Teringat aku akan suatu cerita yang tokoh utamanya sangat aku kenal. Ya, tokoh itu adalah aku dan kamu.
Kita dipertemukan oleh tangan ajaib Tuhan,
dan saat ini kita sedang bermain di panggung yang sama.
Tuhan masih membacakan narasi-Nya untuk kita mainkan
Prolognya mengabur dipikiranku, aku tak ingat bagaimana kita memulainya. Tapi yang pasti kita melakukan prolog bersama, mungkin dengan cara kita tersendiri.
Kisah ini mulai menarik untuk kumainkan,
beban yang awalnya kurasa kini menghilangTunggu, ingatkah kau suatu segmen saat kita mulai memangkas jarak? Tepat sekali! Segmen itu membuatku mulai menyimpang dari peran yang seharusnya kumainkan
Dalam naskah tertulis bahwa kau dan aku hanyalah sebatas mengenal, tidak lebih.
Tapi aku membuat kesalahan
Segmen itu membuatku mulai merasakan hal aneh terhadapmu
Jatuh cinta? Tunggu dulu...Mungkinkah secepat itu aku mempunyai perasaan padamu? Atau mungkin ada perasaan terpendam yang tak kusadari?Hey, bukankah kita harus melanjutkan peran kita
Ada tokoh lain yang sedang menunggu dirimu
Kamu...seseorang yang aku harap dapat mengeluarkan aku dari panggung ilusi ini
Tapi aku tak dapat mengubah naskah sendirian
Jika aku mengubahnya, maka aku hanya akan bermonolog
Aku membutuhkan dirimu yang mau membuat cerita baru beralur indah dengan kita didalamnyaNamun dia hanya menatapku nanar, kosong...
Seucap dialog pun tak keluar darinya,
Tatkala tokoh lain muncul memasuki panggung,
aku tersadar bahwa 'dia' lah yang seharusnya meneruskan kisah ini bersamamu, bukan aku
Setidaknya biarkan aku mengatakan dialog ini untukmu,"Terimakasih karena kau hadir di hidupku. Aku tidak akan melupakan semua cerita yang berhubungan dengan kita. Dan terimakasih telah membuatku merasakan perasaan yang indah ini."
Dialogku terhenti, kalimat itu tersendat diantara laringku
Seketika layar panggung mulai diturunkan, mereka kira kisah ini telah berakhir
Tidak. Ini belum berakhir. Kalian dengarkanlah aku dulu.
Aku hanya perlu mengatakan sepenggal frase lagi untuk menyudahi kisah ini"Aku mencintaimu..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku, Senja dan Dia
Poetrysenja mendekapku begitu erat. kulihat sudut matanya berair. akankah senja pergi dariku? akankah ia menghilang bersama harapanku padanya?