Never Die
Westside University, February 2015
"Saat bunga Lonceng Desember mekar, dia mempersembahkan keindahannya pada musim dingin, saat musim dingin tiba, bunga itu layu, luruh dan kembali ke tanah. Tapi, suatu saat...dan selalu...akan ada kuncup yang perlahan mekar, berkembang dengan indahnya...untuk kembali luruh..."
Rumah kecil berwarna putih itu berada di sebelah kost Misha. Misha sangat suka memandang rumah itu, suasananya terasa nyaman, gaya rumah itu kuno, memiliki jendela-jendela panjang dan bertirai putih. Dindingnya setinggi satu meter tersusun dari batu kali yang dibiarkan terlihat alami sisanya dinding putih biasa yang menjulang sampai ke atas, rumah itu tersusun dengan dua lantai. Beranda rumah itu juga terasa nyaman dengan beberapa pot bunga dan suasana kunonya terasa dengan beberapa kursi tua yang ditempatkan serasi dibawah lampu gantung yang mungkin usianya setua rumah ini. Konon, ini rumah seorang dokter, mungkin itu yang membuat suasananya jadi 'agak' mengingatkan Misha pada rumah sakit, sekarang rumah itu disewakan menjadi kost-kostan, meski terlihat mungil, tapi mungkin rumah itu punya banyak kamar, dilihatnya sedan putih Caesar berada di depan rumah, jadi anak itu pasti ada di dalam. Misha menekan bel pintu. Seraut wajah muncul di balik jendela, seorang pria paruh baya berkacamata membukakan pintu. Bapak kost, pria itu tinggal sendirian di rumah ini, kata Caesar sih pria yang menjadi tuan rumah kostnya itu bujangan tua. Misha baru kali ini bertemu dengannya, karena biasanya Caesar sendiri yang membukakan pintu. Misha mengira-ira, umur pria itu mungkin sekitar empat puluh tahun, wajahnya masih terlihat tampan, tampaknya orang itu habis bercukur, rambutnya yang lurus tebal, belum beruban, tampaknya dia pria yang kalem dan sabar, sepertinya pikirannya tertata dan tidak mudah stress, tubuhnya lumayan jangkung, tapi tidak kurus, karena mengenakan kemeja lengan pendek putih, Misha bisa melihat otot lengannya yang tampak menonjol, kulitnya kecoklatan, seperti terbakar sinar matahari dalam waktu yang lama, ada luka di alis kanannya. Matanya...pria itu memandangnya ramah, seulas senyuman menghiasi bibirnya. "Nyari siapa anak manis?". "Caesar Oom...". Pria itu memandang ke dalam sebentar. "Biar kubangunkan, anak itu pulang pukul empat tadi pagi, Intership...sekarang pasti masih memeluk gulingnya, sebaiknya kau duduk dulu di beranda...". "Ya oom...", pria itu masuk ke dalam, Misha memutar tubuhnya dan menuju kursi di beranda. Diliriknya jam tangannya, pukul delapan pagi. Apa terlalu pagi ya?.
"Hallo...", seraut wajah lesu layaknya orang baru bangun tidur membuat Misha merasa sedikit bersalah, membangunkan Caesar. Cowok manis yang wajahnya masih terlihat kekanakan itu duduk di depannya. Wah, siapa yang mengira kalau di balik wajah anak-anaknya, tersembunyi otak yang brilian, di usianya yang ke 21 dia sudah mendapat gelar dokter?. Sekilas Caesar bisa dikira masih SMU, apalagi tingginya hanya 170 cm dan tubuhnya...Misha merasa bisa menggendong tubuh Caesar dengan mudah. Kadang dia bertanya-tanya, benarkah makhluk di depannya itu seorang dokter?. Caesar menempuh SMP dan SMU dengan kelas unggulan, jadi usia 16 dia sudah lulus SMU, masuk ke fakultas kedokteran Southside termuda kedua setelah Erial Bramastha, yang berumur 15 tahun. Tapi saat cowok itu menunjukkan ijazah cum laudenya, Misha nyengir. "Iya deh...percaya...", melihat wajah Caesar mengingatkan Misha pada tokoh Peter Pan, wajah anak-anak yang polos, mungkin selamanya akan seperti itu...Misha tak bisa membayangkan Caesar jadi dewasa. Innocent sejati!
"Gimana hasil pemeriksaanku...kau bawa tidak?", cowok itu menggaruk rambutnya dan kembali tertidur di kursi! "Busyet! Oi, bangun...ini hidup mati orang, kamu malah molor...dok...kodok...", Misha memandang bulu mata lentik pemuda itu tak bergerak. Dengan tak sabar ditendangnya kaki Caesar. "Bangun! Kamu ini dokter bukan sih?". Cowok itu membuka mata dan nyengir. "Pasti! Cum laude pula...nggak kayak kamu, masa kuliah ekonomi aja tiga tahun nggak lulus? Malu-maluin bangsa dan negara aja...". Misha nyengir, ingin rasanya dia jitak kepala bocah sok tua itu, mentang mentang pinter, dokter...cum laude pula...wah, menyebalkan.
![](https://img.wattpad.com/cover/50552149-288-k875723.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
First Love
Randomapa kamu juga mengalami malam- malam menyesakkan seperti yang kurasakan. Apa kamu pernah merasa hidupmu tidak membahagiakan dan palsu. apa kamu menyesali ketidakbersatuan kita...apa kamu merindukanku....apa kamu disana bahagia? tapi mungkin jika kit...