Ujian Kecil

499 14 7
                                    

Abi menggenggam tangan dingin dara dan terus membawa perempuan tanpa perlawanan itu berjalan keluar gedung menuju parkiran. Orang-orang di setiap lorong sepertinya tidak terlalu memperhatikan keadaan yang menurut mereka sah-sah saja. Toh keduanya tidak terlihat seperti sedang bertengkar, malah lebih terlihat seperti sedang terburu-buru.

'dara...kayanya kamu marah besar kali ini' batin abi.

Ingat kan, dara itu biasanya jika marah hanya berteriak, mencubit, menyiksa, ataupun mengomel hingga puas. Biasanya abi akan menerima dan mendengar semua keluhannya, lalu amarahnya akan segera hilang. Namun kali ini, dara mengambil sikap perang dingin, mogok bicara, abi tak tau bagaimana cara menghadapinya.

Keduanya memasuki mobil Audi tipe Q7 berwarna silver. Percaya tidak? Mobil ini kado pernikahan dari teman sma abi. Berarti statusnya masuk ke harta bersama ya, kalau cerai harga penjualan mobil ini harus dibagi dua. Oh Oh Oh! ada yang terlupakan. Perjanjian diawal pernikahan adalah ti-dak-a-da-per-ce-rai-an.

'pembunuh? apa maksudnya coba? gw kawin ama orang kaya gimana sih sebenernya? Dara! Lu salah perhitungan ra, lu kira nikah gampang? Udah ngejalanin baru lu tau kan nikah itu ribet. Pikiran lu dangkal banget. Lu nikah sama orang kaya apa aja lu ga tau kan? Siap-siap makan hati seumur hidup' dara meruntuki dirinya lagi.

Abi memalingkan wajahnya ke arah dara. Dara membalasnya dengan wajah datar sekilas, lalu membuang wajahnya ke kaca jendela. Urat-urat di kening abi menegang, begitu juga dengan rahang dan otot-ototnya. Deru nafasnya tak beraturan.

'Dasar manusia kaku dan dingin! ya, Hazbi Ramadhan Zakaria, wanita mana yang ga terkesima sama kharismanya itu?' dara menjatuhkan tubuhnya ke pinggir mobil hingga pipinya menempel di kaca jendela.

BRUK. Dipukulnya stir mobil, cukup keras. Untung saja tidak patah dan dara tetap tak bergeming. Ada hal lain yang terjadi pada diri dara, mualnya kembali menyiksa perut. Dara hanya fokus untuk tidak mabuk perjalanan, mengatur nafas agar perutnya tak berkontraksi mengeluarkan isi-isinya, dia tak tau sikapnya malah menyulut kesetresan abi.

Mobil mulai melesat dengan kecepatan tinggi. Kaki abi entah kenapa terlalu berenergi memijak pedal gas. Dara semakin takut untuk muntah, sayang kalau mobil mahal begini jadi bau muntahan, pikirnya. Dara menutup matanya. Dan alhamdulillah, Jakarta itu macet luar biasa, memaksa abi untuk tidak berngebut ria. Aksi kebut-kebutan berakhir ketika mobil sudah masuk ke jalan Raya.

Mobil yang pengaturan AC nya dibuat full itu semakin terasa dingin karena kedua manusia yang menumpangi tetap tidak saling bicara.

'dara...please ra, gw ga tahan di beginiin!!!' abi berteriak dalam hatinya, 'sial banget sih!! kenapa jg gw tadi ga nyadar ada monic disitu?' abi kembali mengingat peringatan eren waktu itu mengenai perasaan dara jika ada gosip tentangnya dan monica, 'astaga!! ya Tuhan...gw berdosa banget sama istri gw, pastinya lah dia bakal marah... Abi!! Otak lu kok ga mikir sampe sejauh itu sih?' wajah abi terlihat menyesal.

---

Dara menghentakan kakinya masuk ke dalam rumah. Bi inah, sri dan mang ujang saling melirik. Baru kali ini dara terlihat seperti itu selama mereka tinggal dirumah itu. Beberapa menit kemudian abi menyusul dara masuk ke rumah namun langkahnya menuju kamar utama. Dara bukan menuju kamarnya tapi menuju ruangan khusus untuk kenshin. Ruangan yang hanya sebesar 4x1 meter namun dilengkapi peralatan kucing lengkap dengan AC. Abi kembali keluar dari kamar dan mendatangi para pembantu.

"dara mana bi?" terlihat wajah tegangnya.

Dara dan abi sama sekali belum berbicara. Bisa bayangkan perjalanan mereka dari kantor menuju rumah hanya diisi dengan suara klakson mobil. Abi sesekali melirik dara yang membuang wajahnya ke arah jendela mobil.

Cinta Segi BanyakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang