.

"Ah, gadis itu benar-benar tidak punya perasaan." Kyungsoo mengulang-ulang pernyataan itu setiap Gin diperlakukan manis oleh Xiumin.

"Xiumin-sshi, apakah D.O-sshi memang orang yang dingin?" tanya Gin pada Xiumin ketika mereka berdua duduk di sebuah taman. Xiumin melepas maskernya.

"Mengapa? Karena perlakuan dia waktu itu?" Xiumin bertanya balik, Gin mengangguk lemah. "Ah, aku sendiri tidak terlalu dekat dengan Kyungsoo. Tapi setahuku dia adalah anak yang baik, rajin dan rapi. Dan yah, tak dipungkiri dia memang tidak terlalu suka mengobrol." Jawab Xiumin.

"Hampir seperti diriku yang agak susah berbicara pada orang lain," lanjutnya. Xiumin menatap ke angkasa dan menyandarkan bahunya ke sandaran kursi taman.

"Tapi Xiumin-sshi bisa berkomunikasi begitu baik denganku." sahut Gin.

"Mungkin kau pengecualian. Oh ya, berapa umurmu?" tanya Xiumin pada Gin.

"Aku seusia Kyungsoo, beda beberapa bulan." jawab Gin. Xiumin menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya. Diam sejenak, kemudian dia membetulkan posisi duduknya.

"Panggil aku Oppa, oke?" pinta Xiumin. Gin terhenyak, "Tapi Xiumin-sshi." Xiumin meluruskan punggungnya lalu menatap ke dalam mata Gin cukup lama.

"Baiklah kalau kau tidak mau, panggil aku Minseokki saja. Jebahl~" Xiumin mengajukan permintaan lagi. Gin menganga dan dia hanya mengangguk canggung. Minseokki, panggilan yang selalu berputar-putar dalam pikirannya. Dalam hati, Gin merasa lega karena seseorang yang dia idolakan membuatnya menjadi lebih dekat.

Kyungsoo yang mencuri dengar hal tersebut gusar, tangannya terkepal. Dia tidak tahan lagi dengan drama picisan kedua orang tersebut. Kyungsoo tak bisa membenci Hyungnya, tapi Kyungsoo begitu membenci Gin saat ini. Semua ini tak masuk akal baginya. Tak ada satupun yang masuk akal. Kesal, Kyungsoo bangkit dari kursi taman dan kembali ke dorm.

"Tak bisakah Manajer Han bekerja sendiri lagi?" Kyungsoo berbicara dengan nada gusar pada hyung favoritnya, Suho, setelah dia sampai di dorm EXO. "Kita akan baik-baik saja meski hanya dengan satu manajer." lanjutnya. Suho mencoba menenangkan Kyungsoo.

"Kyungsoo-yah, tenanglah. Keputusan manajemen untuk menyewa asisten manajer merupakan hal yang tepat. Manajemen tak ingin kejadian yang menimpamu terulang kembali." Suho menasihati Kyungsoo. Hati Kyungsoo mencelos.

"Tapi asisten manajer itu tidak terlalu berguna kan? Kita bisa melakukan apa yang dia lakukan sendiri. Merapikan wardrobe, kita dapat meminta tolong pada staff lain. Mencari hadiah, kita bisa meminta member lain mengantarkan kita." Kyungsoo terus mencari alasan penolakan atas kehadiran Gin.

"Kyungsoo-yah, asisten manajer itu seperti tangan kiri kita. Tangan kiri kita jarang melakukan sesuatu yang penting akan tetapi tanpa tangan kiri kita tidak bisa melakukan apa-apa." Kyungsoo terdiam "Sama seperti para member, entah dia rapper atau dancer tanpa mereka kita bukan EXO. Kita tidak satu."

"Hyung," Kyungsoo terpaku. Suho merangkulnya.

"Cobalah untuk membuka hatimu bagi Gin, kau baru mengenalnya beberapa hari bukan?" saran Suho. Otak Kyungsoo dapat menerima alasan Suho namun hatinya tak kuasa untuk memberontak. Gin telah membuatnya terlalu sakit.


December RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang