Aku tidak ingin mengikuti pola kehidupan yang dianut banyak orang. Karena sebagian dari mereka meninggalkan mimpinya untuk hidup normal yang seakan bijak untuk dilakukan.
☁☀☁
Rapat pertama Pasukan Bintang sedang berlangsung. Panglima Hann memimpin rapat itu, ia terlihat sangat percaya diri bahwa tim itu akan melaksanakan tugas dengan baik. Wajah Zuli tak mampu menyembunyikan keraguan, masih banyak hal yang perempuan itu pikirkan, sedangkan Razo sibuk menebak apa yang dipikirkan Zuli.
Sesuai rencana, mereka akan menuju Sinjin dan mengikuti pertandingan Aoshu yang diadakan setiap tahun di Festival Phajara—sekitar satu minggu lagi. Dalam pertarungan itu dibutuhkan lima orang sebagai tim. Mereka akan melawan tim lain dari dari berbagai daerah untuk mendapatkan hadiah seribu keping emas dan mendapatkan lampu ajaib yang mampu menjawab satu pertanyaan apa pun itu.
"Aku mendapat kabar jika Raja Tio sudah mengizinkan prajurit Magon untuk memasuki Mansesa dan mencari Iblis Besi," ungkap Panglima Hann sembari melirik ke arah Razo. "Jadi, jalan darat akan sangat berbahaya untuk kalian. Besok, kalian harus menuju Myrin lewat laut. Subuh, kita langsung bergerak ke pelabuhan."
"Bagaimana denganmu?" tanya Zuli yang tampak khawatir.
"Aku akan mengantar kalian ke pelabuhan. Aku harus mengurus pengungsian ini, memindahkan mereka ke tempat yang lebih baik. Kemudian, aku akan menyusul ke Sinjin," jawab Panglima Hann yang kemudian berdiri. "Letta, kami akan memberikanmu tameng, pedang, dan tombak terbaik. Ludov, kau boleh mengambil persediaan obat dan tanaman herbal di tenda khusus, dan Ares kau akan kami berikan pedang yang dibuat khusus untukmu, kau akan berlatih dengan giat bersama Razo di perjalanan."
Letta, Ludov, dan Ares mengangguki kata-kaya sang panglima.
"Aku keluar dulu," izin Hann yang kemudian keluar tenda.
"Apa kau akan merindukannya?" goda Letta kepada Zuli.
"Kau kelihatan tidak senang dia tidak ikut dengan kita," Ludov ikut menggoda Zuli.
Zuli melepaskan napas lesu, ia melirik ke arah Razo yang sedang memasang wajah seakan tidak peduli. Namun, kekesalan di mimik pemuda itu tidak bisa disembunyikan.
"Aku baik-baik saja, dia akan menemuiku di Sinjin," jawab Zuli seperti sengaja ingin menarik perhatian Razo
"Apakah setelah misi ini kalian akan menikah?" tanya Ares. "Aku boleh datang?"
"Kalau itu ... bagaimana, ya?" Zuli pura-pura berpikir.
"Kalian bertiga keluar! Ada hal penting yang ingin kuobrolkan dengan penyihir ini," suruh Razo seraya menunjuk ke pintu keluar. "Persiapkan saja apa yang harus kalian bawa besok."
Dengan terpaksa, tiga anak itu pun keluar meninggalkan Razo dan Zuli berdua.
Tejadi keheningan di dalam tenda itu. Zuli tampak santai, tidak peduli dengan sikap Razo yang semakin aneh. Sedangkan Razo, dia tampak kesal. Namun, pemuda itu juga ingin bicara. Sepertinya, susah untuk memulai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sora Rain
FantasySetiap bintang di atas kubah Lattera mengendalikan satu bagian dari alam dan isinya. Orang yang diberikan kepercayaan oleh bintang mampu mengendalikan satu bagian dari alam itu. Mereka disebut Zerlok. Satu dari empat Zerlok yang tersegel bangkit lag...