I Knew I Love You
Aku mencintaimu, jauh sebelum aku bertemu denganmu
Seperti menghidupkanmu dari mimpi-mimpiku
Di matamu kulihat...jalan menuju rumahku
Aku tahu ini terdengar gila
Tapi aku percaya...aku mencintaimu sebelum bertemu denganmu
Aku akan selalu menunggu, sepanjang sisa waktuku
"Jiwa manusia...DNA tak terbatas yang diciptakanNya...", cowok itu memandang pepohonan yang ditiup angin sepoi –sepoi dengan tatapan lembutnya. Memakai lab jas putihnya, cowok itu terlihat lain di mata Misha. Ternyata, waktu memang mengubah semuanya, setelah sepuluh tahun lebih...bukan Evan kecil yang cengeng itu, dia sudah bermetamorfosis menjadi kupu-kupu yang indah. "DNA ya...aih, andai kita bisa memilih tempat dimana kita bisa dilahirkan ya...", kata Misha. Evan mengeryit, "Eh? Kau kurang puas dengan hidupmu ya? Padahal kau anak paling bahagia yang pernah kutemui, kau kurang puas dengan keluargamu?". Misha tertawa. "Enggak, bukan itu maksudku, justru karena Tuhan seolah...", gadis itu menghela nafas, berat. "Seolah apa?". "Seolah menempatkanku di sarang yang terlindung dan hangat, aku selamanya ingin menjadi anak burung, nggak usah dewasa, nggak usah punya sayap untuk terbang pergi, biar aku selalu di tengah keluargaku". "Lalu? Apa maksudmu dengan tempat lain itu?". Misha menghela nafas. Paru-paruku, kalau paru-paruku tak seperti ini dan tubuhku tak lemah, ternyata paru-paru berpengaruh menyangga hidupku, tubuhku tak berarti tanpa nafas, aku akan musnah, akan hilang dari ingatan orang-orang dan terhapus dalam sejarah. Tapi, mungkin takkan hilang dalam ingatan sebagian orang. Aku ingin memiliki tubuh yang sehat, kuat, hidup. Bernafas dengan bebas. "Sudahlah, nevermind", kata Misha sambil memainkan kerikil di kakinya. "Gimana penelitian yang kau ceritakan itu?", tanya Misha mengalihkan pembicaraan. "Oh, hanya sekedar imajinasi, tapi banyak hal tak terduga karena imajinasi bukan? Enstein dengan teori atomnya, Eddison dengan bola lampunya...". "dan...?". "Penelitian imunologi, menitik beratkan pada pengobatan sel kanker dan terapi gen, ah, kalau diimajinasikan gini, penelitian ini seperti apel Emas Afrodhite...". "Eh?". "Siapa yang memakan apel itu...". "Akan hidup abadi?". "Yup's, tapi lebih tepatnya, bukan keabadian, tapi menunda...penuaan dan kematian". "Haha...imajinasi setiap umat ya?". "Misha...dengar, kau kan anak IPA, tentu kau sudah belajar, sel syaraf dan otot di otak manusia, juga jantungnya, bisa berumur sampai 120 tahun, sedangkan sel-sel lain di tubuh kita bisa bertahan 200 tahun, tapi karena berbagai alasan, rata-rata manusia mati sebelum mencapai umur maksimalnya, apalagi di zaman sekarang, dengan pola makan yang tak sehat...". "Junk food...MSG berlebihan...". "Ya, semacam itu, banyak menyebabkan mutasi sel seperti kanker atau...sudah banyak penyakit aneh, penyakit gen seperti AIDS...". "Penyakit aneh..Ebola, SARS, Avian influensa...uih, mungkin akan lebih banyak lagi penyakit hasil mutasi karena Tuhan semakin bosan dengan ulah kita...". Evan tertawa. "Tuhan...tahu yang terbaik". "Teruskan ceritamu Van, aku agak tertarik". "Selama beberapa tahun, FK Westside melakukan penelitian ekstensif untuk menemukan gen yang bisa mencegah terjadinya kerusakan sel dan infeksi, pada akhirnya kami, yah, entahlah, ini baru tahap awal, menemukan gen yang bisa meningkatkan sistem kekebalan tubuh, kami menamainya Eternal Generation, atau E.G. kecepatan EG luar biasa, bisa mengetahui bila ada antigen, menghancurkannya dan sementara mengembangkan dirinya sendiri, gen EG ini bisa berumur minimal 200 tahun, gen EG adalah kode sempurna yang dapat memerintahkan gen lain agar membuat pertahanan imunologi yang tak bisa ditembus". "Hebat!...". "Tunggu Misha, penemuan ini baru awal, kalau berhasil seperti mimpi yang menjadi kenyataan, eh?". Misha mengernyit. "Mimpi yang sebenarnya, adalah menciptakan manusia kloningan". "Wuah, hebat!". Evan tertawa. "Ini mimpi, Misha, mimpi yang butuh banyak keajaiban, pertahanan EG mampu menghancurkan gen asing, tapi juga menghancurkan gen tubuhnya sendiri, bagai pedang bermata dua, karena itu, sel embrio yang lain tak ada yang bisa selamat, mereka hancur karena gen EGnya sendiri".
"Menyenangkan, memiliki tubuh yang kuat...andai penelitian itu berhasil, makhluk yang tercipta pasti adalah makhluk beruntung, bisa sepuasnya menghirup udara bumi yang indah...tanpa rasa sesak", pikir Misha. "Evanza Gozzali, Eternal Generation... EG...namamu juga berinisial EG ya?". "FG...". "Eh?". "Prototype makhluk baru itu, kloning EG akan dinamai First Generation". "Oh...", Misha menghela nafas. "Jadi, dr.FG...Feel Good...kalau aku mati, kau buat kloninganku, apakah gen ku yang misalkan lemah, bisa diperkuat dengan EG itu, aku akan hidup lagi dengan tubuh yang sehat sempurna?". Evan mengangkat alisnya. "Tubuhmu itu sudah sekeras batu, mau kau tambah EG? Itu sama saja menciptakan monster yang bisa menamatkan dunia...Messiah...yang bangkit menghancurkan dunia, well...aku nggak mau menempuh resiko menciptakan makhluk seperti itu...". Misha nyengir. "Messiah? Imam Mahdi? Bukannya itu penolong umat manusia disaat dunia ini hampir hancur?". Evan mengerdikkan bahunya. "Itu kan hanya istilah saja, tapi bagus kan...". "Jelek...".
Malamnya Misha menonton Vanilla Sky dan berpikir ulang tentang kloning. "Nggak seindah yang terbayangkan, ternyata...huh, tapi mengingat perjumpaannya dengan Evan di Westside University membuatnya cukup senang. Lalu dia berkhayal, Evan begitu kehilangan dia saat dia mati nanti, lalu cowok itu mengkloningnya. Misha nyengir sendiri. "Busyet...kayak cerita Science Fiction aja, tapi, kalau aku mati dan di kloning, apakah aku masih memiliki ingatan akan Evan? Ingatan saat aku bertemu dengannya waktu kecil, kemudian pertama kali bertemu dengannya saat kami terpisah puluhan tahun, lalu...masih banyak pertanyaan yang tak bisa aku tahu jawabannya", pikir Misha. "Atau aku malah akan menjadi monster...", Misha begidik. "Tuhan memberi batasan pada umur manusia, karena batasan itulah kami memiliki impian, untuk berjuang, menggapai mimpi-mimpi kami".
Begitu banyak keajaiban, kehidupan yang diberikan Tuhan adalah keajaiban, seharusnya aku bersyukur. Memiliki tubuh ini adalah keajaiban, seperti apapun keadaannya, Tuhan sudah meminjamkan tubuh ini, otak yang keras kepala ini. Misha menangis. "Maaf Tuhan, aku telah tidak bersyukur, seharusnya aku bahagia, Kau begitu menyayangiku hingga aku masih Kau bolehkan bertahan, justru karena keterbatasan ini, aku harus bisa menggunakan waktuku seefisien mungkin", Misha mengurai satu per satu sejarah hidupnya. "Aku sudah puas, Kau sudah memberikan yang terbaik, aku tidak akan protes lagi, akan kukembalikan tubuh ini ke tanah, sebagaimana dulu Kau menciptakannya dari tanah, jika Kau menginginkannya. Aku milikMu, terserah padaMu apapun yang akan Kau lakukan padaku...satu hal lagi Tuhan, aku selalu meminta banyak hal ya...tapi aku mau minta sesuatu lagi...aku ingin Kau jaga Evan ,jaga hatinya...bahagiakan dia, dia tuh kalau tersenyum indah sekali, berikanlah yang terbaik untuknya, Kau tahu....dia adalah hal terindah yang pernah Kau berikan padaku...terindah...".
KAMU SEDANG MEMBACA
First Love
Randomapa kamu juga mengalami malam- malam menyesakkan seperti yang kurasakan. Apa kamu pernah merasa hidupmu tidak membahagiakan dan palsu. apa kamu menyesali ketidakbersatuan kita...apa kamu merindukanku....apa kamu disana bahagia? tapi mungkin jika kit...