Ayra's
Ku pandang awan di langit.
Aku melihatnya bagai air mata yang terpendam.
Air mata yang akan jatuh saat ia terluka.
Sama halnya seperti diriku saat ini.
Awan yang ku rangkai telah rusak.
Hingga air mataku terjatuh.
Terjatuh akibat aku terlalu mencintai seseorang yang tak akan mungkin ku gapai.
Ia terlalu mempesona.
Hingga tak akan satu pun yang akan lepas darinya.
Aku tahu.
Aku tidak akan pernah digenggamnya.
Karena aku tidak seperti wanita wanita yang menjadi kekasihnya.
Mempesona.Seseorang menemaniku di keheningan ini. Ia memberiku sapu tangan. Warna dan gambar di sapu tangan ini unik. Membuatku selalu tertawa kecil saat melihat ke arah sapu tangan ini.
"Kenapa kau tertawa? Ada yang lucu?" Tanya nya dengan nada dingin. Baik, perlu ku jelaskan. Tadi, aku berlari sambil menangis ke atas gedung sekolah ini. Disini, aku menatap langit lalu merangkai kata-kata yang.. sedih. Lalu tak lama kemudian, seseorang datang. Memberiku sebuah sapu tangan. Ia adalah sosok yang ada di sampingku. Ia adalah Calesto Anjarra, atau cukup panggil dia Jarra. Jarra adalah anak baru di kelasku. Ya.. baru 2 hari yang lalu ia masuk di kelasku. Dengan tampang yang super duper dingin.
"Hei?" Ia kembali menyadarkanku.
Aku hanya tersenyum tipis, "Tidak. Aku hanya terpesona saja pada sapu tangan ini. Gambar dan warnanya lucu.." Jawabku.
"Hanya pada sapu tangan? Tidak denganku?" Ups? Apa yang ia tanyakan? Haha.. apa dia mau jadi pelawak disini? Aku pura-pura tidak mendengarnya.
"Apa?" Tanyaku sembari tersenyum jahil.
Ia menggelengkan kepalanya,"Tidak." Jawabnya.
"Kau menyukai warna biru? Lucu." Ledekku.
Tangannya mengambil sapu tangan yang ku genggam, "Tidak. Sudah selesai digunakan, kan? Sini, kembalikan." Ih? Ketus sekali.. jahat.
"Ah, kau jahat.. gambarnya lucu Jarra.. buatku saja ya?? Pleasee.." rengekku. Aku mulai mendengar hembusan nafasnya yang berat.
"Baiklah. Ambil saja." Ucapnya yang langsung meninggalkanku. Tanpa basa basi, aku mengikuti langkahnya. Ternyata orang dingin itu bisa bersosialisasi juga ya? Menarik. Jarra? Nama yang keren. Sepertinya akan menarik jika aku menjadi temannya.
Aku melihat ia menghentikan langkahnya. Seperti teringat sesuatu. Tubuhnya berbalik tepat menghadapku.
"Hem. Bisa kau antar aku ke perpustakaan?" Pintanya. Aku hanya mengangguk. Tanda jawabanku adalah iya.
Kami berjalan biasa. Menuruni tangga biasa. Tak ada hal yang istimewa.
"Kau dingin, ya?" Aku berpendapat.
Ia terkekeh, "Memang aku es? Aku hanya sedang memperhatikan setiap orang dengan detail." Jelasnya. Baru kali ini aku mendengarnya terkekeh.
"Oh." Aku mengeluarkan satu kata. Singkat sekali. Haha.. ternyata pria ini mampu membuatku menghilangkan kesedihanku tentang Aan. Ah? Aan.
Hai guys.
Jangan lupa Vote+commentnya ya!
Terimakasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just A Friend
Romance"Aku menghirup udara segar pagi ini. Juga menatap pemandangan di depanku. Air terjun begitu derasnya mengalir. Aku melihatnya sambil tersenyum. Mengingat jalan hidupku yang seperti arusan air itu. Melewati lika liku batu lalu mengalir kembali dengan...