EPISODE 7

2.8K 124 5
                                    

BRAK

"Oni-chan. Kotoko akan segera pindah!" seru Yuuki membuyarkan konsentrasi belajarku. Ia nampak senang karena sebentar lagi kamarnya akan kembali. Lagi pula ia juga tidak suka dengan Kotoko karena kebodohannya. Entah kenapa aku tidak bisa ikut tertawa dengannya.

Esoknya Kotoko pindah. Aku tidak bisa melihat dia pergi. Aku takut tidak bisa menahan diriku jika melihatnya menangis. Aku pustuskan berdiam diri di kamar dengan Yuki. Rasanya sangat aneh. Aku merasa kedamaianku akan segera kembali. Harusnya aku merasa senang, tapi kenyataanya aku tidak bisa tersenyum sama sekali.

Hari-hariku kembali damai. Sepulang sekolah, aku terkejut melihat ayah dan Yuuki memasak bersama.

"Ada apa ini? Ibu mana?"

"Dia agak tertekan." Jawab Ayah dengan nada sedih. "Dia bilang tidak nafsu makan dan tidak mau melakukan apapun. Karena itu untuk sementara kita akan bagi tugas."

Mama merasa sedih kehilangan Kotoko. Aksinya benar-benar berlebihan membuatku tidak tenang. Di kampus aku tidak bertemu dengannya. Biasanya dia selalu menungguku di luar gedung teknik atau setidaknya aku tau dia mengikutiku. Tapi hari ini tidak ada sama sekali. Dia seperti lenyap.

Aku rasa bukan hanya Mama yang merasa kehilangan. Kamar Yuuki telah kembali tapi dia masih saja main di kamarku. Dia merasa cemas dengan keadaan mama. Aku tidak tahu harus bagaimana. Aku mulai merindukannya. Besok ada latihan klub. Mungkin aku bisa bertemu dengannya besok.

Lagi-lagi dia dikerjai oleh Sidou. Lagi-lagi dia mengumpulkan bola para pemain. Ah, rasanya sudah lama tidak melihat tingkah konyolnya.

"Irie-kun?! Kenapa kau disini?"

Aku merindukanmu bodoh, "karena aku anggota klub tennis juga."

"Bukankah kau tidak perlu datang latihan?"

"Memangnya aku butuh izinmu." Kataku kesal. Apa dia tidak merindukanku? Dia terlihat tidak senang aku datang. Menyebalkan.

Setelah bertegur sapa dengan yang lain, tiba-tiba Sudou menantangku. Dia memintaku adu tanding berpasangan. Dia dengan Yuko dan aku dengan Kotoko. Benar-benar licik.

"Aku tidak bisa bertanding ganda dengan dia karena jelas kau yang akan jadi juaranya." Protesku.

"Ano, Irie-kun tidak perlu berkata sampai seperti itu." Protes Kotoko. Aku tidak berniat menjelek-jelekkannya, aku hanya bicara apa adanya. Huh, menyebalkan sekali.

"haha... mustahil. Seperti katamu musatahil." Ujar Kotoko riang.

Sudou tidak menyerah. Dia terus mengejekku. Ini kali pertama aku merasa tertantang.

"Kau tidak perlu memukul bola."

"heh? Kau benar-benar mau ikut?"

"Kita tidak punya pilihan. Yang perlu kau lakukan hanya betahan. Jangan halangi permainanku."

Pertandingan berlangsung dengan berat sebelah. Kotoko sama sekali tidak bisa melakukan apapun. Aku mulai kelelahan dan aku tahu dia juga. Hingga pukulan Sudou mengarah ke Kotoko. Aku hendak memukulnya tapi Kotoko tidak melihat dan mendengarku. Dia mengayunkan raketnya sembari menutup mata. Dengan segera aku menahan raketnya sebelum melukai orang lain.

Permainan berhenti. Lagi-lagi Sudou menantangku berpasangan lagi dengan Kotoko. Aku ingin memberi pelajaran padanya. Akan aku tunjukan betapa hebatnya Kotoko jika ia mau berusaha.

Esoknya dia datang terlambat. Aku bersyukur dia datang, tapi lagi-lagi niatku untuk berlatih dengannya gagal karena Sudou. Kotoko tidak di ijinkan memakai lapangan karena ia belum lulus. Huh, benar-benar menyebalkan. Apa lagi Sudou membentak Kotoko membuatku makin ingin memberi pelajaan padanya. Beraninya dia melakukan itu pada Kotoko. Aku harus mencari cara lain. Sebelum itu akan ku ukur sebatas mana kemampuannya. Dengan sengaja aku mengarahkan pukulanku padanya. Sontak dia langsung menghindarinya.

ITAZURA NA KISS : LOVE IN TOKYO (IRIE NAOKI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang