Namanya Sansa Wirarya. Putra sulung Rakhasa Wirarya, yang merupakan teman dekat sekaligus kolega bisnis dari ayah Anggita.
Sansa adalah sosok sempurna dari seorang pria mapan yang memiliki wajah tampan. Kemampuannya sebagai seorang eksekutif muda sering kali dibicarakan oleh para pembisnis tanah air. Memiliki otak yang cerdas, kehidupan mapan dan juga merupakan penerus perusahaan properti yang dibesarkan oleh ayahnya, pembawaan ramah yang menyenangkan. Mampu memberikan kenyamanan pada setiap orang yang diajaknya bicara. Tak ada kekurangan dari sosoknya. Seorang pria idaman semua kaum wanita, tapi sepertinya tidak untuk seorang Anggita Prameswari.
Pertama kali bertemu, wanita cantik itu cukup terkesan dengan pembawaan diri seorang pria yang bisa dikatakan menawan dan tampan seperti sosok Sansa. Namun hanya sebatas itu, sedikitpun tak dia rasakan getaran ataupun rasa lain yang sering kali orang-orang sebutkan.
Indra perasa serta kepekaan yang dimiliki Gita telah lama mati dan beku. Meskipun begitu dia masih menunjukkan respek serta senyumnya pada lelaki pilihan mamanya tersebut.
Tidak terlalu buruk, begitu pikirnya setelah mengenal lebih jauh sosok yang saat ini duduk didepannya.Setelah pembicaraan dengan mamanya yang tepatnya tiga hari lalu. Malam ini Gita menghabiskan makan malamnya bersama pria yang memperkenalkan diri dengan nama sansa tersebut. Keduanya sepakat untuk saling mengenal satu sama lain. Walaupun suasana awalnya terasa canggung, kini keduanya justru terlihat begitu menikmati obrolannya. Sansa dapat mengimbangi arah pembicaraan Gita, tak heran jika Gita merasa cukup nyaman bila saling berbagi cerita dengan lelaki tersebut. Rasanya tak perlu waktu lama untuk jatuh cinta pada pria seperti Sansa. Itu berlaku untuk setiap wanita normal lainnya, tetapi disini Gita bukanlah wanita normal lainnya. Tanpa Gita sadari, pria yang kini duduk berhadapan dengannya dapat melihat sorot hampa dikedua manik matanya, terlepas dari wajah ramah yang ditunjukkannya.
Dalam hati Sansa coba untuk menebak, sekiranya hal apa yang bisa membuat wanita cantik didepannya ini begitu rapuh dan terluka. Itu bukan jenis luka biasa, melainkan luka yang menjelma menjadi trauma dan mengubah cara pandangnya terhadap sesuatu hal.
Masa lalu seperti apa yang dimiliki oleh wanita cantik ini.
Disaat ia disibukkan dengan segala asumsinya, samar-samar suara lembut Gita merasuki indra pendengarannya."Kau baik-baik saja?" Tanya wanita didepannya hati-hati.
"Oh maafkan aku, mungkin karena suaramu yang lembut membuatku tak fokus" ucap Sansa yang membuat Gita tersenyum samar.
Sansa mungkin mencoba berdalih dari lamunannya, namun hal itu tak luput dari pengamatan Gita. Wanita itu terbiasa mengamati sekelilingnya.
Menjadi teliti dan waspada sudah merupakan keharusan baginya. Sebab untuk dia yang tak bisa mempercayai siapapun selain dirinya sendiri menjadikannya sosok yang harus mandiri.
Begitupun lelaki seperti Sansa, ia dapat melihat jika wanita seperti Gita bukanlah tipe wanita yang dengan mudah dapat dikelabuhi ataupun dibohongi. Sifat yang memang menjadi salah satu pertimbangan bagi seorang perfecsionis sepertinya."Sampai dimana kita tadi?" Tanya Sansa kemudian.
"Minggu depan adalah hari liburku, jadi apakah aku sudah punya rencana atau belum" jawab Gita mengulang tanya yang sebelumnya diucapkan oleh sansa. Membuat lelaki tampan itu tertawa renyah, tak urung hal itupun menular pada Gita yang juga ikut tersenyum."Jadi bagaimana?" Lanjut lelaki itu begitu tawanya telah reda.
"Jadii...kau ingin menunjukkan hal indah apa padaku?aku menantikannya"
"As you wish princess"
Kelakarnya. Yang lagi-lagi memancing tawa keduanya. Pemandangan antara dua sejoli ini cukup menarik mata beberapa pengunjung restoran yang juga sedang menikmati makan malamnya. Wajah-wajah menawan itu menimbulkan decakan kagum serta iri dari beberapa pengunjung wanita maupun pria. Keduanya begitu asik dengan obrolannya, hingga tak mempedulikan tatapan dari orang-orang disekelilingnya.
.
.
.
.
Disudut bar yang cukup gelap, terlihat seorang pria tampan tengah menyesap minuman dalam gelasnya dengan nikmat. Dentuman musik yang memekakan telinga tak membuatnya merasa terganggu. Dilihat dari setelan formal yang masih dikenakannya pastilah pria ini baru saja pulang dari kantor. Beberapa kali terlihat wanita-wanita cantik dan sexy menyapanya namun hanya ditanggapi dengan tatapan datar sebagai tanda pengusiran. Matanya menyorot dingin pada lantai bawah yang telah dipenuhi oleh orang-orang yang meliuk-liukkan tubuhnya mengikuti irama musik.
![](https://img.wattpad.com/cover/49721332-288-k205083.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
GitaCinta Parawansa
Random~Anggita Putri Prameswari~ ~Pradikha Putra Parawansa~ Mungkin aku bisa memaafkan, tetapi aku tak mungkin bisa melupakan. Kau bagian dari masa laluku, memberikan luka yang begitu dalam,meski aku memilih bertahan setelahnya akupun kau tinggalkan. maaf...