Bab 9- Lupa?

33 1 0
                                    

            Kau adalah bagian dari hidupku..
Meski kadang aku ingin selalu membuangmu jauh dari pikiranku..

-Aan.

                   Pagi ini Ayra sudah diperbolehkan untuk pulang. Bukannya merasa senang, Ayra malah bersedih.

"Ay? Kau kenapa?" Tanya Sheryl pada Ayra yang terlihat sedih.

Ayra menggelengkan kepalanya,
"Aku tidak kenapa kenapa." Jawabnya.

"Ay. Apa kau mengingatku?" Tanya Sheryl lagi.

Ayra hanya mengangguk.

"Lalu.. siapa namaku?" Sheryl kembali bertanya.

"Hem. Yang ku ingat kau bernama She.. Sheryl." Ayra menjawab dengan sedikit kebingungan.

Helaan nafas Sheryl terdengar begitu panjang dan berat.
"Kau begitu melupakan segalanya." Ucapnya sendu.

               Sesampai Ayra di rumahnya, Ayra menebar tatapan linglung.

"Rumah siapa ini?" Nadanya masih terdengar polos. Membuat ibundanya mencoba untuk menahan tangis.

"Ini ru-rumah kita, sayang." Jawab ibundanya.

"Benarkah? Tapi.. mengapa aku seperti belum pernah melihat tempat ini?" Ayra kembali bertanya.

Kini, Adit mulai mengeluarkan suaranya, "Kan, kau koma di rumah sakit. Ya mungkin itu menyebabkan kau jadi lupa dengan rumahmu." Adit mencoba tertawa meski sebenarnya hatinya sedih. Sedih melihat keadaan Ayra yang seperti ini.

"Oh.." Ia bergumam. Kakinya dilangkahkannya untuk masuk dengan perlahan.

"Em. Tunggu, aku baru mengingat sesuatu. Aan itu siapa?" Kakinya berhenti tepat di depan kamarnya yang bertuliskan, 'I miss you, Aan.'

Sheryl mencoba mencari bahan pembicaraan yang lain.

"Dia.. em dia.." Ia hanya mampu ber-am em. Bagaimana tidak? Ia bingung untuk menjawab apa. Ayra sedari tadi menanyakan perihal segala sesuatu yang ia kenang di masa sebelum ingatannya hilang. Ini juga membuat Sheryl bersedih dan ingin sekali rasanya ia menangis. Namun ditahannya.

"Dia adalah kakakmu. Ya, kakakmu." Adit mencoba membantu Sheryl untuk menjawab pertanyaan Ayra.

Ayra mengangguk pelan, "Oh. Jadi dia yang datang dalam mimpiku." Ujarnya.

Mendengar ucapan Ayra, sontak Sheryl saling melirik satu sama lain.

"Mimpi?" Tanya mereka serempak.

Ayra menggeleng, "Lupakanlah." Ia membuka pelan pintu kamarnya lslu berjalan masuk ke dalam sana untuk beristirahat. Ia melihat sekeliling kamarnya.

"Inikah kamarku? Kenapa banyak sekali novel?"  Ujarnya pada dirinya sendiri.

Perlu diceritakan, Ayra adalah  seorang penulis baru. Ia sangat gemar menulis sedari ia duduk di bangku sekolah dasar. Ia terus mengembangkan bakat bakatnya atas dorongan Adit. Ia juga sering mengikuti lomba-lomba menulis karangan. Hingga karangannya kini menjadi sebuah buku. Buku yang berisi judul 'Laut Biru.' Ia menceritakan segala hal terpenting dalam hidupnya di buku ini. Kini, ia tak mengingat lagi semua hal hal dulu yang pernah ia jalani.

"AySa? Nama pena penulis ini AySa?" Ia kembali bergumam saat melihat ada nama pena penulis yang tercantum pada buku itu. Buku berjudul 'Cukup Teman.' Ayra akhirnya membuka setiap lembaran isi buku itu.

     'Kau bagai sebuah awan yang menemani matahari. Namun kadang kau juga bisa bagai sebuah awan yang menemani badai. Tapi, satu hal yang aku ingat, kau adalah Awan suci dalam hatiku.'

Sepenggal kalimat itu membuat ia sedikit teringat akan sesuatu. Ia mencoba mengingat, mengingat, dan hingga akhirnya semua ingatan itu hilang kembali.

"Apa sebenarnya yang terjadi padaku?" Ucapnya gelisah.







         Jika kau ingin selalu berada disampingnya, jangan pernah mencoba untuk membohongi perasaanmu juga hatimu.-Wulan Varunaputri.


Hai guys.
Jangan lupa vote+commentnya ya.
Terimakasih.

Just A FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang