4

378 22 1
                                    

The Midnight

Part 4 (Rassya) : "Permainan Dimulai!"


Ku tulis nama lengkapku 'Rassya Demian Rhazes' di sobekan kertas itu. Menempelkan jarum pin di jari telunjukku, merasakan dinginnya jarum itu lalu menusuk jariku cepat dan melepas jarum setelah ku yakin jari telunjukku telah terluka. Dari keluar dari Jariku. Ku tekan jari telunjuk ini dan meneteskan satu teteh darahku ke kertas itu.

Aku berjalan keluar, menyimpan kertas itu di depan pintu masuk dan mematikan saklar utama rumahku yang bagai istana ini. Ku nyalakan lilin menggunakan korek. Menoleh sedikit ke jam tangan. Waktu menunjukan pukul 12.00. Segera ku ketuk pintu rumahku, sesuai peraturan satu ketukan dalam satu detik 22 kali. 19... 20... 21... 22...

Selesai!

Ku lihat lagi jam tanganku. Waktu telah menunjukan jam 12.01. tanpa ragu ku buka pintu rumah, masuk satu langkah, mematikan lilin dan dengan cepat ku nyalakan lilinku lalu menutup pintu cepat.

Rumah besar ini makin mengerikan tanpa adanya cahaya. Untungnya Bi Imah tidak menginap disini, dan Tukang Kebun pulang kampung untuk satu minggu. Aku sendiri memainkan permainan ini.

"Terus bergerak, jangan diam!" Kata-kata itu terus berputar di kepalaku.
Aku terus melangkah tanpa henti, dan sengaja langkahku kecil agar dapat mengitari seluruh rumah dan kembali ke pintu utama saat pas jam 3.33.

Ruangan pertama, ruangan tamu tentunya.
Ku lihat sekitar dan mengitari sofa sekali, dan saat setengah putaran, mataku menangkap sebuah bayangan yang duduk manis di sofaku. Aku sempat berfikir itu hanya bayanganku. Tapi bagaimana bisa? Dari lilinkah?

Ruangan selanjutnya, ku putuskan Ruangan keluarga terlebih dahulu yang berada di lantai atas. Untuk dapur, aku masih harus mengumpulkan tenaga keberanianku. Apalagi Kamar Mandi. Terpikirkan kejadian kemarin saat bertemu kata "Kamar Mandi".
Berbeda dari ruangan tamu, kali ini saat sampai di ruang Keluarga, tepat di tembok yang di terpa cahaya lilinku, sebuah bayangan hitam melesat dari belakangku. Secara refleks ku balikan badan namun tidak ada apa-apa. Aku kembali menoleh ke tembok itu. Hembusan angina tengah malam membuat bulu kudukku berdiri. Ku putuskan untuk kembali berjalan pergi ke kamarku.

Ku buka pintu kamar perlahan. Sangat sunyi dan dingin oleh AC yang menyala. Tangan ini meraih remot AC dan mematikan mesin itu. Ku lihat kamarku sendiri. Terlintas difikiranku bahwa diriku adalah Tour Guide untuk mahluk halus. Benar kan? Mengitari rumah ini di temani mahluk halus yang mengikutiku mengitari berarti tour guide. Aku adalah sang Tour Guide dan mahluk halus itu adalah Tourist ku.

Sudahlah!

Aku kembali berjalan menuju ruangan kamar Papa dan Mama yang jarang sekali di buka. Bulan bersinar terang bisa kulihat dari jendela di kamar ini.

Tidak lama di dalam kamar Papa dan Mama, kali ini pergi ke ruangan atap, tempat disimpannya barang-barang bekas dan barang-barang tua. Saat sesampainya disana, piano bekas ku yang nada A4 nya telah rusak tiba-tiba saja menyala. Aku tak takut saat mendengar suara piano itu. Karena piano itu telah rusak kan?
Tapi, yang benar-benar membuat bulu kuduk ini merinding disko, saat mendengar suara lagu 'For Elise' dari sebuah piano di ruang musik di lantai bawah. Dengan penuh keberanian aku pergi kesana. Di depan pintu masuk, suara nada piano itu berbunyi makin kencang, di tambah suara petikan gitar klasik milik papaku. Ku telan ludah sebelum membuka pintu ini. Dan saat ku buka, suara nada-nada piano dan petikan senar gitar menghilang. Hanya sebuah bayangan hitam yang terbang ke arahku mematikan lilin ini.
Tanpa gemetar aku segera menyalakan korek dan mengarahkan api dari korek itu ke lilin. Aku yakin belum 10 detik tadi. Ku lihat jam tanganku lagi. tinggal satu jam lagi maka aku berhasil dan dapat membuktikan bahwa permainan ini tidak berbahaya. Dan jika teman-temanku tak percaya, aku telah menyimpan beberapa kamera di beberapa ruangan di rumah ini, maka aka nada rekamannya sebagai bukti.

Keberanianku telah sampai di puncak. Aku pergi ke Kamar Mandi utama yang berada di samping dapur. Tidak ada apa-apa. Hanya saja telingaku menangkap suara-suara aneh di telinga. Suaranya sangat pelan. Bagai bisikan. Tidak lama aku diam di kamar mandi itu.

Dan sekarang, dapur. Bayangan hitam itu kini membentuk sosok lelaki tinggi dengan mata yang bersinar putih. Ia melayang mendekatiku dan lagi-lagi lilin ini mati. Aku mulai ragu dan segera aku menaburi garam di sekelilingku. Mengambil korek dari saku dan menyalakan salah satu batang korek lalu mendekatkan api nya ke lilin. Lilin ku menyala lagi. dan telingaku menangkap suara tepukan tangan di samping kiri. Tapi aku tak mengkhawatirkan itu.

Tinggal 10 menit lagi dan aku akan berhasil. Aku melangkahkan diriku keluar dari lingkaran garam itu dan mulai berjalan perlahan menuju depan pintu utama. Sesampainya disana, tinggal 25 detik lagi dan aku akan berhasil.

Pintu utama itu terbuka dengan keras dan menyebabkan bunyi debamman keras dan mengagetkanku. Angina berhembus kencang dari luar masuk ke dalam dan mematikan lilinku ini. Ku balikkan badan, segera meraih korek dan menyalakan salah satu batang korek. Mendekatkan salah satu batang yang menyala itu ke lilin. Punggungku terasa dingin, seperti seseorang yang memeluk punggungku. Seseorang yang memiliki suhu sangat dingin dan menghembuskan nafas hangat di leherku ini.

Aku yakin aku berhasil!

Api dari batang korek ini mekin mendekat ke lilin dan seseorang di belakangku meniup api itu hingga

Padam!.

The MidnightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang