13|| Pasukan Bintang (Bagian 1)

608 166 85
                                    

Kita berpikir bahwa kita bisa melakukannya sendiri, tetapi tanpa sadar ada orang lain yang membantu tanpa kita pikirkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kita berpikir bahwa kita bisa melakukannya sendiri, tetapi tanpa sadar ada orang lain yang membantu tanpa kita pikirkan.

☁☀☁

"Kau sudah lebih baik?" tanya Laura kepada Ludov yang sudah sadar. Luka-lukanya memang masih diperban, tetapi kelihatannya tida begitu parah.

Letta tampak kesal, ia mendorong lengan Ludov.

"Sakit," ujar Ludov yang merintih.

"Aku sangat khawatir! Kau tidak tahu perasaanku bagaimana?!"

"Aku akan tinggalkan kalian berdua," ujar Laura yang tampak tidak nyaman dengan pertengkaran kakak beradik itu.

"Terima kasih." Ludov membungkukkan kepalanya.

Setelah Laura pergi, Ludov memperhatikan wajah Letta yang kini tampak geram, khawatir, takut, dan juga lega di saat yang bersamaan. Eksperesi di wajah kakak perempuannya itu sangat kompleks. Ia dapat merasakan setidaknya tahu bagaimana Letta mengkhawatirkannya.

"Aku tidak terluka parah."

"Apanya yang tidak parah! Kau berdarah dan luka di mana-mana."

"Perlu kau ketahui, Izor punya kulit yang sangat tebal, ditusuk pedang hanya seperti tusukan pisau kecil, tombak hanya seperti jarum, dan pukulan-pukulan orang dewasa hanya seperti sebuah pijatan. Saat aku berubah wujud, tubuh Izor adalah tubuhku juga. Jadi, saat aku kembali ke wujudku semula, luka-luka yang kudapatkan juga tidak begitu parah."

Letta tak mengubah ekspresinya. Bisa-bisanya sang adik masih bisa tersenyum dan mengatakan bahwa luka yang dia dapat tidaklah parah. Namun, Letta bersyukur bahwa adiknya masih selamat. Sekarang, ia hanya ingin kutukan itu segera terpecahkan dan mereka bisa kembali ke misi semula—mencari sang ibu.

Tanpa kata-kata, Letta kemudian memeluk adiknya. Ludov merintih pelan, lalu Letta melepaskan pelukannya. "Dasar sok kuat!"

"Padahal sebelumnya kau bilang aku kuat, kenapa sekarang mengatakan aku sok kuat?" Ludov membalikkan perkataan Letta.

Mengingat apa yang dikatakan Letta sebelumnya membuat ia malu. Ia tidak pernah memuji Ludov secara terang-terangan. Mereka berdua selalu saling ejek, tetapi ia sudah mengatakan semua yang ingin dikatakan.

"Saat kau menjadi monster, kau mendengar semuanya?"

Ludov mengangguk.

"Dasar monster jelek! Dia sangat mengesalkan! Bagaimana bisa dia terus-terusan berlagak jagoan dengan menggunakan kapak besarnya dan ingin menghancurkan apa yang ia lihat."

"Dia mendengar apa yang kau katakan."

"Dia mendengarnya juga."

"Ya, sekarang dia sedang bicara."

"Apa yang dia bicarakan?"

"Dia bilang, dia tidak jelek. Dulu, banyak monster betina yang menyukainya."

Sora RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang