6

374 21 1
                                    


The Midnight

Part 6 (Indah POV) : "Tamu Tidak Diundang"



Jari-jemariku dengan lincah memijat keyboard Notebook yang mulai error ini. Bercurhat pada Notebook lewat aplikasi Microsoft Word, mengapa aku berhenti menjadi Paranormal (Begitulah mereka memanggilku) dan menceritakan awal mula si "Indah" ini menjadi Paranormal atau Dukun. Jujur aku lebih suka dipanggil psikiater yang menyembuhkan orang-orang gila daripada paranormal atau dukun.

Konsentrasiku buyar. Memoriku hancur. Mood menulisku hilang saat ku dengar suara ketukan pintu masuk. Tidak biasanya ada orang yang berkunjung.

Sempat ku menulis kembali tapi ketukan itu datang kembali. Dengan terpaksa, akupun beranjak dan dengan lenglai berjalan menuju pintu utama.

Yang ku lihatadalah bayangan sorang lelaki, memakai jaket tebal. Aku takut dia tukan kredit yang menagihku. Atau si tukang listrik yang wajahnya bagai Yakuza. Tapi dari auranya, dia terlihat baik dan mendapati masalah. Dan di telingaku ini mengiung suara yang tak asing lagi di diriku. Dia bilang "Aku adalah penyelamatnya."

Tak berani aku keluar, maka hanya mengeluarkan sedikit wajahku di jendela.
Ia membaikan badan dan memandang diriku. Wajahnya pucat. Sangat. Ada memar sedikit di jidatnya. Dan pipi kirinya yang menggemaskan terlihat berwarna ungu pudar. "Siapa kau?" Ujarku di balik jendela.

"Aku Rassya." Dia menjawab cepat menyeringai.

"Ada urusan apa kemari?" Tanyaku lagi.

"Hmm.. aku hanya ingin kau ehh.. kau-kau seorang paranormal kan?" Dia terlihat bingung bagaimana menjelaskannya. Bisa ku lihat dari tingkahnya yang menggaruk leher dan tattapan matanya ke atas.

"Ya. Dulu orang-orang memanggilku paranormal. Tidak untuk sekarang!" Ku jawab tanpa ragu. "Kau terlihat tak sehat, Nak. Kembalilah kerumahmu." Dia sungguh terlihat tidak sehat. Menyuruhnya pulang adalah satu-satunya jalan keluar.

"Oh, tidak. Aku tidak bisa kembali. Rumahku, rumahku---" Terhenti disana. Ia menarik nafas panjang." aku dinganggu oleh mahluk halus." Jawabnya sembari mengeluarkan oksigen.

"Apa?!" Aku tidak terlalu kaget, tapi yang membuatku kaget adalah suara itu mengiung lagi menyuruhku untuk membantu bocah ini. Dan kubukalah pintu utama. "Apa maksudmu? Kau di ganggu?" Aku berbasa-basi

"Ya, begitulah."

"Dimana rumahmu nak?" Tanyaku.

Ia berdehem. "Lumayan jauh dari sini, rumahku di daerah Bintaro."

"Itu Jauh, bukan lumayan. Kemari masuklah."

Ia tersenyum senang saat ku perbolehkan masuk. Aku menyuruh dia duduk di sofa tamu dan ku suguhi dia satu gelas teh manis hangat. "Terima Kasih." Decaknya saat ku suguhi teh itu.

"Kau boleh memanggilku Indah, dan jangan anggap aku paranormal. Anggap saja diriku Psikiater. Aku lebih suka itu." Kataku sembari duduk di kursi lain. Ku tarik nafas panjang. "Bisakah kau ceritakan awal mulanya. Bagaimana kau bisa 'Diganggu'?" Tanpa basa basi lagi.

"Baik, akan ku ceritakan. Awalnya, aku bermain permainan berbahaya yang di sebut The Midnight Game. Sebenarnya aku tidak ingin melakukan permainan itu. Tapi aku hanya ingin membuktikan pada khalayak bahwa permainan ini tidak berbahaya dan tidak akan terjadi apa-apa pada pemainnya. Tapi ternyata...

Dia memberi tahu seluruh kawan sekelasnya bahwa Midnight Game itu tidak berbahaya dengan bukti kamera yang telah di siapkannya. Teman sekelasnya kagum pada dia kecuali Revaline. Entah siapa, dia bilang orang yang special di hatinya. Revaline marah saat mendengar Dia memainkan permainan itu.

"Setelah dua hari dari aku bermain permainan itu, tepat jam 3 malam aku terbangun karena seseorang menarik selimutku dan ranjang kasurku bergetar. Ku pikir gempa. Tapi getaran itu terus terjadi. Getaran itu pun berubah menjadi guncangan. Dan akupun terjaga hingga pagi. Malam selanjutnya, aku merasakan panas yang sangat di perut dan kepalaku. Selain itu aku merasakan tekanan di leher dan perutku hingga aku tidak dapat bernafas dengan baik dan terjaga semalaman.

Hari berikutnya saat ulangan, dia bilang melihat teman sebelahnya berubah menjadi sesuatu yang mengerikan yang tidak bisa ia jelaskan bagaimana bentuknya. "Kedua matanya hilang dan mengeluarkan sebuah cairan hitam." Hanya itu penjelasan rincinya. Dan setelah kejadian dari ulangan itu, dia pun di kira gila oleh beberapa temannya. Setelah seminggu dari permainan itu, keadaanpun makin memburuk.

The MidnightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang