Bab 11- Kebahagiaan yang Terpancar

28 1 0
                                    

        Bila kau memang membenciku..
Bencilah aku..
Namun satu hal yang harus kau tahu, aku tak akan pernah membencimu..
Karena hati ini lebih memilih untuk mencintaimu..
-Ayra Diva Salsahenzie Rhea

                    Senyum Ayra mulai mengembang. Ia sangat bahagia. Sangat sangat bahagia. Moment indahnya bersama Jarra tadi ia coba tuliskan dalam buku diarynya.

"Haaa!!" Teriaknya histeris dengan perasaan bahagia. Ia menatap langit lalu kembali menulis kebahagiaannya. Namun, tiba-tiba ada yang mengejutkannya.

"Hoii!!" Itu Adit. Adit mengambil posisi duduk menghadap Ayra.

"Adit! Kau mengagetkanku!" Gerutunya. Adit terkekeh lalu mencubit pipi Ayra dengan gemasnya.

"Sepertinya.. kau sedang bahagia. Ayoo apa yang membuatmu seperti ini??" Adit menggoda dengan tawanya.

Pipi Ayra seakan berubah menjadi merah bak tomat. Ia menyembunyikan wajahnya dengan buku yang digenggamnya.

"Ihh tidak ada! Ah kau menganggu!" Elak Ayra yang memang tengah menahan malu dibalik buku yang menutupi wajahnya.

"Bohongg! Ayo cepat ceritalahh!!" Desak Adit. Dengan rasa malas, Ayra mencoba menceritakan kebahagiaannya bersama Jarra. Entah karena apa ia rasanya sebegitu senang menceritakan moment indahnya dengan Jarra. Tawa bahagia tak luput dari bibirnya. Kadang tawa itu membuat Adit bersedih. Tawa itu bisa ada hanya saat Ayra mengingat seseorang yang istimewa. Dan orang itu adalah Jarra. Ia hanya mampu diam membisu menahan sedih melihat Ayra tertawa bahagia sembari menceritakan kebahagiaannya bersama Jarra.

"Kenapa kau diam?" Pertanyaan ini membuat Adit tersentak.

Adit menggelengkan kepalanya, "Tidak, tidak." Ujarnya.

"Ay. Aku kembali ke kelas dulu." Pamitnya lalu berlari ke arah kelasnya. Selepas Adit pergi, Aan tanpa sengaja melihat Ayra lalu menghampirinya.

"Sedang apa kau disini?" Tanya Aan dengan nada tajam.

Ayra memutar bola matanya dengan malas, "Apa pedulimu denganku? Sudah sana. Kau menganggu moodku hari ini." Ketusnya.

Aan melongo tak percaya akan apa yang Ayra katakan. Ia begitu terkejut saat melihat Ayra yang sekarang. Berbeda dengan Ayra yang dulu. Ayra yang suka menyapa dan memperhatikan keadaannya.

"Kau sudah berubah, ya." Gumam Aan.

Ayra menggeleng, "Aku sama sekali tidak berubah. Bukannya harusnya kau yang tahu segala tentangku? Kau kan kakakku." Ayra kembali bersuara tajam.

"Kakak? Sejak kapan?" Aan terkekeh.

Ayra kembali memutar bola matanya dengan malas, "Adit bilang kau adalah kakakku." Jawab Ayra sinis. Ia berlalu meninggalkan Aan yang tengah asik memandang kepergiannya.

        Pulang sekolah tiba. Ayra pulang bersama sahabat-sahabatnya. Sahabat sahabat yang belum ia ingat.

"Sampai kapan ia akan seperti ini?" Krystal berjalan dengan perasaan resah.

Gissela mencoba mengambil nafas pelan, "Aku rindu pada Ayra yang dulu." Ujarnya sedih.

Hai guys.
Penasaran gak?
Jangan lupa vote+commentnya ya
Terimakasih.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 13, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Just A FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang