Jarra telah mengantarkan Ayra pulang. Namun sepanjang jalan, rasanya ada hal yang mengganjal di pikirannya. Tanpa pikir panjang, Jarra membalikkan arahnya untuk kembali ke rumah Ayra. Hingga sesaat kemudian, ia mendengar suara jeritan seseorang. Dan jeritan itu berasal dari rumah Ayra. Jarra mencoba mendengar suara itu lebih jelas, saat itu juga ia mengenal suara itu. Itu suara Ayra.
"Ayra?!" Ia berlari mencari sumber jeritan tadi. Namun nihil, ia tak menemukan apapun. Ia hanya menemukan sebuah tas gendong Ayra. Yang disana telah berisi baju-baju milik Ayra.
"Kemana Ayra?" Jarra mulai merasa linglung akan suasana yang menghampirinya kini. Hingga akhirnya ia harus memutuskan untuk kembali pulang. Sepanjang perjalanan pulang itu membuatnya tak berhenti berdecak. Ia ingin menemukan Ayra. Ingin tahu apa yang telah terjadi. Tapi kata hatinya melarang.
Dilain sisi.. ada seseorang yang tengah memandang langit. Ia memeluk sebuah boneka panda besar. Dengan mata yang terus ia pejamkan. Mencoba mencari ketenangan.
"Hujan.. temani aku." Pintanya dengan nada merendah. Setetes air mata yang jatuh, membuatnya sedikit emosi.
"Aku adalah Ayra! Orang yang tidak boleh terlihat lemah!" Geramnya. Ayra, tengah berada di sebuah tempat yang terkunci bak sebuah penjara. Ia melempar boneka panda kesayangannya ke ujung tembok. Kini ia menangis.
Pergi..
Aku ingin pergi..
Membawa segenggam rasa dendam..
Dendam yang telah tumbuh sejak dulu..Pergi..
Aku ingin pergi..
Ke tempat yang sangat jauh..
Jauh di atas awan sana..Pergi..
Aku ingin pergi..
Ingin menjadi bagian dari hujan..
Turun membawa kebahagiaan pada orang-orang disekitarku..-Ayra Diva Salsahenzie Rhea
Jiwanya telah terpukul. Ia seakan akan sudah hilang. Hanya raganya yang terlihat. Tak ada tanda-tanda ia masih hidup.
"Ayra.. maafkan Papa.." Antonio, papa dari Ayra, terus meneteskan air matanya. Nadanya menunjukkan bahwa ia sangatlah menyesal. Namun apalah daya. Kini Ayra telah terkapar tak bernyawa. Ini akibat kejadian beberapa hari yang lalu..
Ayra baru saja pulang dengan Jarra yang mengantarnya. Selang beberapa menit kemudian, ia mendengar suara mobil ayahnya. Tak ada basa-basi lagi, Ayahnya telah menarik tubuh Ayra yang tadinya memeluk ibunya untuk menjauh dari ibunya,
"Jangan pernah memeluk anakku!" Ancam ayahnya. Ayra mencoba melepaskan cengkraman sang ayah, namun naas, sang ayah ternyata membawa sebuah pisau yang akan dituju untuk ibunya. Pisau itu melukai tangan Ayra.
"Argh!" Jeritnya. Antonio, terlihat begitu panik lalu membawa Ayra ke dalam mobilnya. Sedangkan Grasela, hanya bisa berdiam diri. Ingin ia menarik Ayra kembali, namun ia takut. Nantinya Antonio akan tambah melukai Ayra. Ayra telah dibawanya ke suatu tempat. Tempat dimana ia baru merasakan arti dari sebuah penjara. Ayra dikurung di tempat ini selama 5 hari. Selama itu pula ia tidak sekolah juga tidak makan. Antonio hanya menganggap persoalan ini mudah. Nyatanya.. semua tidak berjalan sesuai rencananya. Rencana dimana Antonio akan menjodohkan Ayra dengan seorang anak dari CEO terkaya.
Dan sekarang.. haruslah ia menanggung semuanya.. kehilangan seorang putri semata wayangnya. Kehilangan putri tercintanya hanya demi uang.
Di lain sisi..
Sheryl tengah mencemaskan Ayra yang tak kunjung masuk sekolah dari 4 hari yang lalu. Perasaannya selalu tidak enak saat ia melihat foto Ayra yang tersimpan pada ponselnya."Jarr? Bukankah Ayra waktu itu pulang bersamamu? Kemana ya dia? Kenapa sampai sekarang tidak juga masuk?" Tanya Sheryl pada Jarra.
Jarra menganggukan kepalanya, "Aku juga membingungkan soal itu." Jawabnya. Sheryl, adalah sosok yang akan tahu apa saja tentang Ayra. Mulai dari aktifitasnya, kesukaannya, dan lain-lain yang belum tentu diketahui oleh para sahabat Ayra yang lain. Sampai, yang hanya mengetahui kalau Ayra menyukai Aan hanyalah Sheryl juga Adit.
"Aku takut terjadi sesuatu padanya.." ucap Sheryl melirih.
"Serahkan masalah ini padaku." Ujar Jarra penuh keyakinan. Ia bangkit lalu berjalan meninggalkan Sheryl. Sejengkal ia baru berjalan, banyak pertanyaan mengenai Ayra yang membuatnya merasa cemas.
Sifat dinginku seakan luntur saat kau mulai hadir dalam setiap hariku. Tapi saat kehadiranmu menghilang, ingin rasanya aku marah. Karena tak ada yang membuatku selalu tersenyum juga tertawa selain dirimu.-Calesto Anjarra.
Hai guys!
Jangan lupa vote+commentnya!
Terimakasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just A Friend
Romance"Aku menghirup udara segar pagi ini. Juga menatap pemandangan di depanku. Air terjun begitu derasnya mengalir. Aku melihatnya sambil tersenyum. Mengingat jalan hidupku yang seperti arusan air itu. Melewati lika liku batu lalu mengalir kembali dengan...