Angin begitu kencang menerpa. Aku berharap, angin ini akan membawa ku ke sebuah tempat yang jauh dari jangkauannya. Kadang, aku merasa gelisah. Entah karena apa. Mungkin karena dia. Dia yang 5 tahun yang lalu membuatku terluka.
"Ayra?" Panggilan ini membuatku tersadar dari lamunanku. Aku menoleh lalu tersenyum.
"Hai, kalian apa kabar?" Balasku yang disertai dengan pertanyaan pada 5 sahabatku, yaitu Carrabelle, Krystal, Pricilla, Sheryl dan Gissela. Mereka adalah sahabat terbaik dalam hidupku. Sepanjang kami duduk di bangku Sd-Sma, kami selalu bersama. Melewati masa-masa tersulit juga terindah bersama. Mereka adalah alasan mengapa aku masih tetap berdiam disini.
"Kami, baik-baik saja. Bagaimana denganmu?" Jawab Pricilla dengan nada imutnya. Suaranya tak berubah dari dulu. Masih imut seperti anak kecil.
Aku tersenyum tipis, "Tentu baik." Jawabku singkat. Aku masih ingin mengenang semua kisahku. Kisah kehidupan ku. Ku tepikan tatapan ku pada cappucino di hadapanku ini. Ada bentuk love dibagian tengahnya. Membuatku tersenyum.
"Ayra.. kau kenapa melamun lagi?" Suara manis ini membuatku tersentak, Gissela tengah menatapku dengan tatapan heran.
"Tidak kenapa." Jawabku kembali singkat. Tak lama kemudian, aku mendengar seseorang yang seperti menahan emosi.
"Ah, kerjamu sangat berantakan!! Aku memecatmu hari ini juga!" Ucap orang itu.
Entah atas dorongan apa, kakiku melangkah mendekat orang yang tengah menegur seorang pegawai di cafe ini.
"Permisi pak, saya harap bapak tidak membuat keributan di tempat ini." Pintaku. Wajahnya belum terlihat dimataku. Sebab, ia membelakangiku.
Ia menoleh, dan alangkah terkejutnya aku. Dia adalah..
"Ayra?" Panggilnya. Tatapanku serasa kosong. Bibirku terbuka dengan sendirinya. Dan tanpa aku sadari, air mata mulai mengalir dari mataku.
Orang itu menghampiriku, "A-ayra? Ini kau?" Tanyanya. Aku tak menjawab pertanyaannya.
"Ayra.. jawab aku." Ia memintaku untuk menjawab. Tapi.. bibirku tidak bisa untuk bicara. Terlalu sulit bagiku untuk bicara dengannya lagi.
Kemudian, semua pandangan ku kembali seperti semula. "Iya. Aku Ayra." Jawabku yang langsung meninggalkannya. Aku tidak perduli lagi apa yang ia katakan. Tapi, samar ku dengar ia berkata,
"Kita harus bicara Ay!" Serunya. Sayangnya aku tidak mau jatuh di lubang yang sama. Aku hanya ingin pergi. Pergi dan melupakannya.
Hai guys!!!
jangan lupa vote+commentnya ya!!
Terimakasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just A Friend
Romance"Aku menghirup udara segar pagi ini. Juga menatap pemandangan di depanku. Air terjun begitu derasnya mengalir. Aku melihatnya sambil tersenyum. Mengingat jalan hidupku yang seperti arusan air itu. Melewati lika liku batu lalu mengalir kembali dengan...