Bab-10 Mengingat Dia

18 1 0
                                    

            
             Ayra kini telah kembali bersekolah. Ia masih mencoba beradaptasi dengan keadaannya kini. Keadaan yang benar-benar tak mengingat apapun. Tadi malam, Ayra membaca buku berjudul "Just You." Selesai ia membaca buku itu, ia jadi mengingat suatu hal yang sangat membuat hatinya berdegub kencang.

"Apa maksud dari buku itu? Kenapa dibagian belakang terpampang wajah seorang lelaki?" Sembari berjalan ia bergumam bingung. Hingga sampai ia tak melihat jalan lalu ada bola yang mendarat di kepalanya.

"Auu!!!" Ringisnya kesal. Tak lama, orang yang mendaratkan bola di kepala Ayra datang.

"Bisa jalan di tempat lain?" Tanya orang itu dengan sinis.

Ayra lalu menatap orang itu dengan tajam, "Heii! Kau gila?! Ini jalanan umum! Kalau tidak mahir bermain basket sebaiknya tidak usah memainkan permainan itu!" Bentak Ayra.

Orang itu menatap heran Ayra, ia mencoba mengingat bagaimana sikap Ayra sebelumnya padanya. Sikap yang halus, baik, dan selalu tersenyum meski ada yang melukainya. Tanpa memperpanjang perdebatan, orang itu pergi meninggalkan Ayra.

"Ihhh!! Sudah membuat kesalahan, bukannya meminta maaf malah pergi!" Gerutunya.

"Ayra!" Seseorang memanggilnya dari belakang, itu Jarra.

Ayra membalikkan tubuhnya,"Jarra?" Sahutnya.

"Kau mengingatku? Sungguh?" Mata Jarra berbinar. Ia tak menyangka Ayra mengingatnya. Mendengar cerita Sheryl bahwa Ayra tak dapat mengingat apa-apa,ia langsung pergi mencari Ayra.

"Iya jelas. Aku mengingatmu karena aku sayang padamu.." jawab Ayra dengan nada sedikit berubah.

Ayra lalu menepuk jidatnya, "Aan?!" Ia berlari menuju ke lapangan basket. Sedangkan Jarra hanya melongo dan tak lama, ia langsung berlari menyusul Ayra.

"Aan?" Ia mencoba mencari Aan. Aan sosok Arogant itu.

"Untuk apa kau mencariku?" Aan bersuara dari belakang. Dengan perasaan terkejut, Ayra segera memeluk tubuhnya. Memeluk seerat eratnya. Seakan ia tak mau kehilangan pelukan itu.

"Ku mohon. Bantu aku untuk mengingat semua. Seperti kau membantuku untuk kembali pada tubuhku." Ucap Ayra sendu.

"Maksudmu?" Dengan rasa kebingungan, Aan melepaskan pelukan hangat Ayra.

"Kau lah orangnya. Kau yang aku cintai. Kau yang aku tulis dalam sebuah kisahku. Kau yang aku pasang di bagian belakang kisahku. Iya. Itu kau. Dycta Andhika Gavriel Maharga." Tangisnya mulai pecah. Ia menjatuhkan dirinya dengan lemas ke lapangan basket itu. Lapangan yang tadinya riuh berubah jadi hening menatapnya dan Aan.

"Aku? Orang yang kau cintai? Kau bermimpi? Haha." Ia pergi meninggalkan Ayra.

JLEBB! Ayra rasanya ingin menggantungkan dirinya di atas pohon. Menghilangkan segala luka yang menempel dalam hatinya.

"Jika kau tidak menginginkan ku, lalu mengapa kau memintaku untuk kembali?" Gumamnya lirih. Tubuhnya seakan akan telah terjatuh. Namun ia masih dalam keadaan sadar. Hingga akhirnya ada dua tangan yang membangkitkannya.

"Ay." Panggilnya. Jarra lagi. Ayra seakan terhipnotis akan tangan itu lalu ia bangkit dengan perasaan yang seperti tak ada masalah.

"Tunggu! Kenapa aku menangis?" Ia menghapus air matanya. Ia kembali tak mengingat apapun. Ingatan akan kejadian tadi pun buyar. Yang ia ingat kini adalah Jarra. Orang yang selalu ada jika ia sedang bersedih.

Jarra menuntunnya untuk pergi dari lapangan basket lalu berjalan menuju kelas mereka.

"Kau tidak mengingat siapapun?" Tanya Jarra.

Ayra hanya mengangguk,"Yang aku ingat adalah kau, Sheryl, Adit, Mama." Jawabnya.

"Kau tidak mengingat Aan?" Tanya Jarra lagi.

Ayra kembali mengangguk, "Yang aku ingat, Adit bilang bahwa Aan adalah kakakku. Itu saja." Jawab Ayra sambil tersenyum.

Jarra menghembuskan nafas yang berat.



'Sebegitu lupakah kau,Ay?' Seseorang dari kejauhan bergumam pelan. Dengan nada lirih dan sendu. Air matanya kembali menetes.



Hai guys?
Penasaran gak?
Oh ya jangan lupa vote+comment ya.
Terimakasih.

Just A FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang