02|| Permata Abadi (Bagian 1)

994 254 177
                                    

Saat kau berhenti, seluruh semesta tidak berhenti bersamamu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat kau berhenti, seluruh semesta tidak berhenti bersamamu. 

☁☀☁

Kota Trisesa begitu ramai karena orang-orang menyambut kedatangan rombongan Raja Zhuan dari Miryn dan Raja Niklas dari Dromid. Rakyat Mansesa memang selalu ramah dengan pendatang, apalagi jika para raja datang ke kerajaan mereka. Jalanan kota dipakai untuk pertunjukan seni, gajah-gajah yang dihias berjalan bersamaan. Laki-laki dan perempuan berkostum warna-warni menari-nari di jalan utama, lalu ada orang-orang yang menandu patung besar dengan berbagai bentuk.

Sampai akhirnya, rombongan Raja Zhuan yang datang bersama Raja Niklas berada di belakang pawai-pawai itu. Kereta kuda dari Miryn dipakai Raja Zhuan dan Raja Niklas. Raja Niklas memang datang lebih awal ke Myrin agar bisa bersama-sama menuju Mansesa. Kereta itu memiliki tiga warna utama: merah, hijau, dan kuning. Ada puluhan prajurit bersenjata yang mengenakan pakaian perang menjaga kereta kuda kerajaan. Namun, orang-orang tidak terlalu peduli dengan kereta itu, yang mereka pedulikan adalah panglima perang paling tersohor yang miliki paras begitu memikat.

"Astaga, kini aku bisa mati dengan tenang karena sudah melihat Panglima Hann dengan mata kepalaku sendiri," ujar gadis Sesan yang menyaksikan kedatangan rombongan kerajaan Miryn.

"Lihat saja wajahnya, postur tubuhnya, bahkan kudanya saja lebih tampan dari setengah laki-laki di kota ini!" tambah gadis di sebelahnya.

Panglima Hann yang masih berusia 27 itu memiliki tubuh tegak yang begitu didambakan, rambut lurusnya yang panjang menjadi ciri khasnya, wajahnya terpahat sempurna dengan rahang tegas, sorot mata tajam dengan hidung yang sempurna, bibirnya yang tipis seakan menggambarkan bahwa ia lebih banyak melakukan sesuatu daripada berbicara. Tidak hanya ketampanan yang sangat dikenal, ia adalah orang yang sangat suka membantu. Ketika terjadi bencana alam, bentrok besar, atau serangan monster hutan, Panglima Hann sering sekali terjun langsung mengatasinya. Walau tak pernah menghadapi perang sungguhan, namanya tetap saja tidak pernah diragukan.

Rombongan itu kemudian memasuki gerbang istana, tempat terakhir mereka bisa melihat rakyat karena lingkungan istana tidak dibuka untuk umum. Istana itu sendiri sangatlah luas karena dari gerbang menuju bangunannya, memiliki jarak hampir satu kilometer. Sepanjang jalan menuju istana, para musisi menabuh alat musik untuk menyambut rombongan. Mereka memang tidak tahu alasan Raja Zhuan dan Raja Niklas datang ke Mansesa, yang mereka ingin tunjukkan hanyalah keramahan dan kebahagiaan karena dikunjungi oleh pemimpin dari kerajaan lain.

Panglima Hann turun dari kudanya, begitu juga dengan Raja Zhuan dan Raja Niklas yang keluar dari kereta kuda pertama. Raja Zhuan punya postur yang tegap, pakaiannya sutranya tampak berlapis-lapis. Ia memiliki kumis tebal, jenggot yang rapi, mata hitam dengan alisnya yang menukik tajam. Rambutnya digelung ke atas dihiasi mahkota kecil terbuat dari emas dengan permata di tengahnya.

Sementara itu, Raja Niklas memiliki penampilan yang tampak sangar. Ia mengenakan pakaian yang tampak terbuat dari logam ditambah dengan jubah tebal dengan bulu serigala putih di bagian bahu dan pundaknya. Tangan kirinya mengenakan sarung besi yang tampak besar dan berat karena berbentuk seperti cangkang tajam di bagian bahunya. Ia punya rambut keabu-abuan yang sudah beruban, kumisnya tipis, tetapi jenggotnya lebat. Mata gelapnya terlihat dalam ketika memandang orang-orang yang menyambutnya. Ia mengenakan mahkota di dahinya yang berbentuk seperti lilit-lilitan akar.

Sora RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang