DEVIL AND ANGEL PART II

327 30 0
                                    

"Pernikahan", kata Ustadz Reyhan saat Bram bertanya. "Apa ada sesuatu yang bisa menyatukan cinta tapi tidak membuat dosa tercampur di dalamnya?". Bram mengernyit. "Begini Bram, kalau kamu pacaran, hasrat dan keinginan di hatimu adalah dosa, kau menyentuhnya, menciumnya, bagai membakarnya dengan bara api neraka. Tapi kalau kau menikah dengannya, sentuhanmu, ciumanmu...apapun yang kau lakukan padanya adalah pahala...karena kau memilikinya atas nama Tuhan, Bram...kau sudah mengerti maksudku?". Cowok itu perlahan menyadari maksud Mecca dan tersenyum. "Menikah?". Bram masih muda, umurnya belum lagi duapuluh, tapi apa salahnya menikah?.

---

Mecca tersenyum saat membaca pesan Bram di HPnya. "Sorry Mecca, maksudku bukan 'Pacaran Yuk' tapi..'Menikah yuk'....serius nih...". gadis itu tertawa dan berjalan ke kamar abangnya. "Kak Firman...Mecca mau curhat nih...". Firman yang asyik menekuni buku Farmakologi dan Terapi memandang adiknya yang tersenyum ceria. "Kayak orang baru dilamar aja...emang ada apa sih Ca?". Mecca semakin memperlebar senyumnya. "Emang Mecca baru dilamar, kok". "Hah?".

Tentu saja kedua orang tua mereka menentang keras rencana pernikahan itu. tapi dengan senang hati mengadakan acara pertunangan. "Kalian masih muda, paling tidak, tunggu Bram selesai kuliah dulu...", kata ayah Mecca. "Sebaiknya tunangan dulu lah, Bram...kau ini kan masih semester tiga...tiga tahun bukan waktu yang lama. Lagipula putri Pak Rasyidin itu masih kecil, kan? Umurnya saja baru sembilan belas...batas usia nikah itu 21 Bram...", bujuk ayahnya. Pemuda itu merenung, benar juga, mereka masih muda, lagipula dia belum memiliki kerjaan, mau dikasih makan apa Mecca?. Kerikil?. Orang tua mereka memang kaya, tapi Bram tak mau bergantung pada orangtuanya. Dia harus jadi lelaki sejati, bisa cari penghasilan sendiri.

---

Pertunangan mereka dilakukan sederhana saja di rumah keluarga Rasyidin Farazzi. Kedua keluarga hanya mengundang kerabat dekat. Bram tersenyum memandang Mecca yang cantik dengan jilbab putih dan baju muslim senada. "Kamu cantik sekali...", katanya. Mecca tersipu saat Bram memasukkan cincin platina di jari manisnya. "Udah boleh ciuman belum ya...", tanyanya menggoda pada Mecca. Firman yang menjawab. "No...no...enak aja....belum muhrim bung...", katanya dengan galak. Bram dan Mecca tertawa. "Iye...bercanda...abang...", kata Bram.

---

Meski tanpa bergandengan tangan dan belum boleh pelukan, mereka berdua sering jalan bareng, sekedar menikmati keramaian di Middle town atau menyusuri jalan di sekitar alun-alun untuk menikmati berbagai makanan khas di sana. Mecca gadis yang sangat menyenangkan, Bram selalu merasa bahagia saat bicara, bahkan saat berdebat dengan Mecca. Dari makanan sampai politik, dari kasus kerusuhan yang sering terjadi di kota mereka sampai kejahatan di dunia maya yang akhir-akhir ini marak dibicarakan. "Kamu sudah bertobat kan, Bram?", tanya Mecca. "Insya Allah, ukhti...", kata cowok itu sambil memakan sate manisnya dengan lahap. Mecca tersenyum, memandang rambut gondrong Bram yang tertiup angin sore, betapa tampannya wajah itu. Mecca jadi teringat, saat di rumah sakit dulu, setelah dia mendonorkan darahnya, dia melihat Bram tertidur karena bius, sejenak dia tertegun, tangannya hampir terulur memegang wajah yang terlihat rapuh itu...cepat-cepat dia keluar ruangan dan berusaha melupakan betapa tampannya wajah yang tertidur itu.

Saat menyusuri balik jalan ke arah Middletown dan menuju tempat parkiran, tiba-tiba mereka dikejutkan oleh keributan yang terjadi di toko emas di dekat mereka. Beberapa orang pria bertopeng menembakkan senjata dan mengancam orang di sekitarnya menyingkir. Salah seorang menyenggol tubuh Bram dan membuat keduanya terjatuh. Sekantong penuh perhiasan terlempar ke jalan, tersebar, orang itu marah dan melampiaskan pada Bram, senjatanya teracung tepat di kepala pemuda itu, pria itu menembak, Mecca menyeruak diantara mereka, melindungi Bram. Saat tubuh gadis itu terjatuh ke arah Bram, terdengar sirine polisi dari kejauhan, komplotan itu segera pergi dari TKP, meninggalkan separuh kejahatannya dan membiarkan seorang gadis terluka.

First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang