The Midnight
Part 3 (Rassya) : "Perlengkapan"
Pagi-pagi sekali aku di bangunkan oleh 61 panggilan dari Kalvin. Entah ada apa tapi jam masih menunjukan jam 4 pagi. Entah iseng atau memang ada keperluan ya ku coba balik menelponnya.
"Halo." Ujarku.
"Sya." Ia terdengar terisak. "Juni. Dia meninggal Sya."
Aku diam tanpa kata. Ku tutup telpon dan segera memakai celana jins juga jaket yang tebal. Ku ambil kunci mobil di lemari dan segera berlari keluar dari rumah menuju garasi mobil. Dengan cepat tanpa memanaskan mesin mobil, segera ku setir menuju rumah Juni yang memang tidak jauh dari rumah ku.
Bendera kuning kecil berkibar di gerbang masuk rumah Juni. Setelah ku parkirkan mobil di dekat gerbang rumah Juni, segera aku berlari masuk. Beberapa orang mengumandangkan surat Yasin begitu juga kekasih Juni yang terlihat tegar.
Revaline yang berada di depan pintu, cepat mendekatiku dan memelukku saat melihat diriku datang. Ia menangis. Aku mencoba menenangkannya, mengusap punggungnya berkali-kali.
Kalvin, Jerry, Reza dan Grisella mendekatiku. Revaline melepaskan pelukannya, aku mengusap air mata dia dan kami berjalan keluar dari area rumah Juni.
"Belom seminggu kita ditinggal sama Jessica, sekarang Juni pergi." Ucap Reza lemah.
"Dia pasti main Midnight game." Kalvin nyeletuk begitu saja. Kami semua melihat ke arahnya.
"Maksud lo Kal?" Tanya Revaline.
"Kemarin jam sepuluh, sebelum nyampe rumah, dia nanya ke gue tentang Midnight Game. Dan dia minta nagnter gue buat pergi ke Alfamart beli Lilin gede, korek api, sama garam. Sejalanan pulang dia selalu bilang dia bakal mainin Midnight Game itu." Jelas Kalvin sembari terisak.
Aku tertunduk.
Hari minggu yang basah ini menandakan kehilangan aku dan yang lainnya akan Juni. Kalvin, jerry, Grisella, Reza dan Revaline duduk lemah di ruang keluarga rumahku sepulang pemakaman Juni. Bi Imah menyuguhi mereka Hot Chocolate.
Setelah menganti pakaianku, aku berkumpul bersama mereka."Kal, apa bener yang main Midnight Game bakal mati?" Tanyaku sesampainya disana.
Kalvin menggeleng lemas.
"Gue mau pulang yaa. See you tomorrow guys." Suara Grisella lemah. Aku yakin dia sangat kehilangan.
Satu per satu setelah Grisella pergi. Dan terakhir Ravaline yang sempat makan malam terlebih dahulu di rumahku.
Sepulang mengantar Revaline, aku pergi ke toko Alfamart. Membeli minuman dan cemilan ringan. Dan entah apa yang merasukiku saat sampai di dalam mobil, aku baru sadar membeli lilin besar berwarna merah. Aku benar-benar kacau hari ini. Ku banting kepalaku ke setir mobil. Meratapi diriku yang kacau ini selama beberapa menit lalu kembali ke rumah.Revaline tidak mengirimku pesan, bahkan menelpon pun tidak.
Ku buka laptopku dan membuka Google.
Diriku yang tak percaya akan Midnight tersirat untuk memainkannya. Dan dengan bantuan Google mencari dengan kata kunci "Cara Bermain Midnight Game". Sebuah blog sederhana dengan warna background biru langit di jelaskan dengan sangat detail cara memainkan dan barang-barang yang di butuhkan untuk memainkan Midnight Game.Aku loncat dari kasur. Berjalan menuju dapur. Menyiapkan Garam dan memasukannya ke dalam mangkuk. Lalu mengeluarkan lilin besar berwarna merah itu dan menyimpannya di atas meja. Aku berlari kembali ke kamar, mengambil satu sobek kertas dan pulpen juga jarum dari pin.
Setelah semua perlengkapan komplit, ku mulai menulis namaku di atas kertas itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Midnight
HorrorSetelah dua korban yang di isukan meninggal karena sebuah Game yang bernama "The Midnight", Rassya mencoba bermain game itu. Tidak ada apapun yang terjadi, namun, saat detik-detik terakhir dia menyelesaikan permainan tersebut, sesuatu terjadi! Apa y...