[21]

2.2K 224 11
                                    


***


"Aku memberi taumu sekarang; jadi jika kau mau membenci ku lebih baik dari sekarang." Ucap Fox yang tiba-tiba masuk ke Lab pinggir kota milik Hailee. Thomas dan Chloe menatap Fox yang tengah menyeka keringat di dahinya lalu membuka borgol yang terkunci di tangan kirinya.

"Kau dapat?" Tanya Thomas. Dengan segera Fox melempar koper itu ke Thomas dan Thomas langsung menangkapnya. "Hailee bagaimana?" Chloe menatap Fox lalu berlalih menatap Hailee yang tengah terbaring di sofa. "Dia akan segera siuman, percayalah."

"Ini yang sangat aku butuhkan, Peta!"

"Ya. Namun, jika Brooklyn hilang sama saja, gagal."

"Uhm, aku tau ini gila. Tapi aku bisa menerbangkan pesawat." Thomas dan Chloe saling menatap.

"Plan B!" Ucap Chloe.

"Maksudmu?"

"Jadi.."

***

Dengker menatap anak buah yang tengah menunduk di hadapannya kesal. "KALIAN, AKU BAYAR KALIAN MAHAL TAPI TETAP SAJA!!" Dengker berdiri dan berjalan ke arah kaca kantornya yang ber-view kota Jepang ini.

"Ma-maafkan kami." Ucap Kendall berhati-hati. Evangeline yang berada di sebelah Kendall menyikut pelan tangan gadis itu mengisyaratkan untuk diam.

"Bukan salahmu Ken." Dengker menghela nafas.

Lalu membalikkan badan dan menatap Kendall lembut. "Ini salahku." Kendall tersenyum.

"Tapi, berjanjilah kalian akan menangkap The G-Team sebelum hari pameran dimulai." Mereka bertiga mengangguk pelan.

"Pastikan juga Miranda dan Brad datang."


***


"Jadi rencana awalnya seperti itu. Namun berhubungan dengan hilangnya Brooklyn, pindah ke Plan B." Fox mengangguk pelan selagi mencerna setiap kata yang diucapkan Chloe tadi.

"Fok..." Mereka bertiga menoleh ke asal suara, dan melihat Hailee yang sudah sadar.

"Fak fok fak fok.. bukan pake 'K' tapi 'X'." Hailee hanya terdiam.

Suasana hening menyelimuti mereka berempat, "jadi, Brooklyn?" Tanya Chloe. Berusaha mencairkan suasana.

Hailee belum menjawab. "Untuk apa kau membuat obat itu? Mau kayak cerita Romeo and Juliet?"

"Aku baru meraciknya. Dan Brooklyn yang memberikannya padaku. Awalnya aku membuat obat ini untuk koleksi di Labku saja tapi saat aku pergi ke Toilet dan kembali untuk menggambil obat racikkan yang ku baru buat telah hilang. Dan tepat pada saat aku membalikkan badan Brooklyn langsung menahan kedua tanganku dan menyuntikkan cairan itu."

Chloe, Thomas dan Fox terdiam. Mereka sama-sama larut dalam pemikiran masing-masing, banyak pula pertanyaan yang terlintas di otak mereka.

"Lalu Note itu?" Hailee menatap Thomas bingung.

"Petunjuk. Bingo! Untung aku bawa kertasnya." Chloe merogoh saku celananya dan mengeluarkan sebuah kertas Note bewarna kuning.

Jangan pikir aku mati. Ini adalah obat yang baru aku racik. Bawa aku ke lab di pinggir kota jepang, ambil penawarnya dan aku akan menjelaskan tentang Brooklyn. Dia hilang, aku cukup khawatir.

-haiz.

Thomas mebaca kertas itu lagi. "Tak ada yang aneh."

"Kemarikan. Aku tau teka-teki yang sering di buat oleh Brooklyn." Thomas memberikan kertas itu kepada Fox. "Teka-teki lama yang paling aku benci." Ucap Fox.

"Brooklyn memberikan kita sebuah petunjuk. Kalau bagi semua orang kata petunjuk berada di depan beda dengan Brooklyn, dia berada di belakang. Tepatnya sebelum titik. Dan kata yang ada di kalimat ini sebelum titik adalah: mati,racik,Brooklyn dan khawatir. Jika digabungkan dan di buat menjadi sebuah cerita akan berurutan seperti: Racik-Brooklyn-Mati-Khawatir. Sama persis seperti cerita yang Hailee ceritakan pada kita. Dia meracik obat, Brooklyn menggambilnya dan memberikan obat itu kepada Hailee, Hailee mati suri, Dan akhirnya Brooklyn pergi dengan sedikit rasa khawatir."

Fox menarik nafas sejenak.

"Lalu Huruf terakhir dari setiap kalimat jika di susun menjad, K-N-I-R.. tunggu, ini nama teman baik,nya Dengker.

Karlyn Navasa Irla Rose.. Dia seorang pelukis."

"Ya, dan ada pameran tepat hari dimana kita akan balas dendam." Ucap Hailee selagi memperlihatkan ipadnya yang sedang menampilkan sebuah berita kepada Thomas dan Chloe.

"Ugh Plan C!"

***



THE G-TEAM (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang