1

1.2K 39 4
                                    

The Midnight

Part 1 : "Penjelasan"

Seluruh siswa di SMA Negeri 1 dikejutkan oleh kematian seorang siswi. Kematiannya sangat misterius. Tidak ada luka apapun dari badan luar, dan tidak ada kelainan apapun dari dalam tubuhnya. Bahkan dia tidak terinfeksi racun. Hanya saja ada sebuah tanda dalam lehernya dan kedua bola matanya hilang.

Rassya, sahabat siswi tersebut sangat terpukul mengetahui kematian mitranya. Ia tidak menyangka, salah satu temannya telah pergi untuk selamanya dan tidak akan kembali lagi. Revaline, kekasih Rassya, mencoba menenangkan Rassya dengan kata-kata bijaknya dan membuat Rassya semakin sayang padanya.

Beberapa murid kelas 12C, kelas diamana Rassya dan Revaline belajar, berkempul di meja Kalvin, mendengarkan ceritanya begitupula Rassya dan Revaline yang duduk di pangkuan Rassya. Kalvin bercerita sesuatu yang memang di luar nalar manusia.

"Lebih serem dari Jailangkung, lebih mencekam dari Ouija." Ujar Kalvin dengan cara bercerita seorang keturunan Padang yang khas. "Namanya, The Midnight Game." Kalvin menggunaan kedua tangannya.

"Emang permainannya kaya gimana Kal? Masksudnya, cara bermainnya dan segalanya gitu." Tanya Grisella.

"Kalian pengen tau? Oke! Pertama-tama, pastikan pintu rumah kalian terbuat dari Kayu." Jawab Kalvin.

"Pintu rumah gue dari Kayu, Kal." Jerry dengan polosnya nyeletuk berbicara.

"Nah, lo tinggal mainin Midnight Game ini." Kata Kalvin. "Selanjutnya, kalian siapin peralatannya, yaitu : Lilin Besar yang bisa bertahan ampe tiga jam lebih, Korek api, garam pake kontainer biar mudah di tabur, jarum, kertas, dan pulpen." Kalvin menjelaskan. Murid-murid yang berkumpul mendengarkan.

"Langkah pertama, kalian gambar bintang dari lambang iblis dan dua bulan sabit yang saling tolak-menolak di masing-masing samping gambar bintang itu. Tulis nama lengkap kalian di bawah gambar itu, tusuk jari kalian, dan teteskan darah kalian ke kertas tersebut, cuman satu tetes." Para siswa semakin serius mendengarkan.

"Selanjutnya, simpan kertas tersebut di depan pintu kayu di rumah kalian, nyalakan lilin. Matikan lampu, ketuk pintu 22 kali di tengah malam dan ketukan harus selesai sebelum jam 12 malam lebih satu menit."

"Buka pintu rumah, matikan lilin, tutup kembali pintu dan segera nyalakan kembali lilin" Sunyi sekejap. "Selamat! Kalian telah mengundang arwah ke dalam rumah kalian."

Semua diam. Aura di dalam kelas berubah.

"And the game, begin!" Lanjut Kalvin. "Kalian harus terus berjalan di dalam sekitar rumah dan jangan diam di satu titik. Tujuan utama kalian hanyalah bertahan hingga jam 3.33. Jika lilin kalian akan mati oleh angina atau oleh arwah tersebut, segera nyalakan kembali lilin sebelum 10detik. Jika dalam 10 detik kalian tidak menyalakan lilin, taburi garam di sekitar kalian dan segera coba kembali menyalakan lilin. Setelah lilin menyala, kembali berjalan dan jangan diam di satu titik." Kalvin menjelaskan sangat detail.

"Peraturan lainnya : jangan tertidur, jangan nyalakan lampu rumah selama permainan ini berlangsung, jangan menggunakan senter, Jangan menggunakan nama dan darah orang lain, dan terakhir ; janganlah memainkan permainan ini." Kalvin berhenti sekejap. Dan kembali melanjutkan , "Tanda-tanda arwah itu ada di dekat kalian : Lilin akan padam seperti ada seseorang yang mencoba meniupnya, tiba-tiba merasakan dingin di sekujur tubuh, tiba-tiba mendengar bisikan-bisikan pelan, Kalian bakal melihat sosok bayangan dari kegelapan."

Diam, hening, sunyi. Keramaian hanya terdengar dari luar di kelas 12C. Revaline tiba-tiba memegang tangan Rassya sangat kuat. Tangannya dingin sedingin es. Wajahnya pucat ketakutan. Tapi tidak hanya Revaline yang terlihat ketakutan, beberapa murid selain Rassya dan Kalvin terlihat ketakutan.

"Apa risiko nya jika kita tidak bertahan sampe jam 3.33 Kal?" Tanya Grisella.

"Belum ada yang tau apa yang akan terjadi. Tapi 50% kematian dan 50% lagi kerasukan atau bahkan diganggu oleh arwah itu." Jawab Kalvin enteng.

"Alah!! Game apaan sih? Gue gak percaya sama yang kek gituan." Reza yang memang terlihat acuh keluar dari sekumpulan siswa yang ketakutan itu.

"Kamu kenapa say?" Tanya Rassya pada Revaline. "Are you scared?"

Revaline menggeleng dan memeluk Rassya erat. "Gak usah takutlah. Itukan cuman game Reva." Rassya mencoba menenangkan.

"Bukan cuman Game, Rassya. Banyak remaja-remaja dari luar Indonesia yang memainkan Game ini." Kalvin tegas.

"Apa mereka mati? Enggak kan?"

"Mereka memang enggak mati karena berhasil." Jawab Kalvin cepat.

"Yaudah, berarti game ini gak berbahaya. Toh, buktinya banyak yang berhasil."

"Enggak, Rassya. Gue yakin Jessica mati karena main Game ini." Ujar Kalvin. Jessica adalah siswi yang meninggal secara misterius itu.

Rassya terdiam. Tak menjawab.

"Gue yakin Sembilan puluh koma Sembilan persen, Jessica main game ini." Ucap Kalvin pasti. "Dia selalu bilang sama gue "Aku akan mencobanya" dan gue tau midnight game ini dari dia, Sya."

"Ahh!! Gue gak percaya, it's just a bullshit!" Ujar Rassya. Tangannya mengelus-elus lembut punggung Revaline. "Udahlah, Reva. Gak usah takut."

Jam terakhir selesai. Rassya berjalan santai bersama Kalvin dan Revaline keluar dari kelas mereka dan menuju parkiran motor. Sejalanan, kalvin terus bergumam tentang Midnight game, Rassya dan Revaline mengacuhkannya, tidak mendengar Kalvin dengan jelas. Sesampainya di parkiran, Rassya menaiki motornya dan Revaline duduk di kursi belakang. Keluar dari area SMA, Motor KAlvin dan Motor Rassya berpisah berbeda jalur.

Rassya akan mengantarkan kekasihnya pulang dan sebelum pulang, Rassya membelikan kue balok rasa cokelat favorit Mama Revaline. Setelah Menunggu beberapa menit mengantri dan membakar Kue Balok hingga setengah jadi, Rassyapu pergi mengantarkan Revaline menuju rumahnya. Kali ini, Rassya tidak berkunjung masuk ke dalam rumah Revaline, setelah sampai di depan gerbang rumah Revaline, Rassya memberi Revaline kecupan kasih saying di kening Revaline dan pergi pulang menuju rumahnya.

Membaringkan badan selama beberapa menit sepulang dari sekolah adalah kegiatan favorit Rassya. Menenangkan pikirannya setelah 8 jam mencari ilmu di sekolahannya.

Pikirannya tertuju pada Midnight Game yang di ceritakan oleh Kalvin. Pertanyaan tersirat di benaknya "Apakah benar Jessica memainkan midnight Game itu?" Kalvin berbicara begitu serius saat mengeluarkan kata-kata bahwa Jessica memainkan Midnight Game itu.

Tiba-tiba saja, tersirat di pikirannya untuk memainkan Midnight Game.

The MidnightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang