8

341 18 0
                                    

The Midnight

Part 8 : "Mengapa?"


Suara teriakan seorang lelaki menggema di keheningan tengah malam di daerah bintaro itu.
Sang pembantu di suatu rumah besar berlari ke lantai atas mengikuti suara teriakan itu asalnya darimana. Teriakan itu berasal dari kamar Rassya ternyata. Teriakan itu kini di sertai dengan suara tembok yang mendecit di telinga.

Si Pembantu masuk ke dalam kamar perlahan.

Ia melotot tak percaya akan Rassya si tuannya menggaruk-garuk tembok sangat cepat. "Den Rassya!" Teriak pembantu ini.

Rassya berhenti menggaruk tembok. Ia cekikikan dan berubah tertawa kencang dan mengerikan. Kepalanya membalik 180 derajat ke belakang. "Pergi lah kau! Ke NERAKA!!" Teriak Rassya.

Debaman keras pintu dan pecahan kaca mengusir kesunyian. Sang Pembantu ketakutan dan mencoba membuka pintu yang tertutup rapat.
Pecahan-pecahan beling melayang ke angkasa dan terbang perlahan mengarah ke pembantu. Makin mendekat dan mendekat. Ia berteriak ketakutan. Pecahan-pecahan beling itu berhenti di depannya, sangat dekat dengan wajah pembantu ini dan jatuh ke bawah.

Badan Rassya jatuh tergeletak. Nafasnya tidak berturan.
Sang pembantu dengan rasa takut yang mendalam berjalan perlahan mendekati tubuh Rassya yang terbaring lemah sembari menyauti nama Rassya.

"Bi Imah." Desah Rassya.

Dengan cepat si pembantu mendekati badan Rassya dan mencoba mendudukan bandannya. Tubuh Rassya di sandarkan ke tembok yang penuh cakaran. Sang pembantu berlari ke bawah mengambil air hangat di dalam gelas dan membantu Rassya meminum air minum hangat itu.

"Mengapa, Bi?" Desahnya. "Mengapa harus aku?"

"Maksudnya, Den Rassya apa? Kenapa den Rassya tadi---" Belum selesai sang pembantu berbicara tubuh Rassya melayang cepat menabrak atap. Gelas yang di pegang sang pembantu pecah dengan sendirinya. Tubuh Rassya terus menabrak atap. Sang pembantu hanya menonton tak tau harus berbuat apa. Setelah 22 kali menabrak tembok, tubuh Rassya di bantingkan ke kaca lalu ke kasurnya.

Sang pembantu menoleh sedikit ke tubuh Rassya. Rassya mengeluarkan suara geraman bagai harimau marah. Bola mata hitamnya menghilang. Sang pembantu memegang kaki Rassya "Nyebut Den, nyebut." Ucapnya.

Dengan keberanian penuh, sang pembantupun memegang kepala Rassya, membisikannya beberapa ayat Qur'an.
Dan lama-kelamaan suara geraman itu hilang, mata Rassya kembali normal dan tertutup.

Masih dengan badan gemetar, sang pembantu mengangkat gagang telpon rumah. Memijat nomer yang tertuju nomer telpon Negara Singapura.

"Halo. Tuan Rhazes." Ujar sang pembantu.

"Hai, Bi Imah. Ada apa malam-malam begini menelpon?" Tanya Rhazes jauh di Singapura.

"Bisakah Tuan pulang sekarang juga Tuan?" Ucap sang pembantu masih dengan gemetar.

"Memangnya kenapa Bi Imah?"

"Rassya, Tuan. Dia---" Berhenti disitu. Rhazes terus bertanya-tanya di telpon "Kenapa Rassya, Bi." Sedangkan sang pembantu tak menjawab hanya melngo melihat Rassya berjalan terbalik dari lantai atas ke bawah dengan cairan kental merah keluar dari mulutnya.

"Ya Tuhan." Desah sang pembantu.

Hanya suara teriakan-teriakan yang di dengar dari telpon genggam Rhazes. "Halo! Bi! Bi Imah!!" Hati Rhazes mulai tak tenang. Dengan segera ia membuka laptop dia, membooking dua tiket ke Indonesia dan mengajak istrinya untuk kembali ke Indonesia melihat keadaan anaknya Rassya.

**

Jam 4 pagi Rhazes dan Adinda sampai di rumah nya di Indonesia. Sesampainya disana, ia disambut oleh si pembantu. Dan menceritakan semua yang terjadi 2 minggu ke belakang ini pada Rhazes dan Adinda.

"Gak mungkin Bi! Sekarang dimana Rassya?" Ujar Adinda sang ibu yang tidak percaya akan cerita dari sang pembantu.

"Dia ada di kamarnya."

"TIDAK!" Suara Rassya di lantai atas di depan tangga. Suara nya berbeda dengan Rassya yang sebenarnya. Kini Suara Rassya lebih dalam dan parau juga besar. "Kau darimana saja tuan Rhazes? Anakmu ini menderita memiliki kedua orang tua seperti Kalian!!"

"Apa Maksud kamu Rassya?!" nada suara Rhazes meninggi.

"Saya bukanlah Rassya!" nada suara Rassya lebih tinggi.
Lalu ia berteriak ngeri. Menggaruk-garuk lehernya dengan penuh tenaga dan kuku hingga leher Rassya mengeluarkan darah. Rhazes tidak hanya diam. Ia berlari mendekati Rassya namun tubuh Rassya menggelinding ke bawah. "Rassya!!" Teriak Adinda.

Sesampainya setelah menggelinding ke bawah. Tubuh Rassya terbaring. Adinda mencoba mendekati, dan setelah dekat dengan Tubuh Rassya, Rassya mendongak menambar Ibunya sendiri hingga tubuh Adinda terpental jauh.

Rassya beranjak dan berteriak bagai auman singa memekakan gendang telingan. Rassya menyakar tubuhnya sendiri hingga baju tidurnya sobek dan badannya mengeluarkan darah sebab dari cakarannya sendiri. Tubuh Rassya kembali terbaring, lalu mengeliat kaku sembari kadang menyakar tubhnya.

Rhazes mencoba menahan tangan Rassya yang menyakiti tubuhnya sendiri namun malah Rassya menendang tubuh Rhazes dengan kedua kakinya sekuat tenaga.

Dan tubuh Rassya kembali menggelinding ke lantai atas dan berdiri tegak.
Lalu badannya melayang beberapa centi ke atas, dan terpental ke depan lalu jatuh ke bawah.

The MidnightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang