9

306 19 2
                                    

The Midnight

Part 9 (Revaline POV) : "Pemikiran"



Angin bertiup kencang menerpaku saat memijakkan kedua kaki di depan gerbang masuk rumah Rassya. Rumahnya terlihat sepi dan mengerikan dari luar.
Di pijit tombol bel gerbang, dan di bukalah gerbang itu.

Aku berjalan masuk, angin kembali menghembus ke arahku saat berjalan dengan cepat ke pintu utama rumah Rassya.
Ku ketuk pintu. Namun tidak ada jawaban. Lagi ku ketuk lebih kencang dan terbukalah pintu itu oleh Bi Imah yang terlihat kecapean. "Bi Imah, Rassya nya ada? Kok udah seminggu ini dia gak sekolah?" Tanyaku pada bi Imah. Ia tak menjawab, hanya membuka pintu itu lebih lebar dan menyuruhku masuk.

Aku melangkahkan kakiku masuk. Dan saat kedua kakiku berpijak, ku dengar suara teriakan dari lantai atas. Yang pasti itu bukanlah teriakan satu manusia. Bukan! Teriakannya puluhan manusia dengan suara parau.

"Revaline?!" Seorang Wanita berjalan mendekatiku dan memeluk diriku.

"Tante Adinda? Dari kapan udah ke Indonesia?" Tanyaku.

Tante Adinda melepaskan pelukannya. "Dari kemarin, Reva."

Aku mengangguk. "Dimana Rassya?" Tanyaku.

"Kau tidak bisa bertemunya sekarang Reva. Rassya sedang tidak sehat." Aku bengong.

"Ya, kau pasti tidak ingin bertemu Rassya." Begitu pula kata Om Rhazes di anak tangga pertama menuju lantai atas.

Hatiku menyuruhku untuk pergi ke kamar Rassya. Dan dengan penuh keberanian, aku berlari ke tangga, disana Om Rhazes menghadangku namun aku mengelak dan segera berlari ke kamar Rassya masih di kejar oleh Om Rhazes. Sesampainya di kamar Rassya yang pintunya tak di tutup, aku segera menutu pintu itu dan menguncinya.

Indra penciumanku beku saat mencium bau yang aneh di kamar Rassya ini. Ku Balikkan badan. "Rassya!!" Teriakku saat melihat tubuh Rassya tergeletak lemah di ikat tangannya ke ujung-ujung kasur. Selain Wajahnya pucat dan luka cakar di lehernya, bisa aku lihat tubuhnya yang seperti ke kurangan gizi dan nutrisi.

Aku berlari ke arahnya, mendekati dia dan mengelus rambutnya yang biasanya lrmbut kini menjadi kasar. "Rassya." Bisikku.

Kedua Mata indah Rassya terbuka. "Revaline? Kenapa kau disini? Apa yang kau lakukan disini?" Suara Rassya terdengar lemah.

"Aku mau ngejenguk kamu." Jawabku.

Ia tersenyum.

"Mengapa ya, Rev? kenapa aku harus begini? Apa yang terjadi padaku?" Desahnya.

"Kamu gak apa-apa Sya,. Mungkin kamu kecapean plus kurang makan. Aku ambilin kamu Makanan ya? Atau kamu mau apel?" Tannyaku menawarkan sembari beranjak dan berjalan ke pintu.

"Saya Ingin KAMU!" Ku dengar suara lemah Rassya berbeda. Kini suaranya dalam, parau keras dan berbeda dari suaranya yang tadi. Aku melihat tubuh Rassya yang mencoba melepas tangannya dengan hembusan aneh dari mulutnya.

"Rassya!" Teriakku lalu berjalan mendekatinya, mencoba mengusap rambutnya namun dia menolak dan mencoba meraih tanganku dengan mulutnya itu. Aku menjauh ketakutan. Ia berteriak mengerikan dan memekakan telinga. Ranjang Kasurnya berguncang kencang. Aku berlari menuju pintu. ku coba membukanya, namun tidak bisa. Aku membalikkan badan. Lemar besar milik Rassya menggeser sendiri ke arahku. Aku berteriak ngeri. Lemari itu terus menekan tubuhku. "Tolong!!!" teriakku.

Ketukan-ketukan dari luar disertai suara panggilan namaku bisa ku dengar.

Lemari besar itu berhenti menekanku lalu jatuh ke bawah begitu pula tubuhku.

Om Rhazes berhasil mendobrak pintu kamar Rassya. Ia terlihat sedikit taku saat melihat Rassya berteriak dan mencoba melepas ikatan talinya, memberontak. Bi Imah meraih tanganku dan mengeluarkan diriku dari kamar Rassya.

Tubuhku masih gemetar ketakutan. Air mata tidak bisa ku seka melihat kondisi Rassya yang begitu terlihat tersiksa.
Pemikiranku, Rassya di rasuki. Ya betul.
Dari semua film Exorcist yang aku tonton ciri-ciri Rassya yang begitu menunjukkan bahwa dia di rasuki sesuatu. Dan mendengar cerita dari Bi Imah kondisi Rassya selama dua minggu kebelakang juga kejadian kemarin malam makin memastikan diriku bahwa Rassya di rasuki.

"90% dirasuki menurutku." Ucapku saat Om Rhazes bertanya-tanya apa yang terjadi pada Rassya.

"Dirasuki? Maksudmu, dia kesurupan?" Tanya Tante Adinda.

Ku simpan gelas yang berisikan teh manis hangat di atas meja. "Lebih dari Kesurupan. Mungkin kesurupan masih bisa mengontrol tubuh sendiri tubuh Rassya. Tapi, dia benar-benar berubah."

"Seperti 2 kepribadian ada dalam dirinya." Tambah Om Rhazes.

"Tidak hanya seperti, tapi memang." Ucapku.

Tante Adinda terisak. "Lalu, siapa yang merasuki Rassya?"

"Manusia biasa memanggilnya... Setan." Jawabku tanpa ragu. "Setan ini benar-benar telah menguasai tubuh Rassya. Seperti suaranya berubah, lalu Rassya menyakiti dirinya sendiri. Dari beberapa Artikel yang aku baca, Setan merasuki tubuh manusia untuk menyiksanya, namun ada pula yang ingin membawa manusia bergabung bersama mereka dalam Kegelapan." Jelasku.

"Jadi, kita tidak boleh membiarkan Setan itu Diam di dalam tubuh Den Rassya." Teriak Bi Imah.

"Siapa yang bisa membantu kita? Dukun?" Tante Adinda masih terisak.

"Aku tau siapa yang dapat menyembuhkan Rassya."

The MidnightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang