Empat

1.5K 109 3
                                    

Hallo hai~

Nih sesuai janji saya siang tadi, saya lanjutkan part sebelumnya yg kepotong..

Btw, terima kasih buat yang sudah mau baca cerita saya ya, makasih juga buat comment dan vote nya..

Maafkan kalau ceritanya tidak enak dibaca ya.. Hehe

Yasudah, selamat membaca semuanya.

Enjoy~




---------------------





Selamat ulang tahun, Shan."

Aku terlonjak duduk dan menyalakan lampu. "Boby! Untuk apa kau sepagi ini di kamarku!"

"Memberimu ucapan selamat ulang tahun," jawabnya polos. Dan ia bangkit dari kursinya di sisi tempat tidur dan menarikku hingga berdiri.

"Ayo! Aku mau menunjukkan hadiah ulang tahunmu dariku!"

Ia menyeretku ke ruang kerja dan menyuruhku duduk di depan komputerku. Ada dua komputer di ruangan itu, satu milik Boby, yang sarat dengan berbagai programming software yang digunakannya untuk bekerja. Dan satu lagi milikku, lebih sederhana dan tidak secanggih milik Boby.

Boby menyalakan komputerku dan duduk di sebelahku dengan mata berbinar. Sambil tersenyum geli, aku mencoba menebak apa yang telah disiapkan Boby untukku. Puisi? Personal website, dengan foto dan lagu? Aku menggeleng dalam hati, Boby tidak cukup romantis untuk itu.

"Kau lihat?" Boby memotong renunganku.

"Apa?"

"Hadiahku."

Keningku berkerut. Tidak ada yang berbeda dengan tampilan komputer itu. Dengan ragu kuraih mouse dan mengklik tombol Start. Tidak ada yang berubah. Tapi Boby kentara sekali menjadi semakin antusias. Setelah membuka file-file-ku dan sekali lagi tidak menemukan apa pun, aku berpaling kepada Boby dengan ekspresi tak berdaya.

"Kamu tidak menemukannya?" tanya Boby, dengan setitik kecewa dalam suaranya.

Aku menggeleng.

"Aku menambah memori komputermu," akunya kemudian. Dan melihat raut wajahku yang tak berubah.

"Komputermu sekarang bisa bekerja lebih cepat."

Aku ingin sekali berbagi kegembiraannya.Ia kelihatan begitu bangga dengan hadiahnya, setidaknya beberapa detik yang lalu, sebelum ia sadar bahwa aku kecewa.

"Oh," hanya itu yang bisa kukatakan. "Terima kasih."

"Kamu boleh memelukku kalau mau," katanya tersenyum dan membentangkan kedua tangannya. Kupukul lengannya dan tertawa. Dan pagi itu berlalu seperti hari-hari kemarin.

Di kantor teman-temanku menyambutku dengan ucapan selamat dan senyum pernuh arti. Ketika aku memasuki ruang kerjaku, aku mengerti kenapa mereka tampak seperti menyembunyikan sesuatu. Di meja kerjaku ada sebuah kotak panjang dengan tutup selofan. Setangkai mawar putih. Sesaat jantungku rasanya berhenti berdenyut.

Hati-hati kuambil kartu yang menempel pada kotak itu, lupa seketika kepada teman-temanku yang pasti mengawasi lewat kaca ruang kerjaku.

Selamat ulang tahun. Masih ingatkah kau kepadaku? Jika ya, aku menunggu di tempat biasa. Mungkinkah?

Aku keluar untuk makan siang lebih awal, mengabaikan godaan teman-temanku yang tak kenal ampun.

***

"Kita tidak bisa bertemu lagi Gery," ujarku kepada Gery di telepon. Separuh jiwaku rasanya terbang dan hilang saat kata-kata itu kuucapkan.

"Kenapa? Boby melarangmu?"
"Dia tidak tahu apa-apa."
"Kenapa kau terus memikirkan dia, Shan. Pikirkan
dirimu sendiri. Apa kau sudi menghabiskan hidupmu dengan orang yang tidak kau cintai, sedangkan denganku kau bisa mendapatkan semuanya?"

Kugigit bibir ku saat setetes air bergulir di pipiku.
"Shania, akuilah. Aku menemukan separuh hatiku
kepadamu dan hidupmu baru akan lengkap
denganku. Selama ini, aku sendirian dan kau dengan Boby, hidup kita hanya mimpi, cacat, timpang. Dan kita baru akan memulai hidup, setelah kita bersama. Saat ini kau tidak punya apa-apa, Shan, tidak juga masa depan, tapi berdua, kita akan miliki segalanya...."

"Hentikan," potongku dengan suara bergetar.

"Kalau kau minta aku untuk berhenti berusaha
mendapatkanmu lagi, kau hanya buang-buang
waktu dan tenaga. Kau tahu aku tidak semudah
itu disuruh mundur. Ini menyangkut sisa hidupku dan hidupmu. Tidak ada yang lebih penting dari itu dan aku tidak akan berhenti sampai kau kembali denganku."

"Aku tidak bisa...."

"Kenapa tidak?"

Ya, kenapa tidak. Pernikahan ini hanya sebuah
permainan. Menyenangkan memang. Tapi tetap
hanya sekadar sandiwara. Tapi kenapa rasanya berat sekali memutuskannya?

"Kau tidak mencintai Boby, Shan. Kau berbeda
dengannya, jadi bukan kesalahanmu kalau kau tidak bisa mencintainya. Satu-satunya perasaan yang layak kau simpan untuknya cuma iba, karena ia tidak akan pernah bisa mendapatkan hatimu dan ia akan selamanya menikah dengan perempuan yang mencintai lelaki lain."

"Aku...."

"Akuilah, Shan, kau mencintaiku. Kebersamaan kita
adalah takdir."

Kututup mikrofon dengan tanganku dan menghela napas panjang. Seluruh tubuhku rasanya terbakar dan lunglai dan dunia seperti berputar makincepat. Kupejamkan mataku.

"Aku tidak mencintaimu," gumamku.

"Lebih keras lagi."

"Aku tidak mencintaimu."

"Kau berbohong."

Lama sekali aku terdiam sebelum akhirnya
sanggup mengucapkan, "Ya."

"Shania," suara Gery gemetar. "Aku berjanji untuk
selalu membuatmu bahagia."

Aku tahu sejak awal bahwa permainanku dengan
Boby akan berakhir, cepat atau lambat. Tapi
hatiku tetap enggan berdamai dengan kenyataan
bahwa aku harus bicara padanya tentang perpisahan. Aku sadar bahwa Boby sendiri tidak berhak dan tidak mungkin menghentikanku.

Bahkan, mungkin ia akan merasa lega dengan
keputusanku itu, karena akhirnya ia bisa membenahi hidupnya sendiri lagi.

Mustahil ia akan menolak berpisah denganku.
Apalagi, aku juga tahu ia sangat menyayangiku
dan ingin aku bahagia. Dan aku tahu, keputusan
untuk kembali kepada Gery adalah yang terbaik
untukku dan masa depanku, sesuatu yang pasti
akan didukung oleh Boby. Aku yakin keputusanku
itu tidak merugikan siapa pun. Kenapa aku harus
segan menyampaikannya pada Boby ? Mula-mula
aku berjanji kepada diriku sendiri untuk mencari
waktu yang tepat.

Tapi saat itu tak pernah datang. Setiap kali, aku
dilanda keraguan dan akhirnya membatalkan niatku. Gery tidak bisa mengerti itu.

"Aku ingin kita menikah sebelum aku kembali ke
Jerman, Shan. Dan kau harus menempuh masa
idahmu dulu. Belum lagi kita harus memikirkan
pendapat orang lain yang pasti berkomentar
kalau kau menikah denganku segera setelah
masa idahmu selesai. Dan aku hanya di sini
sepuluh bulan lagi."




Tbc~

Jeeeeeng jeeeeenggg !!!

Lanjut besok yah.

Hehe

Salam manis dan disiplin selalu^^

Shn.kgn~

Wedding SimmulationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang