Bab 2- Playboy Bernama Aan

73 0 0
                                    

              Adit's

        Satu pukulan mendarat di pipi Aan. Aku kesal juga kecewa padanya. Berani-beraninya dia menyakiti Ayra.

Flashback

             Sesampai kami di sekolah, Ayra langsung menuju kelas. Sementara aku harus membenahi payung ku terlebih dahulu. Tak ada beberapa menit, Ayra kembali keluar bersama Sheryl.

"Ay? Mau kemana?" Tanyaku.

Ayra menunjuk ke ruang guru, "Miss Agatha memanggilku." Jawabnya.

Aku menghampiri Ayra, "Mau aku bantu?" Tawarku. Ia menggeleng. Ah, aku sudah tahu jawabannya. Ia memang terkenal begitu. Tidak suka merepotkan orang lain.

"Tidak usah. Terimakasih sudah menawarkanku bantuan." Ucapnya. Ia berlalu disamping Sheryl. Meninggalkan aku yang sangat ingin membantunya. Tanpa pikir panjang, aku mengikutinya dari belakang.

Sesampai mereka di ruang guru, ku lihat dari luar jendela ruang guru, mereka menemui Miss Agatha. Guru yang mengajar kami di pelajaran bahasa inggris. Entah apa yang dibicarakan mereka, Ayra telah keluar dengan cepatnya. Aku melihat Ayra dan Sheryl melangkahkan kaki mereka ke perpustakaan. Aku masih mengikutinya, takut akan ada yang terjadi.

Ku lihat, Ayra menabrak seseorang.

"Kalau jalan itu lihat-lihatt!" Bentak orang itu pada Ayra. Aku menggepalkan tanganku, karena orang yang membentak Ayra adalah Aan. Dycta Andhika Gavriel Maharga. Orang yang sangat disayang oleh Ayra. Orang yang sangat penting untuk Ayra.

Ayra terlihat begitu merasa bersalah.
"Maaf." Itulah kata yang ia ucapkan dengan lirih.

Sedangkan Sheryl terlihat menatap Aan dengan tajam. "Hei? Begitu jahatnya kata-katamu pada Ayra?" Ketusnya.

Ayra menyenggol Sheryl, "Sheryl. Jangan." Cegahnya.

"Meski kau menyukainya, jangan bersikap lembut seperti itu padanya! Ia saja bisa berbuat kasar padamu, begitu juga kau." Peringat Sheryl pada Ayra.

Mungkin peringatan yang dilempar oleh Sheryl terdengar oleh Aan.
"Oh.. kau menyukai ku? Seorang Ayra, anak dari Grasela dan Antonio yang akan bercerai, menyukai ku? Oh.. kau sangat rendah dimataku. Jadi maaf. Aku tidak menyukaimu." Ucapnya sangar. Aku makin menggepalkan tanganku. Ingin ku langkahkan kakiku mendekat, tapi aku tahan. Karena takut Ayra akan ikut marah padaku. Hingga saat ia berjalan menjauh dari Aan, aku mulai medekati Aan dengan emosiku yang memuncak.

Flashback Off

"Brengsek!" Geramku.

Ia mengusap pipinya yang lebam akibat pukulanku, "Ada apa denganmu? Menyerang orang yang tidak bersalah itu dosa!" Cih, tidak bersalah dia bilang? Apa lagi? Dosa? Oh tuhan? Telingaku tidak salah dengar? Merendahkan orang lain itu malah lebih dosa!

"Playboy kelas kakap sepertimu mengenal kata dosa? Oh. Aku kira kau hanya mengenal para gadis-gadis yang menurutku, Iuh." Ucapku dengan nada meledek.

Ku lihat ia mulai menggepalkan tangannya, ku rasa.. ia akan mendaratkan satu pukulan dipipiku. Tapi.. tenang. Aku adalah superhero. Jadi tak akan bisa ia memukulku.

"Eits? Mau memukulku? Ah, tidak akan bisa.." ledekku.

Ia menunjukkan wajah sangarnya,
"Maumu apa sebenarnya?!!" Tanya nya. Huh? Telingaku bisa pecah mendengar suara besarnya itu.

"Kau telah menyakiti Ayra! Jadi kau harus bertanggung jawab!" Jawabku tak kalah membuatnya menutup telinga.  

"Menyakitinya? Haha.. yang benar saja. Dia bilang dia menyukaiku, dan ya.. aku juga bilang aku tidak menyukainya. Karena memang aku tidak menyukainya. Itu salah?" Aan mengangkat bahunya. Ingin kupukul lagi bibirnya itu.

"Dengan cara merendahkannya? Ku pastikan nanti kau akan mati ditanganku.!" Ancamku yang langsung meninggalkannya karena tiba-tiba aku teringat pada Ayra.

  Samar ku dengar, ia berkata,
"Kau sama saja rendahnya seperti gadis lugu itu." Cibirnya. Oh baiklah, Adit tahan emosimu. Biarkan sekarang ia lolos. Kau harus menemui Ayra.



Hai guys.
Jangan lupa vote+commentnya ya.
Terimakasih.

Just A FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang