Hari Ketiga

9.2K 266 0
                                    

Hari ini pelajaran olaraga. Aku sangat suka! Dengan olaraga kita bisa melepaskan beban dan olaraga membuat sehat.

Tapi sayangnya, materi hari ini adalah sepak bola, sial. Aku tak tertarik tapi aku tetap menikmatinya.

Aku melihat sir.Calvin pacar tercintaku lewat di koridor sekolah, astaga sangat tampan!

Entah kenapa aku senyum sendiri melihatnya. Aku segera menghampirinya.

"Hai guru jelek." aku meledeknya. "Ada apa siswi cantik?" dengan senyumnya yang menggoda.

"Nggak kok, hehe." rasanya kini aku menjadi salah tingkah. Dia diam tapi matanya terus menatapku. Astaga, aku benar-benar salah tingkah!

"Bentar malam pukul 7 aku jempuy ya sayang, kita dinner. Aku harus mengajar dulu." dia tersenyum dan meninggalkan ku tanpa aku sempat menjawabnya.

Aaaaa... Aku jadi pengen cepat-cepat jam 7. Aku kembali ke lapangan untuk mengikuti olaraga dan untungnya tak ada yang sadar bahwa tadi aku menghilang.

Selama pelajaran selanjutnya berlangsung aku hanya melamun di dalam kelas.

Mataku tetap melihat papan tapi pikiranku tidak fokus pada pelajaran. Aku harus terlihat cantik malam ini.

Yeah! Bel pulang berbunyi aku segera pulang ke rumah dan memhamburkan koleksi baju ku.

Hari ini aku hanya memakai kemeja putih dan rok pink diatas lutut serta memakai flat shoes.

Rambutku ku biarkan terurai dan hari ini aku memakai softlens berwarna biru.

Dia sudah ada di depan rumahku dan dia sangat rapi dan tampan dengan kemeja birunya.

Kami pergi ke restaurant teromantis di kota ini. Aku hanya berharap tidak ada yang mengenali ku.

Jujur aku malu jalan dengannya sebagai pacar jika bertemu dengan orang lain apalagi teman di sekolah.

Setelah kami dinner, kami jalan-jalan ke taman kemudian dia menyuruhku untuk memeluknya.

Aku menolak tapi dia memaksaku.
"Aku tak mau!" dengan spontan aku membentaknya.

Dia terlihat sedih dan menjaga jarak "Maafkan aku." dia tak berani menatapku.

Aku merasa bersalah, apa salahnya jika kami berpelukan? Tapi aku benar-benar merasa aneh, aku tak pernah. Bahkan papa tidak pernah.

Kami hening dalam diam kira-kira selama 30 menit. Dia mencairkan suasana "kau mau pulang?" katanya.

"Iya." jawabku singkat. "Baiklah, aku antar pulang, ayo!" dia seperti kecewa dengan jawabanku.

Aku menarik tangannya dan memeluknya, dia terlalu tinggi. Tapi aku sangat nyaman di pelukannya.

Aku yang tadinya merasa dingin di taman ini merasa hangat di pelukannya.

"Aku sangat mencintaimu, andai kita bisa bersama selamanya." dia berkata dengan sangat lembut dan kami masih berpelukan.

"Aku juga mencintaimu, tapi maaf itu tidak mungkin." kataku dengan nada sedih.

"Andai saja umurku tak beda jauh denganmu dan kita bertemu sebelum semua kejadian yang menimpaku." dia sepertinya ingin menangis.

"Maafkan aku." aku melepas pelukanku dan menatapnya. "Apa aku hanya pelampiasanmu?" tanya ku sedih.

"Tidak, aku benar-benar mencintaimu kau berbeda dari semua wanita." katanya serius.

"Tapi kita tidak mungkin bersama untuk selamanya, dan aku merasa telah memberimu harapan palsu meskipun aku juga mencintaimu." aku hanya bisa menahan air mataku.

"Tidak apa-apa. Ayo aku antar pulang sekarang sudah malam." dia tersenyum.

Kami tiba di depan rumahku dan aku masuk ke dalam rumah. Aku melamun dan memeluk bantak guling.

Aku bahkan membayangkan ingingl terus berada di pelukannya, kenapa ini bisa terjadi? Kenapa kau terlalu tua Calvin..

Moment With My TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang