05|| Gagak Hitam (Bagian 2)

389 132 48
                                    

Kesedihan bisa membekas, tetapi rasa syukur bisa menghapuskan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kesedihan bisa membekas, tetapi rasa syukur bisa menghapuskan.

☁☀☁

"Kurasa kita harus segera melanjutkan perjalanan," kata Letta setelah selesai memetik buah beri untuk dijadikan bekal setelah sebelumnya sudah menghabiskan roti terakhirnya.

"Kurasa aku ingin lebih lama di sini," Ludov yang tengah mengamati sebuah tanaman berbunga tampak sangat antusias.

Letta menggeleng. "Sebelumnya kukuh menolak, sekarang malah betah. Dasar Pangeran Obat!"

"Diam kau Putri yang Tertukar!" Ludov membalas dengan ejekan yang biasa putri-putri lain katakan pada Letta. Gadis itu dianggap tertukar karena lebih pantas menjadi pangeran karena kesukaannya pada kegiatan yang umumnya hanya laki-laki yang melakukannya.

Letta tampak kesal. "Apa kau berpikiran sama seperti yang lain? Perempuan itu bisa melakukan yang laki-laki lakukan juga!"

"Kau pikir ejekanku punya arti yang sama dengan mereka? Tertukar yang kumaksud adalah kau tertukar dengan kerbau yang suka kotor-kotoran dan selalu bangun kesiangan!" jelas Ludov. "Atau aku harus memanggilmu Putri Kerbau?"

"Tidak keduanya," jawab Letta.

"Jadi, berhentilah memanggilku Pangeran Obat," sahut Ludov.

"Tidak, kau tetap Pangeran Obat!"

"Baiklah, kau Putri Kerbau!"

Walau keduanya saling mencaci. Sebenarnya, mereka juga mengakui satu hal. Letta dan Ludov berbeda dari yang lain. Letta tidak sama dengan putri-putri lain di istana, ia selalu memilih kegiatan yang berbeda. Ketika para putri lain memasak di dapur, ia menuju dojo dan berlatih pedang. Ketika para putri lain berada di taman merangkai bunga, ia berada di lapangan untuk memanah atau berolahraga. Sedangkan Ludov? Dia satu-satunya pangeran yang tidak punya minat pada bela diri.

"Kau yakin ini jalan yang benar?" tanya Ludov yang tengah mengamati sekitarnya sembari memegang erat tali pengikat sembari berjalan di samping kuda yang dinaiki Letta.

Mereka sudah beberapa jam berada di hutan. Matahari semakin tinggi bersinar. Walau keduanya tahu bahwa sang surya sudah tepat berada di atas kepala, tetapi cahaya yang masuk ke hutan itu sangat minim karena rimbunnya pepohonan.

"Apa kau takut?" Letta menyeringai dengan tatapan jahil ke arah saudaranya itu.

"Takut? Apa yang harus kutakutkan?"

Letta menahan tawa melihat ekspresi Ludov yang jelas-jelas sedang gelisah. Tangan sang adik sampai berkeringat.

"Kau harus tahu jika perang sudah dimulai. Walau belum ada pertempuran besar, tetapi deklarasi perang sudah ditandatangani. Lagi pula, para prajurit Magon sudah mulai masuk ke Dalaster. Mereka masuk ke desa-desa yang tidak punya prajurit, jadi tidak ada perlawanan.

Sora RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang